alt/text gambar

Selasa, 30 Juli 2024

Topik Pilihan:

Survei

Ada tiga jenis kebohongan di dunia ini, kata negarawan Inggris, Benjamin Disraeli: bohong biasa, bohong besar, dan statistik. Untuk itu, berhati-hatilah membaca laporan survei politik. Karena pengelabuan dalam survei politik sering terjadi. 

Contohnya permainan pertanyaan dalam survei seperti di bawah ini:

a. Menurut Anda, siapakah yang bertanggung jawab atas terjadinya kemacetan di Jakarta? 

1. Pengendara sepeda motor

2. Pengendara bus, metromini, mikrolet, dan angkot

3. Pengendara mobil pribadi

4. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

b. Menurut Anda, apakah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bertanggung jawab atas terjadinya kemacetan di Jakarta? 

1. Ya

2. Tidak

3. Tidak tahu

Jawaban responden terhadap pertanyaan pertama akan beragam: sebagian akan menjawab pengendara sepeda motor, sebagian lagi pengendara bus, metromini, mikrolet, dan angkot, pengendara mobil pribadi, serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sementara itu, jawaban responden atas pertanyaan kedua cenderung akan mengatakan Pemerintah DKI Jakarta-lah yang bertanggung jawab atas kemacetan. 

Jadi, penyelenggara jajak pendapat kadang nakal. Ia mengakali instrumen penelitian demi kepentingannya sendiri. Tentu kenakalan itu hanya diketahui oleh segelintir orang yang mengerti statistik. Orang awam tidak tahu dan menganggap hasil survei itu benar. 

Oleh karena itu, budayawan Ridwan Saidi pernah mengatakan pada Refly Harun dalam podcast-nya di YouTube: Refly, kata Ridwan Saidi, saya lebih percaya sama tukang sulap daripada tukang survei. (lihat, S. Sinansari Ecip, dkk, Teknik Mencari dan Menulis Berita, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2020, h. 6.19-6.24).

0 komentar:

Posting Komentar