alt/text gambar

Sabtu, 19 April 2025

Topik Pilihan:

Perubahan Diri dalam Pandangan Pahit Schopenhauer


Arthur Schopenhauer dikenal sebagai filsuf pesimis. Ia memandang kehidupan sebagai penderitaan yang tak ada habisnya, karena manusia terus-menerus digerakkan oleh kehendak—dorongan batin yang irasional dan tak pernah puas. Dalam pandangan pahitnya ini, perubahan diri bukanlah sesuatu yang mulia atau menggembirakan, melainkan sebuah proses yang menyakitkan dan penuh pengorbanan. Bagi Schopenhauer, berubah berarti menolak dorongan alami untuk mengejar keinginan dan kenikmatan hidup.


Perubahan diri, dalam filsafatnya, justru dimulai dari kesadaran akan absurditas keinginan itu sendiri. Semakin seseorang mengejar hasratnya, semakin ia terjebak dalam penderitaan. Maka, proses transformasi diri harus dimulai dengan pengakuan bahwa pemenuhan kehendak bukanlah jalan menuju kebahagiaan. Ini adalah titik balik eksistensial: ketika seseorang mulai mempertanyakan nilai dari keinginannya sendiri dan mencari jalan keluar dari siklus penderitaan itu.


Namun jalan keluar yang ditawarkan Schopenhauer tidaklah ringan. Ia menganjurkan asketisme gaya hidup yang menahan diri dari kenikmatan duniawi dan kontemplasi estetik sebagai cara untuk memadamkan kehendak. Ini bukan transformasi yang populer atau mudah, karena berarti melepaskan ambisi pribadi, menjauh dari dunia, dan menjalani hidup dengan kesadaran penuh akan penderitaan yang tak terhindarkan. Dalam hal ini, perubahan diri menurut Schopenhauer justru anti-instingtif: menolak kehidupan sebagaimana umumnya orang mengejarnya.


Meski pahit, pandangan Schopenhauer memberikan sudut pandang yang jujur dan radikal tentang makna perubahan. Ia menolak gagasan bahwa berubah berarti menjadi "lebih sukses" atau "lebih bahagia" dalam arti material. Justru, perubahan sejati menurutnya adalah pembebasan dari ilusi keinginan, dan penerimaan terhadap realitas yang keras. Dalam dunia yang kerap mendorong kita untuk terus mengejar lebih, Schopenhauer mengajak kita untuk berhenti, diam, dan bertanya: apakah semua itu benar-benar membuat kita bebas?

0 komentar:

Posting Komentar