“Semakin banyak peraturan dibuat, semakin jauh manusia itu dari keadilan.” (Cicero, filosof Romawi kuno).
“Adil itu, berikan kepada seseorang apa yang menjadi haknya, dan cabutlah dari seseorang apa yang bukan haknya.” (Hadits)
"Tujuan pendidikan adalah agar manusia menjadi baik. Menurut Rasulullah, manusia yang baik itu ialah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lain (khairunnas anfa ‘uhum linnas). Nah, semakin tinggi pendidikan seseorang, semestinya semakin banyak ia berusaha memberikan manfaat bagi orang lain. Namun, saat ini, filosofi dan kondisinya ironis: semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin ia berupaya mengambil manfaat sebanyak mungkin dari orang lain untuk dirinya sendiri, bukan memberi manfaat sebanyak mungkin bagi orang lain."
"Khairunnas anfa’uhum linnas." (Manusia yang
baik itu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lain). (Hadits
Rasulullah)
“Sekarang saya telah ditetapkan menjadi wali bagi kamu
sekalian, meskipun saya tidak lebih baik dari kalian. Jika saya benar,
dukunglah saya. Namun, jika saya salah, luruskan saya. Kebenaran adalah amanah,
dan kebohongan adalah khiyanah. Siapa di antara kalian yang lemah, di mata saya
adalah kuat karena saya akan memenuhi hak-hak kalian sehingga hidup sejahtera.
Dan, siapa di antara kalian yang kuat, di mata saya adalah lemah. Karena, saya
akan mengambil (yang kalian klaim) hak-hak kalian.” (Pidato pertama Abu Bakar, khalifah pertama,
setelah ia terpilih menjadi kalifah).
"Islam
tidak melarang orang untuk menjadi kaya, tetapi Islam sangat mengecam orang
yang berlomba menumpuk harta untuk riya, foya-foya, dan mengabaikan fakir
miskin. Rasulullah takut kelak umatnya menjadi pecinta harta untuk alasan
bermegah-megah. Rasulullah bersabda, 'Salah satu yang paling kutakuti menimpa
kalian adalah gemerlapan harta benda.' Harta, sejatinya adalah penyuci jiwa.
Dengan berzakat dan bersedekah, akan membuat jiwa kita suci kembali. Dengan
harta, justru kita makin memiliki semangat untuk berbagi. 'Ya Allah, berikanlah
kekayaan kepada hamba agar hamba bisa berbagi,' kata sufi dalam doanya."
(Nanang Qosim Yusuf, The Heart of 7
Awareness: Membuka 7 Cara Efektif Menjadi Manusia di Atas Rata-Rata,
Jakarta: Noura Books, 2012, h.160-161)
"Berusahalah
untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, tetapi berusahalah menjadi manusia
yang berguna." (Albert Einstein)
"Sebelum
peti mati dipantek, tidak ada yang dapat memastikan nasib seseorang."
(Pepatah Cina)
"Hidup
dimulai di usia 40." (Pepatah Barat). Kolonel Sanders memulai usaha dan sukses di usia 65 tahun dengan menciptakan
resep Kentucky Fried Chicken (KFC).
"Ketakutan
yang besar hanya bisa dikalahkan dengan keyakinan yang jauh lebih besar."
"Jika
itu adalah sunatullah, mengapa banyak orang yang justru stress ketika semuanya--keluarga,
anak, harta, jabatan, kecantikan usia muda, karier, bahkan diri kita sendiri--
hilang darinya." (Naqoy)
"Where
the attention goes, the energy flows." (ke mana pikiran tertuju, ke
sanalah energi mengalir).
"Orang
yang tidak baca dan tidak shalat itu tidak layak jadi pemimpin." (Prabowo
Subianto. Dan, memang Prabowo adalah jenderal yang kutu buku)
"The
man who enters a library is in the best society this world affords; the good
and the great welcome him, surround him, and
humbly ask to allowed to become his service." (Andrew Carnegie)
"Dua
kekuatan yang berhasil mempengaruhi pendidikan manusia: seni dan sains.
