Oleh: Nani Efendi
Dari seluruh uraian yang telah di kemukakan Cak Nur, dari Bab
I sampai VII, dapatlah disimpulkan: inti kemanusiaan yang suci adalah iman dan amal
saleh atau kerja kemanusiaan (Qs. At Tiin/95:6).
Iman dalam pengertian kepercayaan akan adanya kebenaran
mutlak yaitu Tuhan Yang Maha Esa, serta menjadikanya satu-satunya tujuan hidup
dan tempat pengabdian diri yang terakhir dan mutlak. Sikap itu menimbulkan
kecintaan tak terbatas pada kebenaran, kesucian dan kebaikan. Sikap itu
menghasilkan amal saleh, yakni amal yang bersesuaian dengan dan meningkatkan
kemanusiaan. Sebaik-baiknya manusia ialah yang berguna untuk sesamanya. “Khairunnas
anfa’uhum linnas; manusia yang baik itu yang banyak manfaatnya bagi manusia lain.”
(HR. Thabrani dan Daruquthni).
Tapi bagaimana hal itu harus dilakukan? Perjalanan sejarah ummat
manusia adalah gerakan maju kedepan. Maka semua nilai dalam kehidupan adalah relatif:
ia berlaku untuk ruang dan waktu tertentu. Segala sesuatu berubah, yaitu
kebenaran mutlak (Tuhan) (Qs. Al Qashash/28:88, berbunyi: “Tiap-tiap sesuatu
pasti binasa, kecuali Allah.”). Nilai yang benar adalah yang bersumber dan dijabarkan
dari ketentuan-ketentuan hukum-hukum Allah (Qs. Al An’aam/6:57).
Manusia ikhtiar dan merdeka, ialah yang bergerak (progresif).
Dinamis, bukan statis. Dia bukan seorang tradisionalis, apalagi reaksioner (Qs.
Al Israa’/17:36). Dia menghendaki perubahan terus menerus sejalan dengan menuju
kebenaran mutlak. Dia senantiasa mencari kebenaran-kebenaran selama perjalanan
hidupnya.
Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan
menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya, sekalipun relatif namun
kebenaran-kebenaran merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui dalam
perjalanan sejarah menuju kebenaran mutlak. (Qs. Fushshilat/41:53).
Jadi ilmu pengetahuan adalah alat untuk beramal soleh. Hanya
mereka yang dibimbing oleh ilmu pengetahuan dapat berjalan di atas
kebenaran-kebenaran, yang akan mengantarkannya pada ketundukan tanpa reserve
kepada Tuhan Yang Maha Esa (Qs. Faathir/35:28). Dengan iman dan ilmu
pengetahuan-lah manusia dapat mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi (Qs. Al
Mujaadilah/58:11, berbunyi: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”).
Manusia harus menguasai alam dan masyarakat guna dapat
mengarahkannya kepada yang lebih baik. Penguasaan dan pengarahan itu tidak
mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumnya. Hal itu tidak
dapat dilakukan kecuali mengerahkan kemampuan intelektualitas atau rasio (Qs. Al
Jaatsiyah/45:13).
Manusia harus memahami sejarah dengan hukum-hukum yang tetap
(Qs. Ali ‘Imran/3:137, berbunyi: “Sungguh, telah berlalu sebelum kamu
sunah-sunah [Allah]. Oleh karena itu, berjalanlah di [segenap penjuru] bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan para pendusta [rasul-rasul].”). Hukum sejarah
yang tetap (sunatullah untuk sejarah) yaitu garis besarnya ialah bahwa manusia
akan menemui kejayaan jika setia kepada kemanusiaan fitrinya dan menemui
kehancuran jika menyimpang daripadanya dengan menuruti hawa nafsu (Qs. Asy
Syams/91:9-10).
0 komentar:
Posting Komentar