Sindhunata, dalam bukunya, Dilema Usaha Manusia Rasional: Kritik Masyarakat Modern oleh Max Horkheimer dalam Rangka Sekolah Frankfurt, (Jakarta: Gramedia 1982)—buku yang sampai sekarang, menurut Romo Magnis, merupakan pengantar terbaik ke pemikiran Horkheimer—menjelaskan bahwa dalam Teori Kritis, istilah "irasionalitas masyarakat" yang dimaksud oleh Max Horkheimer sebenarnya adalah "imoralitas".
Franz Magnis-Suseno, dalam bukunya Filsafat sebagai Ilmu Kritis, menjelaskan sebagai berikut:
Tidak benar bahwa masyarakat industri maju tak dapat dimengerti. Hanyalah masyarakat itu mereka nilai sebagai tidak adil, tidak manusiawi, tidak menghasilkan kebahagiaan yang sebenarnya, tidak membebas manusia, tidak mengizinkan manusia untuk membangun hubungan antar-manusia yang wajar.
Kritik Teori Kritis sebenarnya berargumentasi bukan atas nama rasionalitas, melainkan atas nama norma-norma kemanusiaan (yang memang sangat wajar, tetapi hendaknya dikemukakan dengan jelas). Dengan kata lain, pendekatan Teori Kritis sebenarnya bersifat moralis.
Penyalahgunaan istilah rasional itu pun karena mereka mengambil alih suatu cara berpikir Hegel yang sangat masuk akal dalam sistem Hegel itu sendiri tetapi menyesatkan kalau dipakai sebagai penilaian. Hegel memang mencegah pendekatan moralistik. Menurut dia "apa yang rasional itu nyata; dan apa yang nyata itu rasional”. Ucapan ini termasuk yang paling hangat didiskusikan dalam sejarah filsafat.
Yang dimaksud Hegel: menangisi keburukan zaman, mengajukan himbauan pada kehendak baik, pada tanggung jawab sosial dan sebagainya tanpa memobilisasikan kekuatan-kekuatan yang nyata-nyata menentukan proses-proses masyarakat adalah ciri khas pihak yang lemah, lemah berpikir, lemah bertindak, cara murahan yang memalukan (maka Nietzsche secara nakal menghubungkan kata ”baik”—"maksudnya baik”—dengan kata "bodoh”).
Sebagai ilustrasi kita bisa mengambil orang yang menangisi kekerasan pembangunan—tanpa menunjukkan pada kekuatan-kekuatan yang nyata-nyata menentukan proses pembangunan yang kompleks itu serta tanpa usaha untuk memobilisasikannya. Dalam tradisi itulah orang-orang Frankfurt mencegah bahasa moral. Hanya sialnya, yang tidak mereka cegah adalah pendekatan moral. Menggantikan kata moral dengan kata rasional hanya mengacaukan. Padahal pendekatan moral sebenarnya baik dan perlu asal saja pada tempatnya
(lihat Franz Magnis-Suseno, Filsafat sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta: Kanisius, 1992, hlm. 172-173)
Baca juga Sindhunata, Dilema Usaha Manusia Rasional: Kritik Masyarakat Modern oleh Max Horkheimer dalam Rangka Sekolah Frankfurt, Jakarta: Gramedia, 1982.
0 komentar:
Posting Komentar