Keduanya bertemu dalam buku." (Maxim Gorky)
"A
room without books is like a body without a soul." (Marcus Tullius Cicero)
“Saya
bergabung di tentara. Jadi, rasa takut sudah biasa. Sebagai eks tentara, saya
tahu risikonya. Di tentara, jika terpojok, sebaiknya mundur dulu dan mengamati.” (Prabowo Subianto)
“Bagaimanapun jeleknya demokrasi sebagai sistem, toh
lebih baik daripada yang ada. Sebab, manusia punya hak untuk bicara.”
(Pramoedya Ananta Toer)
"Keinginan
menjadi pegawai negeri adalah salah satu faktor kenapa korupsi mustahil
diberantas. Di birokrasi itulah korupsi itu merajalela. Orang suci pun bisa
jadi korup di sana. Dan, pegawai negeri sudah bertumpuk-tumpukkan. Pendidikan
yang membentuk itu semua." (Pramoedya Ananta Toer)
"Banyak
orang jadi dokter atau meester, hanya karena orang tuanya mampu membiayai, atau
dia diongkosi oleh orang lain. Itu tak mengagumkan. Hanya orang yang kuasa
mengangkat dirinya sendiri jadi dokter, atau meester, atau insinyur, dengan
tenaga dan kekuatannya sendiri itulah yang patut mendapat pujian."
(Pramoedya Ananta Toer, Keluarga Gerilya, Jakarta: PT. Pembangunan, 1955,
h. 190-191).
"Titel
akademi itu bukan tujuan manusia. Hanya alat belaka. Tak ubahnya dengan pisau,
mobil, atau pacul—alat
untuk memudahkan orang dalam mencapai cita-citanya." (Pramoedya Ananta
Toer, Keluarga Gerilya, h. 191).
"Setinggi-tinggi
ilmu, sepandai-pandai siasat, semurni-murni tauhid." (H.O.S.
Tjokroaminoto)
"Politik
adalah sebuah tiwikrama, ketika manusia bergulat untuk mengubah keadaan jadi
sebuah dunia yang lebih baik. Politik mentransformasi manusia yang rutin,
terbatas, dan terpisah-pisah, menjadi subyek yang menggerakkan dan digerakkan
tuntutan yang melebihi keterbatasan dan kepentingan dirinya." (Goenawan
Mohamad, dalam Catatan Pinggir: Tangis)
"Perlawanan
dipikirkan oleh kaum cerdas, dilaksanakan kaum pemberani, ditunggangi kaum
jahat, dan dinikmati kaum licik."
"Cendekiawan adalah
orang yg dikenal karena melahirkan discourse
di bidang ide-ide sosial dan kemanusiaan--suatu penguraian buah renungan,
umumnya dalam bentuk tulisan yg ditujukan kepada publik, dengan tekad mencari
alternatif dan tak jarang lahir dari polemik yang mengandung perdebatan.
Esensinya adalah kemerdekaan berpikir, kebebasan menjelajah, kemandirian sikap
dan keberanian mengartikulasikan semua itu." (Goenawan Mohamad)
ZAMAN INI BANYAK ORANG KEHILANGAN IDEALISME..
ZAMAN INI BANYAK ORANG KEHILANGAN IDEALISME..
