Dalam kehidupan manusia bahasa bukan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi saja, melainkan juga menyertai proses berpikir manusia dalam usaha memahami dunia luar, baik secara objektif maupun secara imajinatif. Oleh sebab itu, bahasa selain memiliki fungsi komunikatif, juga memiliki fungsi kognitif dan emotif.
Masalahnya sekarang, bagaimana kemungkinan hubungan antara bahasa dengan pikiran manusia dalam upaya manusia memahami realitas secara benar (Aminuddin, 1988: 36). Berpikir dalam pengertian ini adalah suatu bentuk kegiatan akal dan terarah sehingga dengan demikian tidak semua kegiatan manusia yang bersumber pada akal disebut berpikir. Seseorang yang sedang melamun tidak termasuk kegiatan berpikir.
Demikian juga berpikir dapat digolongkan dalam dua pengertian, yaitu pertama, “berpikir tanpa menggunakan aturan-aturan atau hukum-hukum", misalnya seseorang yang berpikir akan membeli roti untuk dimakan, pergi ke pasar dengan naik mobil atau becak. Kedua, “berpikir dengan mempertimbangkan aturan-aturan atau hukum-hukum" dan bentuk kegiatan ini sering diistilahkan dengan “bernalar" dengan istilah lain, menurut Plato dan Aristoteles, bahwa berpikir adalah berbicara di dalam batin, mempertimbangkan, menganalisis, membuktikan sesuatu, manarik suatu kesimpulan adalah merupakan sebagian kegiatan berpikir manusia (Poespoprodjo, 1984: 4).
Kegiatan bernalar dengan menggunakan hukum-hukum itulah yang disebut sebagai logika yang merupakan salah satu cabang filsafat praktis.
Persoalan yang mendasar adalah bagaimana kegiatan bernalar manusia itu dapat dikomunikasikan kepada orang lain dan dapat mewakili kebenaran isi pikiran manusia. Dalam pengertian inilah maka peranan bahasa di dalam logika menjadi sangat penting. Kegiatan penalaran manusia sebagaimana dijelaskan adalah kegiatan berpikir, adapun bentuk-bentuk pemikiran dari yang paling sederhana adalah sebagai berikut: pengertian atau konsep, proposisi atau pernyataan, dan penalaran atau reasoning.
Pengertian adalah sesuatu yang abstrak dan diwujudkan dalam bentuk simbol bahasa. Dalam pengertian ini sifat-sifat bahasa berbeda dengan sifat-sifat yang dilambangkannya yaitu pengertian. Oleh karena itu kerancuan sifat-sifat bahasa dengan sifat-sifat yang dilambangkannya akan menimbulkan sesat dalam penarikan kesimpulan. Pengertian yang dilambangkan dengan kata disebut sebagai term. Berkaitan dengan kegiatan penalaran terutama dalam kaitannya dengan observasi empirik, di dalam pikiran tidak hanya terbentuk pengertian akan tetapi terjadi perangkaian term-term itu. Tidak pernah ada pengertian yang berdiri sendiri dalam pikiran manusia. Rangkaian pengertian itulah. yang disebut proposisi dan pengertian hanya terdapat dalam proposisi. Dalam proses pembentukan proposisi pengertian (1) disebut subjek (S) adapun pengertian (2) yang menerangkan pengertian (1) disebut predikat (P). Proses pembentukan proposisi terjadi sedemikian rupa sehingga ada pengertian yang menerangkan pengertian yang lain, atau sebaliknya ada pengertian yang mengingkari pengertian yang lainnya. Misalnya pada contoh proposisi berikut ini :
“Anjing hitam itu menggonggong” proposisi itu terdiri atas pengertian “anjing hitam” (S) dan “menggonggong” (P).
Dalam proses pembentukan proposisi itu sekaligus terjadi pengakuan atau pengingkaran. Jikalau terjadi pengakuan maka proposisi itu akan menjadi “Anjing hitam itu menggonggong”.
Kata “itu” berfungsi menerangkan dan diberi tanda = maka pola proposisi itu menjadi sebagai berikut S = P. Jikalau proses pembentukan proposisi itu terjadi pengingkaran maka proposisinya menjadi sebagai berikut:
“Anjing hitam itu tidak menggonggong”, kalau fungsi pengingkaran itu diganti dengan tanda =, maka pola proposisi itu menjadi sebagai berikut: S=P . Berdasarkan analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa term tidak dapat ditentukan benar atau salah, adapun proposisi itu mengandung benar atau salah. Dalam kaitannya dengan bahasa yang digunakan dalam pembentukar proposisi tersebut maka kekeliruan dalam menentukan simbol term dapat berakibat sesatnya kesimpulan. Walaupun term tidak dapat ditentukan benar atau salah, namun kekurangtepatan dalam menentukan simbol (bahasa) term, maka dapat berakibat sesatnya kesimpulan. Misalnya dalam penyimpulan berikut ini.
