Selama Jepang berkuasa di Indonesia, menurut sosiolog Ignas Kleden, para pemuda kita hanya dilatih baris-berbaris dan berkelahi. Mereka tak dilatih memimpin. Dan itu ternyata berpengaruh pada kehidupan politik di Indonesia hingga kini: kebanyakan pemuda kita yang ikut berpolitik—seperti dalam pilkada, misalnya—hanya tahu serang-menyerang antar simpatisan: mereka hanya siap berkelahi dan "baris-berbaris" mendengar komando dari sang kandidat. Karenanya, ketika diberi kekuasaan, mereka jadi penindas, bukan pemimpin. Padahal, berpolitik itu bertujuan memimpin, bukan menindas. Menjadi politisi itu, idealnya, adalah menjadi pemimpin.
0 komentar:
Posting Komentar