Banyak orang percaya bahwa hidup tidak maju karena pendidikan rendah atau ekonomi sulit. Padahal, menurut para ahli psikologi, ada kebiasaan kecil sehari-hari yang sebenarnya jauh lebih berbahaya. Kebiasaan ini diam-diam membuat motivasi diri melemah, hingga akhirnya seseorang terjebak dalam lingkaran kemalasan dan sulit berkembang.
Salah satu kebiasaan paling umum adalah menunda pekerjaan atau prokrastinasi. Menurut Piers Steel, profesor psikologi dari University of Calgary yang menulis The Procrastination Equation, sifat menunda-nunda bukan sekadar malas, tapi respon dari rasa takut gagal atau cemas. Hasil tinjauan penelitian yang ia lakukan menunjukkan menunda-nunda berkaitan erat dengan meningkatnya rasa cemas, depresi, dan rendahnya prestasi akademik maupun kerja.
Kebiasaan lain adalah menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar ponsel atau komputer. Menurut Jean Twenge, psikolog dari San Diego State University, penggunaan media digital yang berlebihan dapat menurunkan produktivitas, merusak suasana hati, dan membuat orang terbiasa mencari kepuasan instan dibanding berusaha mencapai tujuan jangka panjang. Tidak heran, banyak orang merasa hidupnya tidak pernah maju karena waktunya habis untuk scrolling media sosial.
Masalah tidur juga sering diabaikan. Menurut Matthew Walker, profesor ilmu saraf dan psikologi dari University of California, Berkeley, kurang tidur bukan hanya membuat tubuh lelah, tapi juga mengurangi motivasi dan kemampuan otak untuk fokus. Penelitiannya tentang tidur menunjukkan bahwa orang yang tidur kurang dari 7 jam per malam cenderung kehilangan semangat dan sulit menyelesaikan tugas penting.
Selain itu, gaya hidup pasif atau jarang bergerak ikut memperparah keadaan. Menurut John Ratey, profesor psikiatri dari Harvard Medical School dalam bukunya Spark: The Revolutionary New Science of Exercise and the Brain, aktivitas fisik bisa meningkatkan suasana hati, mengurangi stres, dan membuat otak lebih bersemangat. Sebaliknya, orang yang jarang bergerak lebih mudah merasa cemas dan malas.
Hidup tanpa tujuan yang jelas juga berbahaya. Edward Deci dan Richard Ryan, psikolog dari University of Rochester, lewat teori motivasi Self-Determination Theory menyebut bahwa manusia butuh tujuan, rasa mampu, dan keterhubungan sosial agar motivasi bisa tumbuh. Jika tujuan hidup tidak jelas, energi habis untuk hal-hal kecil tanpa arah.
Ada juga faktor dari pikiran negatif. Albert Bandura, psikolog dari Stanford University dengan teorinya self-efficacy, menjelaskan bahwa keyakinan pada kemampuan diri sangat penting. Jika seseorang sering berkata saya tidak bisa atau percuma berusaha, maka dia bisa jatuh pada kondisi learned helplessness seperti yang pernah diteliti Martin Seligman, yaitu rasa tidak berdaya yang membuat orang malas mencoba lagi.
Perfeksionisme juga jadi penghambat. Menurut penelitian yang ditulis oleh Fuschia Sirois, profesor psikologi di University of Sheffield, perfeksionisme berlebihan berkaitan langsung dengan prokrastinasi. Alih-alih bergerak, seseorang justru menunda karena takut hasilnya tidak sempurna. Ditambah lagi pola makan buruk seperti kebiasaan makan junk food membuat energi tubuh naik turun. Ketika energi tidak stabil, suasana hati ikut berantakan, dan motivasi makin sulit tumbuh.
Tidak kalah penting, isolasi sosial juga bisa menurunkan motivasi. Menurut penelitian Deci dan Ryan dalam Self-Determination Theory, manusia punya kebutuhan dasar akan keterhubungan atau relatedness. Pria yang hidup sendirian tanpa dukungan teman atau komunitas lebih mudah merasa lemah, pesimis, dan akhirnya enggan berjuang.
Kalau semua kebiasaan ini digabung, para ahli menyebut ada setidaknya 15 kebiasaan sehari-hari yang diam-diam membuat pria tidak maju. Mulai dari menunda-nunda, kecanduan scroll, kurang tidur, jarang bergerak, tidak punya tujuan, self-talk negatif, hidup tanpa rutinitas, pola makan buruk, isolasi sosial, perfeksionisme, cara salah menghadapi stres, kurang bersyukur, malas belajar hal baru, lari dari tanggung jawab, hingga hanya mengandalkan dorongan dari luar.
Semua itu terlihat sepele, tapi penelitian psikologi membuktikan bahwa kebiasaan buruk bisa merusak semangat dari dalam. Kabar baiknya, perubahan kecil yang dilakukan terus-menerus bisa menjadi awal perubahan besar. Misalnya tidur lebih teratur, membatasi durasi scroll, atau mulai bergerak walau sebentar setiap hari. Pertanyaannya, apakah Anda ingin tetap terjebak dalam pola hidup malas ini, atau mau mulai melangkah sedikit demi sedikit agar hidup tidak berhenti di tempat yang sama?
***
Disclaimer:
Tulisan ini merupakan ulasan sederhana terkait fenomena bisnis atau industri untuk digunakan masyarakat umum sebagai bahan pelajaran atau renungan. Walaupun menggunakan berbagai referensi yang dapat dipercaya, tulisan ini bukan naskah akademik maupun karya jurnalistik.
0 komentar:
Posting Komentar