Oleh: Luthfi Assyaukanie
Ketika Nabi Muhammad dan orang2 Arab menunjuk suatu tempat suci di Yerusalem dengan istilah "bayt maqdis" sebetulnya itu adalah "beyt miqdas", atau "rumah suci" yang dibangun Raja Solomo (Sulaiman). Bayt Maqdis adalah ungkapan bahasa Arab untuk menyebut Beyt Miqdas.
Bahasa membuat segalanya menjadi kacau. Mungkin sang Nabi menganjurkan umatnya untuk menghormati rumah suci yang dibangun oleh raja bangsa Yahudi yang hebat itu. Siapa yang tak kenal Solomo, seorang raja yang dihormati oleh semua bangsa di Asia Barat ketika itu.
Rumah Suci atau Beyt Miqdas dibangun pertama kali pada 966 SM. Pada mulanya disebut "Beyt Solomo", tapi setelah sang raja agung itu meninggal, para pengikutnya menyebutnya "Beyt Miqdas." Bahasa Ibrani adalah rumpun bahasa Semitik yang mengilhami banyak sekali kosakata bahasa Arab.
Ketika pertama kali belajar Ibrani, saya terkejut betapa miripnya bahasa ini dengan bahasa Arab. Tentu saja, karena kedua bahasa ini berasal dari rumpun yang sama. Persis seperti bahasa Jerman dan Belanda atau bahasa Spanyol dan Portugis. Bahkan kedekatan Arab dan Ibrani jauh lebih besar dari semua bahasa yang pernah saya pelajari.
Ketika orang2 Arab menaklukkan Syam, mereka ingat pesan Nabi mereka untuk menghormati "rumah suci" (beyt miqdas) di Yerusalem. Sayangnya, ketika itu rumah suci tersebut sudah tidak ada, dihancurkan oleh pasukan Romawi pada tahun 70 M. Yang mereka saksikan hanyalah puing2 berupa tembok besar dan beberapa sisa fondasinya.
Di atas puing2 itulah "bayt maqdis" didirikan. Tujuannya menghormati peninggalan sang raja dan ajarannya. Semestinya "bayt maqdis" itu adalah Kuil Ketiga yang harus diserahkan kepada umat Yahudi. Mereka yang lebih berhak memilikinya ketimbang orang-orang Arab yang baru datang ke sana.
Sayangnya kekacauan bahasa dan ketiadaan Nabi membuat masalah menjadi rumit. Beyt miqdas itu berubah nama menjadi "bayt maqdis" dan kemudian lama kelamaan berubah nama menjadi "masjid Aqsa." Masjid berarti "tempat sujud," yang sebetulnya berarti sama dengan "rumah suci."
Dalam bahasa Arab, "aqsa" berarti "jauh." Disebut demikian karena jarak Yerusalem dari Madinah, tempat Nabi tinggal, memang cukup jauh. Bahkan, nabi sendiri seumur hidupnya tak pernah ke sana, kecuali dalam perjalanan virtual (mimpi) yang disebut Isra. Sampai tahun 691 M atau sekitar 60 tahun setelah Nabi wafat, masjid itu tak pernah ada.
Yahudi adalah agama yang banyak menginspirasi Islam. Separuh teologi dan ajaran Islam diambil dari Yahudi. Ini tidak mengherankan karena Yathrib, tempat Nabi membangun Islam adalah salah satu pusat agama Yahudi terbesar di Arabia. Obsesi kepada keyahudian, termasuk kisah2 biblikal dan tempat2 sucinya tampak sangat jelas.
Di tengah kecamuk perang dan antagonisme dua cucu Ibrahim itu, tak ada yang lebih elok selain melihat kembali sejarah dua bangsa, dua agama, dua bahasa, yang lebih banyak kesamaannya ketimbang perbedaannya.
Dan kalian, yang berada jauh dari wilayah konflik itu, bukan cucu Ibrahim, bukan bangsa Semit, dan tak punya DNA Yahudi dan Arab, janganlah ikut memanas2i. Kehidupan terlalu berharga untuk diisi kebencian dan perang.
Sumber: https://www.facebook.com/share/19r4MS7Nbe/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar