alt/text gambar

Kamis, 02 November 2023

Topik Pilihan: ,

NIETZSCHE TENTANG AMOR FATI, MORALITAS TUAN, DAN HIDUP OTENTIK

 


Oleh: NANI EFENDI

 

Nietzsche berkata, "Fatum brutum amor fati." Maksudnya, takdir itu kejam dan brutal, tapi kita harus tetap mencintai takdir. Nietzsche sepertinya mengucapkan kata-kata itu sebagai pengingat bagi dirinya sendiri. Karena dalam pergulatan hidupnya, Nietzsche lekat dengan kesendirian, kesengsaraan. Juga Nietzsche mengajak kita untuk berani menjalani kehidupan. Karena seringkali orang terlempar ke dalam fakta-fakta hidup yang tak sesuai dengan keinginan mereka. Mengalami rasa takut, khawatir akan masa depan, kehilangan semangat dan harapan, kegelisahan, kekecewaan, merasa lemah, ditinggalkan oleh orang yang dicintai, diasingkan, dan lain sebagainya.

Secara sederhana, menurut Nietzsche ada dua moralitas dalam masyarakat: moralitas tuan dan moralitas budak. Moralitas tuan adalah kemampuan dan keberanian manusia untuk mempunyai kehendaknya sendiri dan tidak tunduk pada tekanan-tekanan yang mengekang kemerdekaan dan kebebasan dirinya. Sedangkan, moralitas budak adalah sikap manusia yang tak mampu menentukan kehendak hidupnya sendiri. Orang yang punya moralitas budak selalu mengikuti kehendak kawanannya. Manusia dengan moralitas budak masih tunduk dan takut dengan dogma agama. Nah, untuk menjadi Ubermensch, menurut Nietzsche, manusia harus hidup dengan moralitas tuan. "Moralitas Tuan" mengajarkan kita untuk berdiri tegak dan menjadi independen atas diri kita sendiri: menjadi pribadi yang otentik.

Nietzsche ingin kita bersikap otentik. Tak perlu ikut-ikutan pada apa kata orang atau menyesuaikan dengan moral kawanan. Hiduplah sesuai versi kita sendiri. Itulah manusia eksistensialis. Artinya, punya kehendak yang bebas dari tuntutan-tuntutan yang berasal dari luar diri kita. Tuntutan yang menghadirkan perasaan gelisah dan takut dalam diri kita. Misalnya tuntutan-tuntutan budaya, kehidupan sosial, adat-istiadat masyarakat, tradisi, seperti masalah pekerjaan, penilaian orang lain terhadap cara dan gaya hidup kita, aktivitas dan kesukaan hidup kita sehari-hari, godaan-godaan hidup, omongan tetangga, penilaian masyarakat, dan sebagainya. Kita tak perlu merisaukan itu semua. Hiduplah dengan versi kita sendiri.

Fakta hidup atau keniscayaan realitas terkadang tidak selalu sesuai keinginan kita. Terkadang kita dipaksa untuk menelannya. Kata Albert Camus, hidup itu absurd (tak jelas; sulit dipahami). Konsep absurditas kehidupan manusia menurut Camus—yang digambarkannya dengan kehidupan Sisifus mendorong batu besar secara terus menerus ke atas puncak bukit secara berulang-ulang—sepertinya agak identik dengan konsep Nietzsche tentang “kekembalian abadi”. Hidup dalam dunia yang berulang-ulang itu, Nietzsche ingin manusia menjalaninya dengan berani. Maka Nietzsche berkata, "Fatum brutum amor fati.” Walau terdengar ironis dan fatalis, sebenarnya Nietzsche bukan mengajarkan kita untuk fatalis dan pasrah pada kehidupan. Bukan. Nietzsche ingin kita kuat. Nietzsche mengajarkan agar manusia menghadapi dan menjalani kehidupan dengan berani, bebas, dan bertanggung jawab. Mencintai takdir dalam keadaan apapun. Orang-orang dengan moralitas tuanlah yang mampu seperti itu.

NANI EFENDI, Alumnus HMI

Referensi:

1. https://ignitegki.com/article/1612-fatum-brutum-amor-fati-kiat-berani-hidup-walau-hancur-lebur-menurut-filsafat-nietzsche

2. https://www.thecolumnist.id/artikel/fatum-brutum-amor-fati-refleksi-untuk-menjalani-hidup-ala-friedrich-nietzsche-1116Dalam sumber ini disebutkan, bahwa ungkapan Nietzsche tentang “amor fati” mengajarkan kita untuk tidak hanya harus menanggung apapun yang tidak dapat kita ubah, namun kita harus mencintainya. Setiap orang tidak boleh menyerah pada nasib, melainkan setiap orang haruslah menanggungnya, karena itu adalah sikap yang luhur. Bukankah takdir adalah suatu hal yang niscaya dan tidak bisa dihindari meskipun kebenaran akan takdir itu sakit untuk ditanggung? Setiap hari tanpa sadar manusia sering terjebak dalam siklus aktivitas yang tiada hentinya. Layaknya sebuah lakon dalam bahasa Jawa: setiap orang sibuk memainkan perannya masing-masing dan dipertontonkan di depan orang lain. Baik dia seorang karyawan, buruh pabrik, pengusaha, pejabat negara, dan profesi lainnya. Sayangnya harus diakui bahwa peran itu sangat absurd (sebagaimana diistilahkan oleh Albert Camus) dan membosankan untuk ditonton setiap hari. Dan jika lakon itu terus berlanjut tiada henti sampai takdir (kematian) menjemput, apakah makna yang akan didapat oleh setiap pelakon semasa hidupnya di dunia? Kegiatan monoton di atas adalah “absurdisme” yang secara tidak sadar dilakukan oleh manusia, dan Friedrich Nietzsche melalui konsep pemikirannya memberi jalan keluar dari absurd-nya hidup manusia itu. Melalui kehendak untuk berkuasa (The Will of Power) yang banyak dibahas dan diulas dalam karya Nietzcshe yaitu The Genealogy of Morals, The will to Power, dan Beyond Good and Evil manusia akan meraih hidup bahagia tanpa terikat kepada hal-hal yang ada diluar dirinya.


3. https://www.idntimes.com/life/inspiration/shandy-pradana/13-quotes-nietzsche-untuk-hidup-yang-lebih-baik-c1c2?page=all

 

0 komentar:

Posting Komentar