"Mohammad Natsir mengatakan bahwa perjuangan politik itu kadang-kadang seperti menghadapi tembok tebal yang sulit dihancurkan
Namun ketika seseorang berjuang, dia melakukan sesuatu di atas suatu dasar pemikiran dan keyakinan
Pemikiran dan keyakinan itulah yang dalam bahasa sederhana disebut sebagai ideologi dan sekaligus idealisme
Ideologi adalah keyakinan akan sesuatu yang dianggap sebagai kebaikan yang diartikulasikan ke dalam suatu tindakan atau gerakan
Di dalamnya terkandung idealisme, sesuatu yang dianggap ideal dan baik yang harus diperjuangkan secara terus menerus
Perjuangan takkan pernah berhenti dari zaman ke zaman. Karena setiap zaman akan memunculkan tantangan tersendiri yang memerlukan jawaban
Pemimpin lahir dan mati, silih berganti memperjuangan idealisme. Ada kalanya mereka menang. Ada kalanya mereka tewas dan binasa
Tak ada kata mengalah dalam memperjuangkan idealisme, walau terkadang banyak pejuang yang kalah dan dikalahkan
Natsir dan banyak pengikutnya bisa dikatakan sebagai orang-orang yang tak mengenal kata kalah. Namun mereka seringkali dikalahkan
Kalah dan menang, terkadang hanyalah soal waktu. Biarlah idealisme itu tetap tersimpan di hati dan pikiran. Suatu ketika dia akan menang." (Yusril Ihza Mahendra)
"Dalam soal artikel
koran, saya sependapat dengan Bara Hasibuan betapa rata-rata kolom di Indonesia
terlalu berat, reflektif, dan teoritis. Referensi Bara tentunya Internatioal Herald Tribune dan
koran-koran luar negeri lainnya." (Indra
J. Piliang)
"Kehancuran bangsa berasal dari kaum muda yang tak melawan, yang
tak punya idealisme."
"Siapkan 100 peti mati. 99 untuk para koruptor, satu untuk saya
jika saya juga korupsi." (Zhu Rongji, PM Cina periode 1998 --
2003)
"Tidak ada reformasi tanpa amandemen konstitusi. Pergantian sebuah
rezim tanpa perubahan sistem, tidak akan banyak menghasilkan sesuatu yang
ideal." (Yusril Ihza Mahendra)
"Substansi dari karya Pramoedya adalah 'melawan'. Bagi Pram, hanya
dengan melawan, bangsa ini merdeka.
Hanya dengan melawan, feodalisme dapat diruntuhkan. Jika kaum muda merasa
dijajah kaum tua, satu-satunya cara adalah 'melawan'. 'Kita telah melawan, Nak,
Nyo,' tulis Pram dalam Bumi Manusia. Memang, dalam perlawanan, sering kali kita
kalah. Namun, harus diingat, perlawanan adalah alat bukan tujuan. Melawan
memang milik sedikit orang. Ia hanya dipunyai oleh para pejuang dan pahlawan.
Ia menjadi ciri kaum idealis. Memang, tidak semua perjuangan akan menghasilkan.
Kewajiban kita hanyalah 'melawan' kepada ketidakbenaran. Tidak peduli
perjuangan itu akan berhasil atau gagal. Demikian kira-kira substansi dari
karya Pram."
Ki Hajar Dewantara berkata kepada salah seorang muridnya, "Sudah
cukup. Kau boleh keluar dari sini (Taman Siswa). Kau berbakat keluar negeri.
Seperti Rusli... Di sini tidak ada ijazah. Saya mendirikan sekolah ini untuk
membangun watak. Tidak untuk membagi-bagi ijazah. Tapi, kalau kau mau surat
keterangan tamat belajar, sana ambil sendiri di kantor...."
“Kekerasan adalah bidan dari setiap masyarakat lama
yang sedang hamil tua dengan (menuju) masyarakat baru.” –Karl Marx
"Sastra
(atau seni) harus menjadi bagian dari perjuangan kepentingan proletar, menjadi
ger dan sekrup dari mesin raksasa sosial demokrat yang digerakkan oleh kaum
buruh." (Lenin)
"Kerajaan Tuhan yang menjadi tujuan dari orang-orang yang berperang
adalah semacam sebuah sistem sosial di mana tidak ada budak dan majikan, tidak
ada kekayaan pribadi, atau institusi seperti gereja dan negara. Penguasa yang
tertinggi adalah kesadaran manusia." (Thomas Munzer, teolog Kristen abad XVI, 1490 - 1525).
