alt/text gambar

Kamis, 24 Februari 2022

Topik Pilihan: ,

Kata Bijak (20)

.

"Bagi kaum intelektual yang jujur, sulit untuk tetap berdiri di luar dan tidak bersikap terhadap masalah-masalah sosial, apalagi hanya diam dan tidak bersuara apa pun." (Arief Budiman, 1997; intelektual publik)

"Ada dua cara bagi kita untuk bisa mencintai kemanusiaan dan kebebasan: cara pertama adalah memilih jalan intelektual dan akademis. Cara yang kedua adalah menjadi aktivis."

"Tugas seorang intelektual adalah berpikir, menulis, mempengaruhi orang lain lewat tulisan." (Jean Paul Sartre, dalam A. Setyo Wibowo, Filsafat Eksistensialisme, h. 19)

"Tatapan mata orang lain mengurangi kebebasan otentik manusia." (A. Setyo Wibowo, Filsafat Eksistensialisme Jean Paul Sartre, h. 30)

"Albert Camus merupakan salah seorang eksistensialis yang menyebutkan tentang kehidupan yang telah kehilangan nilai dan maknanya. Kehidupan manusia itu absurd: sulit dipahami dan irasional."

"Cara untuk menentang pikiran yang dianggap salah bukanlah dengan membungkamkannya secara paksa, melainkan melalui konfrontasi dalam dialog atau debat yang tetap menjamin kebebasan setiap peserta untuk membela pendapatnya." (Franz Magnis-Suseno, dalam Etika Politik, hlm. 151)

"Demokrasi itu adalah kesetaraan argumen." ---Rocky Gerung

"MENGAPA BACA NOVEL? Apakah sebuah novel bisa mengubah dunia? Buatku, hal semacam itu penting nggak penting, tentang bisa atau tidak novel mengubah dunia. Tetapi, yang paling penting dan lebih bisa diusahakan adalah, bagaimana sebuah novel bisa mengubah cara orang melihat dunia. Karena ketika cara pandang orang terhadap dunia bisa berubah, dunia juga bisa berubah." (Eka Kurniawan)

”Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.” Imam Al-Ghazali 

"Kalau engkau hanya membaca buku yang dibaca semua orang,  engkau hanya bisa berpikir sama seperti semua orang." (Haruki Murakami) 

"Buku merupakan kebutuhan mutlak yang menyatu dalam kehidupan. Melalui buku, manusia menimba ilmu dan dengan buku pulalah kita mencurahkan ilmu."

Kalau pemuda sudah berumur 21-22 tahun sama sekali tidak berjuang, tak bercita-cita, tak bergiat untuk tanah air dan bangsa, pemuda begini baiknya digunduli saja kepalanya. (Bung Karno)

...seorang penulis, harus berani sendirian, menghadapi ribuan pendapat yang berbeda. (PAT).

Hatta menuturkan, “Aku bisa hidup di manapun, asal dengan buku.” 

Kartini menulis, “Aku benamkan diriku dalam membaca dan membaca.”

Pada 1916 Sukarno pernah menulis, “Buku mengenalkanku pada dunia dengan pikiran-pikiran terhebat dan aku ingin dunia tahu, aku dan bangsaku juga besar.” Melalui buku Sukarno melampaui imajinasi kebanyakan orang-orang sebangsanya.

“Hanya orang bodoh yang mau meminjamkan bukunya. Dan hanya orang gila yang mau mengembalikan buku yang telah ia pinjam.” (Gus Dur)

Dalam pandangan eksistensialisme, jatuh cinta adalah bukti kegagalan individu mempertahankan dirinya sebagai subjek. Lambat-laun, cinta akan mentransformasi dirinya sebagai hasrat untuk memiliki sehingga masing-masing individu "terjebak" pada dunia orang lain. Lebih jauh, eksistensialisme beranggapan bahwa hubungan seks tak lebih sebagai pereduksian manusia sebagai "daging" semata: sebuah pengobjekkan total. Hasrat selalu gagal menemukan dirinya sebagai SUBJEK. (Fb: Wahyu Budi Nugroho)

"Bebek Berjalan Berbondong-Bondong, Akan Tetapi Burung Elang Terbang Sendirian," Bung Karno

"Fakta di media massa hanyalah hasil rekonstruksi dan olahan para pekerja redaksi. Sulit untuk dapat mengatakan bahwa apa yang mereka tulis adalah fakta yang sebenarnya." (Noam Chomsky, dalam buku Politik Kuasa Media)

KUNCI PIDATO:

"Saya memberikan pidato berkali-kali dalam setahun di hadapan berbagai macam kelompok. 'Rahasia' saya sederhana saja: saya anggap 'publik speaking' tidak berbeda dengan jenis-jenis pembicaraan lain. Ia (hanya) merupakan cara membagi pikiran kepada orang lain. Dalam beberapa hal, pidato lebih mudah daripada percakapan sosial, karena Anda sepenuhnya menguasai arah pembicaraan. Tapi Anda harus punya sesuatu yang untuk dikatakan." (Larry King- seorang pembicara hebat Amerika)

