alt/text gambar

Rabu, 27 Agustus 2025

Topik Pilihan:

Schleiermacher dan Hermeneutika


Menurut Schleiermacher, pemahaman adalah suatu rekonstruksi yang bertolak dari ekspresi yang telah diungkapkan dan mengarah kembali ke suasana kejiwaan di mana ekspresi tersebut diungkapkan. Dalam masalah ini terdapat dua hal pokok yang saling berhubungan dan berinteraksi, yaitu momen tata bahasa dan momen kejiwaan. 

Sedangkan prinsip yang menjadi tumpuan rekonstruksi bidang tata bahasa dan bidang kejiwaan diistilahkan dengan lingkaran hermeneutika. 

Bilamana seseorang memahami sesuatu, hal itu terjadi dengan analogi, yaitu dengan jalan membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang sudah diketahuinya. Sesuatu yang telah diketahuinya membentuk suatu kesatuan-kesatuan sistematis atau juga membentuk lingkaran-lingkaran yang terdiri atas bagian-bagian. Lingkaran yang dimaksudkan sebagai suatu keseluruhan, menentukan masing-masing bagian dan bagian-bagian tersebut secara bersama-sama membentuk suatu lingkaran. 

Bahasa yang merupakan unsur yang fundamental dalam hermeneutika, yaitu merupakan suatu sistem, artinya suatu kata ditentukan artinya lewat makna fungsionalnya dalam kalimat secara keseluruhan, dan makna kalimat ditentukan maknanya lewat arti satu persatu dari kata yang membentuk kalimat tersebut. 

Jelas bahwa hermeneutika bersifat melingkar, namun logika biasa tak mencukupi untuk memahaminya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu loncatan yang hakikatnya bersifat intuitif. Dengan demikian secara de facto niscaya sudah terdapat suatu bidang yang telah teralami secara bersama-sama antara si penutur bahasa dengan pendengarnya. Maka hanya dengan prapengetahuan tersebut seseorang dapat meloncat ke dalam lingkaran hermeneutika. 

Lewat unsur penyambung tersebut seluruh arah pikiran seseorang penulis dapat terungkap. Dengan demikian ternyata lingkaran hermeneutika selain menyangkut bidang kebahasaan, juga menyangkut makna yang terkandung dalam bahasa tersebut, yaitu masalah yang diperbincangkan. 

Menurut pendapat Heins Kimmerle (dalam Poespoprodjo, Interpretasi, 1987: 45), terdapat pergeseran pemikiran Schleiermacher dari konsepsi hermeneutika yang semula berpusat pada bahasa ke hermeneutika yang berpusat pada kejiwaan. Dengan demikian pada hakikatnya terdapat relasi yang sangat erat antara struktur kebahasaan dengan proses kejiwaan. 

Menurut Schleiermacher teks pada hakikatnya bukanlah suatu ungkapan langsung proses batin, akan tetapi sesuatu yang terformulasikan melalui bahasa. Hal-hal yang berkaitan dengan proses batin dan pikiran tercakup dan terbatasi oleh bahasa. Oleh karena itu tugas hermeneutika adalah melintasi keterbatasan bahasa guna mencapai proses batin, yaitu makna yang tercover melalui bahasa tersebut. Hermeneutika adalah proses kejiwaan, suatu seni untuk menentukan atau merekonstruksi suatu proses batin. 

Menurut Schleiermacher “bukan aku yang berpikir”, akan tetapi 'objektive geist' yang berpikir dalam diriku. “Objektive Geist' bereksistensi dalam komunikasi manusia, ekspresi dan pemakaian bahasa. Hubungan antar personal dalam kehidupan merupakan sesuatu yang fundamental bagi keberadaan manusia. Oleh karena itu dalam suatu analisis teks , memahami proses batin penulis teks adalah bukan sesuatu kemustahilan. 

Hermeneutika Schleiermacher tidak memiliki pandangan tentang perspektif sejarah. Schleiermacher tidak melihat perbedaan yang berarti perbedaan waktu manakala suatu teks muncul dalam dimensi pembaca. Makna waktu dulu dan sekarang berkonvergensi dan bukannya saling bertentangan. Oleh karena itu dalam proses hermeneutika masalah yang essensial yaitu untuk menangkap suatu “objective geist' tersebut. 

Walaupun terdapat berbagai kekurangan dalam hermeneutika Schleiermacher, namun telah terjadi suatu formulasi pikiran-pikiran tentang hermeneutika filsafati. Proses hermeneutika analog dengan proses pemahaman makna yang dilakukan oleh seorang anak dalam menangkap suatu arti kata baru. Struktur kalimat dan konteks makna yang merupakan pedoman proses penangkapan seorang anak adalah juga yang menjadi sistem interpretasi hermeneutika umum. 

Dalam masalah ini Schleiermacher mengangkat hermeneutika umum yang merupakan suatu pedoman hermeneutika khusus ke taraf filsafati terutama epistemologi dan logika (Poespoprodjo, Interpretasi, 1987: 45,46). Oleh karena Schleiermacher berangkat dari analisis karya teks terutama sastra, sehingga bahasa merupakan persoalan yang fundamental dalam hermeneutika, yang berarti lingkaran-lingkaran hermeneutika tersebut harus mampu menembus formulasi bahasa. 

(Lihat Prof. Dr. Kaelan, Filsafat Bahasa: Hakikat dan Realitas Bahasa, Yogyakarta: Paradigma, 2017, h. 187-189) 

0 komentar:

Posting Komentar