alt/text gambar

Kamis, 12 November 2020

Topik Pilihan:

HMI dan Tantangan Bangsa Kedepan

 Oleh: Nani Efendi

 

Idealnya, kader HMI sejati itu harus menguasai dan memahami dua persoalan besar di samping menekuni disiplin ilmu yang menjadi pilihannya di kampus. Dua persoalan besar itu ialah persoalan bangsa (wawasan kebangsaan atau keindonesiaan) dan persoalan keagamaan dan keumatan (wawasan keislaman). Dua wawasan ini— kebangsaan dan keislaman—harus benar-benar dimiliki oleh setiap kader HMI. Karena, hal ini sesuai dengan tujuan didirikannya HMI itu sendiri. Jika dua hal itu tidak dimiliki, berarti seorang kader HMI itu tidak memahami tujuan HMI dan tujuan ber-HMI. Di samping itu, ada dua wawasan lain yang akan menopang kompetensi seorang kader, yaitu wawasan kemahasiswaan dan keorganisasian.

Wawasan kebangsaan dan keindonesiaan yang dimiliki oleh kader-kader HMI membuat mereka memiliki kesadaran politik dan kepekaan sosial yang tinggi. Kesadaran ini sangat perlu dalam memperjuangkan cita-cita HMI mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia yang diridhoi oleh Allah s.w.t.  Sedangkan wawasan keislaman akan menjadikan kader-kader HMI sebagai insan-insan moralis dan idealis yaang selalu tunduk dan istiqomah dalam memperjuangkan kebenaran yang berlandaskan al-Qur’an dan Hadits. Ketundukan kepada kebenaran itu adalah konsekwensi logis dari sikap ber-islam, yakni tunduk, patuh, dan pasrah kepada Allah (hanif). Wawasan keislaman ini juga menuntut kader-kader HMI untuk selalu mengimplementasikan nilai-nilai islam dalam segala sektor kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kenapa kader-kader HMI harus mempunyai wawasan kebangsaan dan keislaman? Karena, tujuan awal didirikannya HMI itu sendiri, yakni mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia serta mensyiarkan agama Islam.

Jadi, setiap mahasiswa yang bergabung dengan HMI harus melek (paham) politik, walaupun tidak harus menjadi politisi atau terjun ke kancah politik praktis. Kenapa kader-kader HMI harus melek politik? Karena, persoalan bangsa tidak bisa dipisahkan dari persoalan politik. Tidak hanya itu, persoalan bangsa sangat complicated. Oleh karena itu, kader-kader HMI juga harus memahami berbagai persoalan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, mulai dari persoalan sosial politik sampai persoalan ekonomi dan budaya. Persoalan-persoalan lain seperti pendidikan, hukum, kesehatan, iptek, pertahanan dan keamanan juga harus dipahami oleh kader-kader HMI. Pendek kata, kader-kader HMI mesti memahami berbagai sektor kehidupan bangsa. Oleh karena itu, komitmen untuk selalu belajar harus menjadi bagian dari jati diri seorang kader HMI. Belajar tentunya tidak sebatas di institusi formal, tetapi bisa belajar di mana dan kapan saja.

Di atas itu semua, nilai-nilai (values) dan landasan keislaman tidak boleh lepas dari diri setiap kader-kader HMI. Islam harus tetap menjadi ruh dan sumber nilai, serta kekuatan dan landasan moral bagi setiap kader HMI dalam perjuangannya. Profesionalitas dan intelektualititas yang tinggi dengan dilandasi iman yang mantap (keislaman), itulah sosok ideal kader HMI yang bisa membawa Indonesia menjadi bangsa yang adil makmur. Problem SDM bangsa hari ini ialah terjadi keterpisahan antara dua wawasan itu (split personality). Akhirnya, banyak orang pintar tetapi tidak memiliki integritas dan moral yang baik. Sebaliknya, banyak juga orang yang mantap keimanan dan moralnya, tetapi tidak memiliki intelektualitas dan profesionalitas yang mumpuni. Kedepan bangsa kita membutuhkan pemimpin-pemimpin dan SDM yang memiliki keduanya, yaitu pintar/profesional dan bermoral.

Berbenah Diri

Nah, kita berharap HMI memberikan kontribusi yang besar dalam melahirkan kader-kader bangsa yang pintar dan bermoral itu. Untuk mencapai tujuan itu, HMI tentunya harus berbenah diri dan mampu membaca peluang dan tantangan bangsa kedepan.