"Inti kesenian adalah berbuat untuk kemanusiaan." (Nano
Riantiarno)
"Men are created free and
equal." (John Locke dan
Thomas Jefferson)
"Menjadi pegawai negeri kolonial menghilangkan kemerdekaan diri dan
kebebasan berpikir." (Tirto Adhi Soerjo dalam Prameodya Ananta Toer, Sang Pemula, Jakarta:
Hasta Mitra, 1985, h.185)
"Selama di tanah Jawa masih belum ada handelsstand (golongan pedagang, golongan menengah, kaum mardika),
yang diindahkan oleh bupatinya, maka nafsu Pribumi untuk bekerja dengan
membuang-buang tenaga bertahun-tahun hanya demi pangkat dengan gaji kecil itu
tidak akan lenyap. Inilah fatsal pertama yang jadi sebab kemunduran tanah
Jawa." (Tirto Adhi Soerjo dalam Prameodya Ananta
Toer, Sang Pemula, Jakarta: Hasta Mitra, 1985, h.203).
"Hanya
sedikit orang yang menganggap jabatan seperti belenggu. Kebanyakan orang
melihat jabatan seperti gelang emas yang membuat orang lain iri."
(Goenawan Mohamad, di Catatan Pinggir Tempo)
“Orang miskin, karena buku menjadi kaya. Orang kaya,
karena buku menjadi anggun.” (Pepatah China)
"Aku
rela dipenjara asalkan bersama buku. Karena, dengan buku, aku bebas."
(Moh. Hatta)
"Dalam
keheningan, terkadang muncul sekilas jawaban-jawaban dari apa yang kita cari
dan kita butuhkan selama ini." (Nanang Qosim Yusuf)
"Kegairahan belajar
membedakan antara usia muda dan usia tua. Sepanjang Anda belajar, Anda tidak
akan pernah tua." (Rosalyn Sussman Yalow, ahli fisika)
"Kegairahan belajar
membedakan antara usia muda dan usia tua. Sepanjang Anda belajar, Anda tidak
akan pernah tua." (Rosalyn Sussman Yalow, ahli fisika)
"Lukisan adalah
sastra dalam warna-warni. Sastra adalah lukisan dalam bahasa." (Pramoedya
Ananta Toer, Bumi Manusia, 1985: 313)
"Kitab suci itu
ditulis, batu nisan itu ditulis. Jadilah penulis!" (Indra J. Piliang).
"Semuanya harus
dituliskan. Apapun...." (Pramoedya
Ananta Toer)
"Faktor bakat dalam
menulis hanya 10% saja, sedangkan faktor latihan dan tekad yang kuat adalah
sisanya, yakni 90%." (Mochtar Lubis, sastrawan/jurnalis)
"Penulis itu adalah
orang yang berjarak dengan keadaan. Naluri penulis adalah kekasih sunyi. Di
keramaian sekalipun. Siapkan mentalitas itu." (Indra J. Piliang)
"Kepintaran bukan
ukuran untuk menjadi seorang penulis. Yang paling penting adalah empati atau
keinginan merasakan apa yang diderita atau dipikirkan atau dirasakan orang
lain, seperti orang lain itu memikirkan dan merasakannya. Kalau sisi humanisme
hilang dalam diri saya, barangkali saya tidaklah bisa menjadi seorang
penulis." (Indra J. Piliang)
"Jika ada sebuah buku
yang ingin Anda baca, tetapi buku
tersebut belum ada yang menulisnya, maka Andalah yang harus menulis buku
itu." (Toni Morrison, pemenang Hadiah Nobel dalam
Sastra 1993)
"Kasta
bangsawan-priyayi merupakan golongan atas masyarakat yang konsumtif, tidak
produktif, dan lebih lagi: tidak kreatif. Hampir tanpa kekecualian. Ia kenal
watak dan impian kasta ini: pangkat dan kehormatan yang diinderai: bintang,
payung, selempang, pita, gelar. Dan gelar tertinggi yang diimpikan adalah:
Pangeran, Arya, Adipati, Tumenggung." (Prameodya Ananta Toer, Sang Pemula,
Jakarta: Hasta Mitra, 1985, h. 14. Maksud Pram adalah tentang sikap Tirto Adhi
Soerjo yang keluar dari keluarga ningrat-priyayinya serta menolak untuk menjadi
ambtenar)
"Tidak ada yang lebih tajam
dalam menilai daripada orang yang tak terdidik. Ia tak tahu argumen maupun
argumen kontra, namun selalu percaya dirinya benar." (Ludwig Feuerbach,
filsuf dan antropolog Jerman).