Amin adalah mahasiswa UGM
Amin adalah penjual sepatu
Jadi: Amin adalah mahasiswa UGM yang penjual sepatu
Penyimpulan ini benar karena unsur term menggunakan bahasa yang benar, yaitu kata Amin mengacu pada seseorang tertentu. Namun bilamana penentuan bahasa term itu tidak tepat maka akan berakibat sesatnya penyimpulan. Misalnya pada contoh berikut:
Ada seseorang yang adalah mahasiswa UGM
Ada seseorang yang adalah penjual sepatu
Jadi: ada seseorang yang adalah mahasiswa UGM dan penjual sepatu
Kesimpulan yang kedua ini menyesatkan karena term “ada seseorang yang” ini tidak mengacu pada orang yang sama, sehingga kesimpulannya tidak dapat bersama-sama sebagai term yang sama. Berdasarkan hasil analisis penyimpulan penalaran tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, walaupun keduanya secara formal bentuknya sama, namun bentuk logisnya berbeda, dan perbedaan itu dikarenakan kekurangtepatan dalam menentukan simbol bahasa pada term sebagai unsur dari proposisi. (lihat Poerwowidagdo, tanpa tahun: 5). Jadi, peranan bahasa dalam penentuan term sangat mempengaruhi hasil penalaran .
Berdasarkan uraian di atas bahwa kesesatan dalam penalaran dapat diakibatkan karena bahasa dalam pembentukan term dan proposisi. Kata-kata dalam bahasa dapat memiliki arti yang berbeda-beda, dan setiap kata dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang sesuai dengan arti kalimat yang bersangkutan. Maka meskipun kata-katanya sama, dalam kalimat yang berbeda dapat memiliki makna yang berbeda.
Hal yang sama juga kita jumpai dalam kalimat. Sebuah kalimat dengan struktur sintaksis tertentu dapat mempunyai arti lebih dari satu, dan arti kalimat juga tergantung pada konteksnya, sehingga arti kalimat yang sama dapat bervariasi dalam konteks yang berbeda.
Ketidaksaksamaan dalam menentukan arti kata atau arti kalimat, dapat mengakibatkan kesesatan dalam penalaran. Kesesatan karena bahasa itu biasanya hilang atau berubah kalau penalaran dari satu bahasa disalin ke dalam bahasa yang lain. Kalau penalaran itu diberi bentuk lambang, kesesatan itu akan hilang sama sekali.
Justru lambang-lambang dalam logika diciptakan untuk menghindari ketidakpastian arti dalam bahasa. Berikut ini beberapa kesesatan karena bahasa.
a. Kesesatan karena aksen atau tekanan
Dalam ucapan tiap-tiap kata ada suku kata yang diberi tekanan. Perubahan tekanan dapat membawa perubahan arti, maka kurang perhatian terhadap tekanan ucapan dapat mengakibatkan perbedaan arti dan kesesatan penalaran.
Contoh:
Tiap pagi pasukan mengadakan apel.
Apel itu buah
Jadi: Tiap pagi pasukan mengadakan buah.
b. Kesesatan karena term ekuivok
Term ekuivok yaitu term yang mempunyai lebih dari satu arti. Kalau dalam satu penalaran terjadi pergantian arti dari sebuah term yang sama, maka terjadilah kesesatan penalaran.
Contoh :
Sifat abadi adalah sifat Tuhan
Joko adalah mahasiswa abadi
Jadi: Joko adalah mahasiswa yang memiliki sifat Tuhan
c. Kesesatan karena arti kiasan (metaphor)
Ada analogi antara arti kiasan dengan arti sebenarnya, artinya terdapat kesamaan dan juga ada perbedaannya. Kalau dalam suatu penalaran sebuah arti kiasan disamakan dengan arti sebenarnya atau sebaliknya, terjadilah kesesatan karena arti kiasan.
d. Kesesatan karena amfiboli (amphibolia)
Amfiboli terjadi kalau konstruksi kalimat itu sedemikian rupa, sehingga artinya menjadi bercabang.
Contoh:
Mahasiswa yang duduk di atas meja yang paling depan.
Apa yang paling depan, mahasiswanya atau mejanya?
Kalau dalam sebuah penalaran kalimat amfiboli itu di dalam suatu premis digunakan dalam arti-arti yang satu, sedangkan dalam konklusi artinya berbeda maka terjadilah kesesatan karena amfiboli itu.
Demikianlah kiranya peranan bahasa dalam pembentukan term dan proposisi sangat menentukan benar atau sesatnya suatu hasil penalaran dalam logika (Soekadijo,1985: 12).
Sumber: Prof. Dr. Kaelan, Filsafat Bahasa: Hakikat dan Realitas Bahasa, Yogyakarta: Paradigma, 2017, h. 17-21)
0 komentar:
Posting Komentar