Membaca Indonesia hari ini dan kedepan, pertarungan HMI sudah banyak ke tataran intelektual dan profesionalitas. Jika HMI tidak mampu melahirkan kader-kader yang cerdas, kritis, dan profesional di berbagai bidang serta memiliki semangat juang yang tinggi untuk mensejahterakan umat, maka kader-kader HMI harus bersiap-siap menjadi penonton di luar pagar transaksi-transaksi ekonomi. Kader HMI hanya mampu bertindak reaktif-emosional, tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Kader HMI hanya sadar dirinya dirugikan oleh struktur sosial politik dan ekonomi yang tidak adil, tetapi tidak memahami secara persis kenapa itu terjadi dan bagaimana mengatasinya.

Persoalan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dan umat Islam kedepan adalah persoalan-persoalan ekonomi. Persoalan ekonomi berimbas ke berbagai sektor kehidupan. Perebutan sumber daya ekonomi yang terjadi akibat sistem kapitalisme dan neoliberalisme akan mewarnai problem-problem bangsa kedepan. Kedepan, kita tidak lagi menghadapi musuh dalam bentuk fisik seperti di tahun 1940-an sampai 1960-an, tetapi musuh kita kedepan datang dalam bentuk ideologi, ilmu pengetahuan dan teknologi, yang dapat meluluhlantakkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi kapitalis sudah merasuki bangsa kita. Sehingga keserakahan dan kehidupan yang hedonis pun seperti sudah menjadi tren kehidupan hari ini. Kesenjangan sosial sudah kian melebar antara orang-orang kaya (the haves) dan orang-orang miskin (the haves-not). Pengangguran sudah menjadi problem besar bangsa ini. Belum lagi persoalan-persoalan lain yang menyangkut hajat hidup orang banyak yang masih amburadul di sana-sini.

Penjajahan gaya modern tidak hanya datang dari bangsa asing dalam bentuk sistem ekonomi kapitalis yang serakah, tetapi juga datang dari dalam bangsa sendiri dalam berbagai bentuk dan  strategi. Kebijakan yang tidak adil (crime policy) yang merugikan rakyat lemah serta kebijakan-kebijakan koruptif  dalam berbagai bentuk adalah salah satu contoh dalam hal ini.

 Banyak Belajar

 Nah, begitu besar problem-problem umat dan bangsa yang harus diselesaikan oleh kader-kader HMI ke depan. Pertanyaannya, mampukah kader-kader HMI mengatasi berbagai persoalan bangsa ke depan, sehingga masyarakat adil dan makmur dapat terwujud?

Dengan motto, “Yakin Usaha Sampai”, tentunya kader-kader HMI mesti mampu mencapai semua cita. Dengan syarat, kader-kader HMI harus berbenah diri dan mempersiapkan diri dengan meningkatkan intelektualitas dan profesionalitas di berbagai bidang  serta selalu meningkatkan stamina spiritual.

Saya  mengimpikan  presiden RI ke depan adalah kader HMI, sehingga bisa membuat kebijakan besar yang selalu berpihak kepada rakyat banyak. Gubernur BI juga kader HMI, sehingga mampu melawan “perang” rekayasa keuangan sistem  kapitalis. Pendek kata, posisi-posisi strategis yang menentukan kehidupan rakyat secara luas dikuasai oleh kader-kader HMI. Untuk itu, kader-kader HMI harus banyak belajar. Kader-kader HMI harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Enam Skill Dasar

Dalam menghadapi tantangan zaman ke depan, agar kader-kader HMI tetap mampu bersaing dan memiliki kiprah dan peran yang besar dalam berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara, ada beberapa skill yang harus dimiliki dan dikuasai oleh kader-kader HMI. Skil dan kompetensi itu ialah sebagai berikut.

Pertama, penguasaan terhadap bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Ke depan, banyak sekali penggunaan bahasa Inggris dalam berbagai bidang kehidupan. Kata Bung Hatta, “Jika kita tidak menguasai bahasa asing, maka kita tidak mampu memiliki derajat tertentu.” Untuk bisa go-nasional dan go-internasional, penguasaan bahasa Inggris mutlak harus dikuasai oleh kader-kader HMI. Tanpa skill bahasa Inggris yang memadai, sulit bagi kader-kader HMI memasuki sektor-sektor penting dan strategis di republik ini.  Oleh karena itu, kuasai bahasa Inggris! Tidak ada kata terlambat. Kita bisa jika kita mau.