"Mulai sekarang, Nak, Njo, janganlah kau mengutip novel, puisi, atau pernyataan orang-orang besar sebelum kamu. Tak perlu Shakespeare, Rendra, Pramoedya, atau Milan Kundera. Omonganmu akan dianggap fiksi, delusi, atau cuma imajinasi belaka. Jangan pula mengutip kitab suci, karena kau akan segera dianggap radikal. Kalaupun tidak, pikiranmu pasti akan disebut dangkal. Mulai sekarang, Nak, Njo, jika kau ingin jadi pemimpin, berhentilah membaca. Tak perlu banyak bicara. Tak perlu lagilah belajar retorika. Itu hanya mainan Aristotelian. Kini, cukuplah kau bisa mematut-matut diri di depan kamera saja. Jadi, jika di masa depan tak ada lagi sastra, puisi, dan retorika di dalam bahasa politik anak negeri, maka ingat-ingatlah hari ini. Maka janganlah heran, Nak, Njo, kutipan paling terkenal yang sering kita dengar dalam diskusi politik kita hari ini bukan lagi berasal dari Tagore, atau Tolstoy, atau Utuy, tapi dari judul lagu picisan: "Jangan Ada Dusta di Antara Kita". Ke depan, mereka mungkin akan mengutip dangdut koplo. Jadi, ingat-ingatlah hari ini, Nak, Njo. Saat jurnalisme menghamba pada penguasa, politisi dinista karena meminjam bahasa sastra, dan retorika dianggap tuna data, maka satu-satunya bahasa politik yang diterima di zaman ini tinggalah harga kemeja dan celana. Adakalanya kita tersiksa bukan oleh kenyataan, namun oleh bayangan kita atas kenyataan." (Rae Wellmina, Twitter)

"Kalau politik otaknya partai, maka sastra dan seni adalah hatinya partai." D.N. Aidit

"Pengetahuan tidak bersifat netral, dan kurikulum merupakan wilayah pertarungan ideologi, di mana kelompok penguasa memelihara kekuasaan melalui kurikulum." ---Keith Morisson

"Petarung yang baik tidak akan menunjukkan kelemahan di hadapan orang lain. Tegar meski rapuh, senyap tapi berhasil."

"Silakan persiapkn diri spy matang al. Banyak2 belajar, formal, informal via diskusi (parago), membaca, bersosialisasi (aktif di tengah masyarakat) In Sya Allah. Aamiin." ---Pak Nur Kamal Semurup

Menurut Budiman Sudjatmiko, dalam chanel YouTube "Matinya Kepakaran", bangsa ini sudah lama berpolitik karena dipidatoi, bukan karena debat. Bangsa yang kebebasan berpendapatnya hanya diisi oleh seni berpidato, bukan seni berdebat. Politisi kita kebanyakan tidak lahir dari tradisi debat, tapi telah lama lahir dari tradisi mempidatoi. Dia sama-sama demokratis, sama-sama bebas. Namun, menurut Budiman Sudjatmiko, kalau hanya mengutamakan pidato, kita hanya memberi tempat kepada para demagog, para penghasut. Yang harus dibangun itu adalah tradisi debat. Bandingkan maksud Budiman Sudjatmiko ini dengan pemikiran Habermas, tentang "teori tindakan komunikatif", "demokrasi radikal", "ruang publik", dan "demokrasi deliberatif". (Lihat Budiman Sudjatmiko, )

"Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali." ---Tan Malaka

Jika tak salah ingat, Iqbal pernah menulis tentang sosok seorang mu'min: "Alam telah menganugerahimu  sepasang mata setajam mata rajawali, tetapi perbudakan telah meredupkannya seredup mata kelelawar."(Ahmad Syafii Maarif)

"Tan Malaka, jika tetap terbenam di nagari Pandan Gadang, Suliki, tentu ia tidak akan pernah menjadi salah seorang tokoh komintern tahun 1920-an, sekalipun kemudian “bentrok” dengan Stalin, sang diktatur. Jika tidak beranjak dari Pandan Gadang, Tan Malaka paling-paling menjadi camat atau bupati Limo Puluah Koto." (Buya Syafii Maarif)

"Kalau Anda tidak ingin dilupakan orang setelah Anda tidak ada, maka tulislah sesuatu yang berharga untuk dibaca orang atau lakukan sesuatu yang berharga untuk ditulis oleh orang lain." Benjamin Franklin

"Jangan berduka. Apapun yang hilang darimu akan kembali dalam wujud lain."--Jalaludin Rumi

"Jika penguasa diberikan keleluasaan bermain dengan kata-kata dan berlindung di balik istilah-istilah yang dapat ditafsirkan menurut selera kekuasaan, maka niscaya hukum hanya menjadi mulut, telinga, dan mata kekuasaan belaka." (Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik, dan Mahkamah Konstitusi, h. 140-141)

"Filsafat tak diperoleh dengan masuk Fakultas Filsafat.  Seperti kemampuan di bidang sastra bukan dihasilkan Fakultas Sastra." -- Goenawan Mohamad

"Saya setuju filsafat sebagai artikulasi manusia berfikir tentang “kebenaran” tak akan berhenti.  Heidegger, salah satu yang pertama menyebut “akhir filsafat” justru menunjukkan bahwa “berfikir” akan tak berakhir.  Tapi berfikir berbeda-beda, dan sains hanya salah satunya." -- Goenawan Mohamad

"Jika kamu ingin berjuang untuk kedamaian jiwa dan kebahagiaan, maka percayalah; (tapi) jika kamu ingin menjadi pengikut kebenaran, maka bertanyalah.” – Friedrich Nietzsche

"Nafsu bisa membuat seorang Raja menjadi Budak. Sementara sabar bisa membuat seorang Budak menjadi Raja." - Imam Al-Ghazali.

"Tidak ada respon adalah sebuah respon."

"Orang yang bijaksana adalah orang yang mengetahui bahwa dia tidak tahu." -Socrates

------------------------------

24  Februari 2022

(Nani Efendi)


0 komentar:

Posting Komentar