“Kita
dapat menemukan arti dalam hidup ini dengan tiga cara: mengerjakan kebajikan,
mengalami efek suatu nilai moral, dan mengalami penderitaan.” –Victor
Frankl (Penulis buku Man’s Search
for Meaning)
“Hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas.
Kita bisa belajar dari setiap orang, entah itu orang sukses, orang gagal, ataupun
kepada kita sendiri, kita gagal, kita sukses atau dari keadaan. Dan, tentu
terutama melewati buku, kita bisa belajar begitu banyak. Dan saya, minimal
sudah 25 tahun tidak pernah berhenti membaca buku.” (Andrie
Wongso)
“Tanpa proses belajar, manusia itu terhenti.” (Andrie
Wongso)
“Jangan berhenti untuk belajar! Seperti pepatah dalam
bahasa Inggris, ‘Learning is never ending adventure.’ (Belajar
adalah seperti petualang yang tidak pernah berhenti).” (Andrie
Wongso)
“Siapa pun kita dulu, tidak penting. Yang penting,
sikap mental kita. (Andrie Wongso)
“Di
abad 21 ini, manusia ditandai oleh sikap mental untuk belajar, entah lewat
koran, lihat TV, belajar di internet, dan buku tentunya.” (Andrie Wongso)
"Orang yang hanya memikirkan urusan perutnya, harga dirinya tidak
jauh berbeda dengan apa yang dikeluarkan oleh perutnya itu sendiri." (Ali
bin Abi Thalib)
“Seorang
politikus tidak mengenal Multatuli, praktis tidak mengenal humanisme atau
humanitas secara modern. Dan, politikus tidak mengenal Multatuli, bisa menjadi
politikus kejam. Pertama, dia tidak kenal sejarah Indonesia. Kedua, tidak
mengenal humanisme secara modern, dan bisa menjadi kejam.” - Pramoedya Ananta Toer –
“Jangan
lihat masa lalu dengan penuh penyesalan, jangan pula lihat masa depan dengan
penuh ketakutan. Tetapi, melangkahlah hari ini dengan penuh optimis akan
kebahagiaan.”
"Lebih baik makan gaplek tetapi
merdeka, daripada makan bistik tetapi budak." (Bung Karno).
Hukum-hukum harus dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh rakyat biasa. (Lon Fuller
dalam bukunya The Morality of Law [moralitas Hukum])
Bahwa suatu
negara hukum, didasarkan pada suatu
keinginan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang baik
dan adil. Hukum menjadi landasan dari segenap tindakan negara, dan hukum itu
sendiri harus baik dan adil. (Frans Magnis Suseno, 1994, Etika Politik
Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta: Gramedia, hal 295);
“Motivator belajar yang paling baik ialah rasa
ingin tahu (curiosity).” –Nani
Efendi
“Saya
tidak mengetahui bagaimana takdir kalian. Tetapi, satu hal yang pasti, di
antara kalian yang akan benar-benar berbahagia adalah yang memiliki hati untuk
melayani.” –Albert Schweitzer, filosof Jerman
“let
bygones be bygones” (yang lalu biarlah berlalu).
