Dulu, kata "BAPPENAS" itu luar biasa sekali kedengerannya. Tapi, setelah membaca buku HMT Oppusunggu, berjudul Sumber Krisis Moneter Indonesia, ternyata BAPPENAS itu, khususnya di masa Orde Baru, tak memiliki peran signifikan.
HMT Oppusunggu—alumnus School of Economics, Yale University, AS itu—menulis kritik tajam terhadap peran BAPPENAS.
HMT Oppusunggu menulis:
"Kesimpulan utama uraian di atas menunjukkan bahwa teknik perencanaan atau model pembangunan kita begitu lemah, kalau bukan tidak berjalan. Di Indonesia, BAPPENAS merumuskan rencana-rencana pembangunan lima tahunan yang hanya menjadi rencana-tanpa-perencanaan (Planless Plan).
Bila rencana-rencana pembangunan lima tahun Indonesia tidak memperlihatkan sifat-sifat perencanaan, maka RPJPT BAPPENAS lebih-lebih lagi. RPJPT tidak memiliki proyeksi, tidak jelas tujuannya, dan tidak ada rumusan kebijaksanaan jangka panjangnya. BAPPENAS menciptakan sebutan RPJPT II, istilah yang sebenarnya 'hanya imajinasi belaka'. Nama atau sebutan seperti itu tercipta hanya karena Indonesia telah melalui 25 tahun dengan lima repelita. Jadi, pada prinsipnya, menurut ilmu dan teknik perencanaan RPJPT II tidak pernah ada."
(lihat HMT Oppusunggu, Sumber Krisis Moneter Indonesia, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 1998, h. 165-166)
0 komentar:
Posting Komentar