![]() |
| Abraham Lincoln, Presiden AS ke-16 |
Pendidikan Lincoln
Lebih dari 200 tahun setelah kelahirannya, Lincoln terus berdiri sebagai model pendidikan mandiri.
Ya, betul bahwa Abraham Lincoln (Presiden AS ke-16) tidak menempuh pendidikan tinggi atau kuliah formal.
Pendidikan formalnya sangat minim, totalnya mungkin kurang dari satu tahun sekolah jika digabungkan, yang ia tempuh secara terputus-putus dari guru-guru keliling saat masih kecil di daerah perbatasan Kentucky dan Indiana.
Meskipun demikian, Lincoln dikenal sebagai sosok yang belajar secara otodidak (mandiri) seumur hidupnya dengan membaca buku-buku yang dipinjam dari tetangga dan kerabatnya. Ia belajar hukum sendiri dan menjadi pengacara tanpa pernah masuk sekolah hukum.
Dr. Dale Carnegie, dalam bukunya Teknik dan Seni Berpidato, (hlm. 300), menuliskan:
"Akan tetapi Lincoln tidak pernah membuang. waktunya dengan begitu saja. Detik-detik kehidupannya dipergunakan untuk bergaul. Ia bergaul dengan orang-orang rohaniah, bahkan kepada yang lebih rendah sederajat dari dia. Perbuatan yang sangat bijaksana lagi adalah, bahwa dia bergaul, berkawan dengan orang-orang terbesar di segala zaman, yang gagasan-gagasan dan kata-katanya tersimpan dalam buku-buku.
Dari buku-buku mereka itulah Lincoln memperoleh kata-kata, membaca dan mengutip kalimat-kalimat yang bagus dan dihafalkan di luar kepala. Dari buku-buku itu pula Lincoln membuat ikhtisar-ikhtisar dan sering dibuat bentuk pidato yang sangat baik. Erasmus, Prof. Emerton dari Rotterdam dalam bukunya menulis: 'Sekolahnya tidak lama, akan tetapi ia memperkembangkan dirinya dengan cara pendidikan satu-satunya, yaitu dengan terus-menerus belajar tiada bosan-bosannya, dan mengamalkan dalam praktek apa yang dibacanya. Cara demikian ini adalah terbaik dan selalu berhasil di mana saja.'"
***
Dalam 215 tahun sejak kelahirannya, Abraham Lincoln dikenang tidak hanya sebagai presiden AS yang memimpin negara melewati Perang Saudara, tetapi juga sebagai contoh warga negara yang belajar mandiri di awal abad ke-19.

Pendidikan mandiri Lincoln dimulai saat ia masih kecil di Kentucky dan berlanjut saat keluarganya pindah ke Indiana pada tahun 1816.
“Secara kolektif, ia mungkin hanya menempuh pendidikan formal selama satu tahun, tetapi kemudian ia mencari informasi sendiri melalui membaca dan meminjam buku dari orang-orang di daerahnya,” kata Deisinger.
Tak lama setelah Lincoln, yang lahir pada 12 Februari 1809, pindah ke Illinois pada tahun 1830, ia memutuskan untuk menekuni profesi hukum, tempat pendidikan otodidaknya berlanjut.
"Pada periode ini, belum banyak institusi pendidikan tinggi. Orang-orang di Illinois, serta di seluruh wilayah Barat Laut Lama yang baru saja dihuni, harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk menempuh pendidikan tinggi," kata Deisinger, yang juga memiliki gelar sarjana hukum dan gelar doktor sejarah dengan penekanan pada sejarah hukum. "Jadi, pada tahun 1830-an, merupakan hal yang umum bagi seseorang yang ingin menjadi pengacara untuk belajar secara otodidak."
Gerakan lyceum
Selain mempelajari hukum secara pribadi, Lincoln memanfaatkan apa yang dikenal sebagai gerakan lyceum, yang merupakan semacam TED Talks pada masanya di era pra-Perang Saudara di Timur Laut dan Midwest.
"Gerakan lyceum khususnya menarik bagi orang-orang yang bercita-cita bergabung dengan profesi dan menjadi lebih terdidik," kata Deisinger. "Tanpa adanya universitas modern, orang-orang akan berkumpul – untuk kuliah, diskusi ilmiah, dan percakapan filosofis."
Meskipun berpartisipasi dalam gerakan lyceum tidak menjadikan seseorang memenuhi syarat untuk menjadi anggota asosiasi pengacara, Deisinger mengatakan bahwa "banyak pemuda yang bercita-cita untuk bergabung dengan asosiasi pengacara akan berpartisipasi dalam lyceum juga sebagai cara untuk memposisikan diri mereka sebagai orang-orang terkemuka di komunitas mereka."

"Dalam pidatonya, beliau membahas pentingnya kepatuhan terhadap supremasi hukum," kata Deisinger. "Lincoln mengatakan bahwa meskipun orang mungkin tidak menyukai formalitas hukum yang ketat, penting bagi orang untuk menerima otoritas hukum dan tidak menyerah pada kehebohan yang terkadang terjadi ketika hukum tidak berpihak pada opini publik. Pidatonya sangat menarik karena memberikan wawasan tentang pandangannya tentang pentingnya supremasi hukum dalam sebuah republik yang berfungsi. Anda dapat melihat bahwa bahkan di tahap awal perkembangan profesionalnya, hal ini merupakan prinsip dasar baginya." (https://www.monmouthcollege.edu/live/news/4560-the-education-of-lincoln#:~:text=More%20than%20200%20years%20after,where%20his%20self%2Deducation%20continued.)
***
Referensi:
1. Dr. Dale Carnegie, Teknik dan Seni Berpidato, Penerbit Nur Cahaya, tt. (hlm. 300)
2. https://www.monmouthcollege.edu/live/news/4560-the-education-of-lincoln#:~:text=More%20than%20200%20years%20after,where%20his%20self%2Deducation%20continued.


0 komentar:
Posting Komentar