Vox populi vox dei (suara
rakyat adalah suara Tuhan ).
SUMMUM JUS SUMMA INJURIA (Cicero); SUMMA LEX SUMMA CRUX (keadilan yang setinggi-tingginya dapat
berarti ketidakadilan tertinggi). Atau, keadilan yang tertinggi adalah ketidakadilan
yang terbesar.
-EXTREME JUSTICE IS EXTREME INJUSTICE.
-THE STRICTEST LAW OFTEN CAUSES THE MOST SERIOUS
WRONG
SUMMUM IUS SUMMA INJURIA
(keadilan tertinggi dapat berarti ketidakadilan tertinggi).
"Kejahatanlah yang
membikin aib, bukan tiang gantungan." (Surat simpati dari Eropa untuk
T.A.S. yang dikriminalisasi dan dihukum dengan cara diasingkan oleh pemerintah
kolonial Belanda. Lihat Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, Jakarta:
Hasta Mitra, 1985, h. 56-57)
SALUS POPULI SUPREMA LEX (kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat adalah hukum yang tertinggi pada suatu negara).
Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan.
Kekuasaan tanpa hukum adalah kesewenang-wenangan.
"Sejatinya, lembaga pemilihan
umum--termasuk pilkada--tidak lebih hanya merupakan suatu strategi untuk menuai
legitimasi para elite pengambil keputusan melalui mekanisme partisipasi politik
masyarakat." (Weber, 1947; Schumpeter, 1976)
”Berangkatlah,
niscaya engkau akan mendapatkan ganti untuk semua yang engkau tinggalkan.
Bersusah payahlah sebab kenikmatan hidup direngkuh dalam kerja keras. Ketika
air mengalir, ia akan menjadi jernih dan ketika berhenti ia akan menjadi keruh.
Sebagaimana anak panah, jika tidak meninggalkan busurnya tak akan mengenai
sasaran. Biji emas yang belum diolah sama dengan debu di tempatnya.” (Nasihat Imam Syafi’i kepada para pencari untuk berani melakukan pengembaraan intelektual).
“My loyalty
to my party ends, where my loyalty to my country begins.” (Abraham Lincoln, Presiden ke-16 Amerika Serikat
dari Partai Republik pada tahun 1860).
Karena kami makan akar dan terigu menumpuk di gudangmu... karena kami
hidup berhimpitan dan ruangmu berlebihan... maka kita bukan sekutu
Karena kami kucel dan kamu gemerlapan... karena kami sumpek dan kamu
mengunci pintu... maka kami mencurigaimu
Karena kami telantar di jalan dan kamu memiliki semua keteduhan...
karena kami kebanjiran dan kamu berpesta di kapal pesiar... maka kami tidak
menyukaimu
Karena kami dibungkam dan kamu nrocos bicara... karena kami diancam dan
kamu memaksakan kekuasaan... maka kami bilang TIDAK kepadamu
Karena kami tidak boleh memilih dan kamu bebas berencana... karena kami
cuma bersandal dan kamu bebas memakai
senapan... karena kami harus sopan dan kamu punya penjara... maka TIDAK dan
TIDAK kepadamu
Karena kami arus kali dan kamu batu tanpa hati maka air akan mengikis
batu
—(Syair W.S. Rendra yang dibacakannya di
lantai 12 Gedung Rektorat Universitas Trisakti pada hari berkabung 13 Mei 1998)
Ali Bin Abi Thalib,
mengatakan, “Kebenaran yang tidak
terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir.”
Sun Tzu, mengatakan, “Jika Anda mengenal diri dan musuh Anda, Anda tidak
akan kalah dalam seratus pertempuran.”
“Perang
adalah politik yang berdarah. Sedangkan politik adalah perang yang tidak
berdarah.”
