alt/text gambar

Sabtu, 23 Agustus 2025

Topik Pilihan:

Pandai Berpikir Harus Pandai Juga Bicara


Kepandaian retorika tidak selalu sejalan dengan kedalaman nalar. Ada orang yang mampu menyusun kata-kata dengan indah, memikat pendengar dengan kefasihan berbicara, tetapi gagasan yang disampaikan bisa kosong atau dangkal. Sebaliknya, ada pula pemikir besar yang gagasannya tajam dan dalam, namun kurang terampil menyampaikannya sehingga suaranya tak terdengar luas. Kedua hal ini menunjukkan bahwa berbicara dan berpikir adalah dua keterampilan berbeda yang idealnya saling melengkapi.

Dalam kehidupan sosial, politik, maupun akademik, kesenjangan antara kemampuan berbicara dan berpikir sering melahirkan problem. Pemimpin yang pandai bicara tapi miskin nalar bisa menyesatkan masyarakat dengan janji-janji tanpa dasar. Sementara itu, intelektual yang penuh gagasan tetapi tak mampu mengomunikasikan pikirannya, akan sulit memengaruhi arah kebijakan atau menggerakkan perubahan. Maka, kepandaian berbicara tanpa berpikir adalah retorika kosong, dan kepandaian berpikir tanpa berbicara adalah potensi yang terpendam.

Keseimbangan antara keduanya menjadi kunci. Pikiran yang matang perlu disampaikan dengan cara yang dapat dipahami orang banyak, dan keterampilan berbicara seharusnya dibangun di atas fondasi pemikiran yang jernih. Dengan begitu, kata-kata bukan hanya enak didengar, tetapi juga membawa pencerahan dan solusi nyata. Inilah yang seharusnya menjadi teladan bagi pemimpin, pendidik, maupun siapa saja yang ingin suaranya berarti bagi masyarakat.

Sumber: https://www.facebook.com/share/p/16uvchDT6W/

0 komentar:

Posting Komentar