Kedua, sebagaimana yang saya jelaskan di atas, keterampilan menulis. Sebagian besar tokoh, baik nasional maupun dunia, memiliki kemampuan menulis. Dan itu bisa kita buktikan dari karya-karya tulis  mereka. Tokoh yang paling brutal sekalipun seperti Adolf Hitler ternyata punya karya tulis, yaitu buku yang berjudul Mein Kampf (Perjuanganku). Karl Marx, punya karya tulis, yakni Das Kapital. Bukunya sampai hari ini masih dipelajari di banyak perguruan tinggi di dunia.

Di Indonesia, sebagian tokoh-tokoh besar punya karya tulis. Nurcholish Madjid yang selalu dibanggakan oleh anak-anak HMI, punya segudang tulisan. Amien Rais punya banyak tulisan, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel di surat kabar. Yusril Ihza Mahendra, Mahfud MD, Gus Dur juga demikian halnya. Coba perhatikan tokoh-tokoh dan orang-orang hebat, rata-rata mereka punya tulisan, baik dalam bentuk buku maupun karya tulis lainnya seperti artikel, karya ilmiah, maupun tulisan-tulisan lepas lainnya. Nah, adakah kader-kader HMI menyadari hal ini?

Oleh karena itu, menulislah. Karena, tanpa memiliki skill menulis, bagaimana kita bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dan pemikiran kita? Kalau hanya melalui lisan, daya jangkaunya terbatas. Hari ini kita sampaikan, beberapa hari ke depan sudah dilupakan orang. Bandingkan dengan bahasa tulisan. Bahasa tulisan bisa lebih lama bertahan, bahkan lebih lama dari usia orang yang menulisnya. Tulisan memiliki daya jangkau yang luas. Tulisan-tulisan bisa tersebar ke berbagai penjuru dunia. Ilmu pengetahuan bisa berkembang sampai saat ini dikarenakan bahasa tulisan. Dan bahasa tulisan menjadi pembeda masyarakat beradab (civilized) dengan masyarakat biadab (uncivilized). Itulah kehebatan bahasa tulisan.

Ketiga, penguasaan terhadap IT (information technology). Segala hal yang berhubungan dengan IT ini harus dikuasai oleh kader-kader HMI. Ke depan, tidak ada lagi kader-kader HMI yang tidak bisa mengoperasikan computer. Semua kader HMI harus melek teknologi. Kader-kader HMI harus menguasai hal-hal yang berhubungan dengan dunia maya atau seluk beluk internet. Jaringan internet merupakan sumber informasi yang sangat besar dewasa ini. Bayangkan, satu informasi di Google, kalau dicetak, akan menghasilkan kertas setinggi 1 setengah mil. Suatu kemajuan yang menakjubkan. Nah, untuk bisa mengakses informasi yang up to date, kader-kader HMI harus menguasai teknologi informasi.

Keempat, communication skill. Communication skill atau keterampilan berkomunikasi, merupakan  salah satu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh kader-kader HMI agar bisa sukses dalam banyak hal. Pembicara sukses dan dibayar mahal di Amerika, J. Larry King mengatakan, “Orang yang sukses adalah pembicara yang sukses, dan sebaliknya.” Termasuk ke dalam skill ini adalah keterampilan berbicara di depan umum (public speaking), seperti pidato, memimpin rapat, presentasi di forum-forum, dan lain sebagainya.

Kelima,  kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, dan rasional. Kemampuan ini penting dimiliki sebagai bekal dalam hidup. Yang membedakan lulusan SLTA dengan lulusan perguruan tinggi adalah kemampuan berpikir ini.

Keenam, kemampuan kepemimpinan dan manajerial. Kemampuan ini—yang saya istilahkan dengan leadership and managerial skill—sangat penting dimiliki oleh seseorang. Kemampuan ini bisa didapat lewat aktivitas organisasi. Itulah pentingnya berorganisasi. Di organisasi kita bisa belajar menjadi pemimpin, belajar seluk-beluk administrasi, belajar dasar-dasar manajemen, dan lain sebagainya. Untuk berprofesi dan mencapai karir apapun, skill ini harus dimiliki. Mau jadi politisi, pengusaha, birokrat, advokat hebat, maupun profesi lainnya, skill ini harus ada. Ini juga termasuk skill dasar yang harus dimiliki agar seseorang bisa sukses dalam hidup.

Itulah keenam skill dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh kader-kader HMI, sebagai kader umat dan kader bangsa yang muslim, intelektual, dan professional. Yang beriman, berilmu dan beramal—yang akan mewujudkan masyarakat adil makmur dan diridhai Allah s.w.t. Yakin Usaha Sampai dan usaha sampai yakin!       

Nani Efendi

Alumnus Latihan Kader III (Advance Training) Badko HMI Sumbagsel




0 komentar:

Posting Komentar