“Empat tahun yang paling sengsara dalam hidup saya,
ketika saya menjabat presiden.” – John Quincy Adam
“Sungguh mati saya merasa letih karena ini.
Nampaknya, pekerjaan presiden hanya sekedar mendengar orang lain berbicara.” --William H. Taft
"Sewaktu ia ditanya,
apakah yg paling membingungkan di dunia ini, ia menjawab, "Manusia. Karena
ia korbankan kesehatannya demi uang dan ia korbankan uangnya demi kesehatan.
Lalu, ia sangat khawatir dengan masa depannya, sampai ia tidak menikmati masa
kini. Akhirnya, ia tidak hidup di masa depan ataupun di masa kini. Ia hidup
seakan-akan tidak akan mati. Lalu ia mati tanpa benar-benar menikmati apa itu
hidup."
(Dalai
Lama)
“Jangan tanya apa yang telah negara berikan pada
saya, tetapi tanyakan apa yang sudah saya berikan kepada negara.” John F. Kennedy (JFK)
“Jadi presiden rasanya seperti orang yang diarak
keliling kota dengan kereta. Sekiranya bukan karena kehormatan, niscaya saya
lebih suka jalan kaki.” (Abraham Lincoln)
“Menjadi presiden tak ubahnya seperti mengendarai
macan. Kita harus mengendarainya, atau kalau tidak, kita akan diterkam.” –Theodore
Roosevelt
Sebagian besar dari kita
lebih suka dirusaki oleh pujian ketimbang diselamatkan oleh kritikan. –Norman Vincent Peale
Tekanan itu adalah sebuah
privilese. Ia hanya datang kepada orang-orang yang sudah memperoleh privilese
itu. –Billie Jean King
Saya melakukan yang
terbaik sebisa saya, sebaik-baiknya semampu saya. Dan, saya berniat untuk terus
melakukannya sampai akhir hayat. –Abraham
Lincoln
Para pemimpin besar tak
dapat hidup tanpa buku. –Thomas Jefferson
“Kesengsaraan dunia tidak akan berakhir, sebelum
filosof menjadi raja atau raja menjadi filosof.” –Plato
“Kita tidak dapat mengharapkan negara menjadi baik
apabila orang-orang yang berkuasa tidak berperilaku baik.” –Plato
“Poverty engender crime.” (kemiskinan melahirkan kejahatan)
“No man is fit to hold the position of President
of United State at all, unless as
president he feels that he represents no party but the people as a whole.” –Theodore
Roosevelt
“No man can occupy the office of the president
without realizing that he is president of all the people.” –Theodore
Roosevelt
"Seorang pedagang
bisa menjual banyak barang, tetapi seorang pekerja biasanya hanya memiliki satu
pekerjaan, yang tidak saja menopang kebutuhan hidupnya, tetapi juga kebutuhan
identitas dirinya. Barang yang tidak terjual hanya mengganggu, tetapi seorang
pekerja yang menganggur adalah sebuah tragedi." (Paul Krugman)
"Kemiskinan
seperti pohon bonsai. Ia tumbuh kerdil karena akarnya hidup dalam wadah
terbatas. Akarnya tidak cukup kuat untuk mencari makan ke mana-mana karena ia
dibatasi. Anda bisa saja tumbuh seperti raksasa, tetapi Anda tak pernah
menemukan caranya." (Prof. Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank)
"Persoalan
kemiskinan adalah persoalan aksesibilitas." (pendapat Amartya Sen)
“Orang yang unggul berpikir tentang kebajikan.
Sedangkan orang yang lemah berpikir tentang kenyamanan hidup.” –Confucius
"Kalau hidup sekedar
hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, kerbau di sawah
juga bekerja." (Buya HAMKA)
"Pikiran
adalah magnet dari alam semesta. Pikiran bisa menarik apapun yang ada dalam
kehidupan ini: kekayaan, kesuksesan, kebahagiaan, kegagalan, kebangkrutan, dan
keputusasaan. Jika Anda sering berpikir negatif dan meyakininya, maka pikiran
akan memanggil energi negatif yang ada dalam alam sekitar sehingga Anda akan
benar-benar menjadi manusia terbodoh dan termiskin di dunia ini. Sebaliknya,
jika Anda berpikir positif terus, dan juga sangat mempercayainya, maka pikiran
juga akan memanggil energi alam yang membuat Anda berlimpah kepintaran,
kekayaan, dan kesuksesan yang luar biasa." (Naqoy)
“Kemiskinan terjadi bukan karena kurangnya makanan,
tetapi karena kurangnya demokrasi.” –Amartya Sen (peraih Nobel Ekonomi 1998)
Extreme justice is extreme
injustice. (Keadilan yang tertinggi adalah ketidakadilan yang terbesar. –Cicero
Pondasi keadilan (hukum)
itu adalah i’tikad baik. –Cicero
The welfare of the people
is the ultimate law. –Cicero
The strictest law often
causes the most serious wrong. –Cicero
The essence of liberty is
to live as you choose. –Cicero
Freedom is a possession of
inestimable value. –Cicero
“Kita diajari untuk memelihara GNP sebagai suatu
cara untuk menghilangkan kemiskinan. Mari kita putar keadaan ini dengan
menghilangkan kemiskinan sebagai suatu cara untuk meningkatkan GNP. –Mahbub Ul Haq (Pakistan)
Bung Karno, pada 17 Agustus 1964, dalam pidatonya yang
berjudul “Tahun Vivere
Pericoloso” (Tahun
Menyerempet Bahaya), menyebutkan tentang sumber ancaman revolusi. Ia menuding
kekuatan reaksioner dan apa yang diistilahkannya dengan “setan multiparty sistem”. Pada dasarnya, Bung Karno
tidaklah membenci partai politik karena partai politik telah banyak berjasa
dalam mempersiapkan dan mengemban revolusi. Namun, kata Founding Father itu, “Yang tidak aku sukai adalah praktik-praktik yang
menunggangi partai-partai politik untuk memperkaya diri atau untuk melampiaskan
ambisi-ambisi perseorangan yang lobatama.”
“Ekstremisme dalam mengejar
kekuasaan sungguh perbuatan jahat yang tak termaafkan.” –Lyndon Baines Johnson (Presiden AS ke-36)
“Dengan membuka pintu sekolah, Anda telah menutup
pintu penjara.”
“Belajar ibarat berenang melawan arus. Jika kita
berhenti, maka seketika itu juga kita akan terdorong ke belakang atau
tertinggal di belakang.”
puisi dari W.S.
Rendra. Puisi ini pernah dibacakannya sendiri di lantai 12 Gedung Rektorat
Universitas Trisakti, Jakarta, pada hari berkabung 13 Mei 1998. Yang
digambarkan W.S. Rendra dalam puisinya ini adalah kesenjangan in optima forma dalam segala bidang,
yaitu sosial, ekonomi, dan politik. Begini
bunyi puisinya:
Karena kami
makan akar dan terigu menumpuk di gudangmu...
karena kami
hidup berhimpitan dan ruangmu berlebihan... maka kita bukan sekutu
Karena kami
kucel dan kamu gemerlapan...
karena kami sumpek
dan kamu mengunci pintu... maka kami mencurigaimu
Karena kami
telantar di jalan dan kamu memiliki semua keteduhan...
karena kami
kebanjiran dan kamu berpesta di kapal pesiar...
maka kami
tidak menyukaimu
Karena kami
dibungkam dan kamu nrocos bicara...
karena kami
diancam dan kamu memaksakan kekuasaan...
maka kami
bilang TIDAK kepadamu.[1]
“Untuk membangun satu negara
yang demokratis, satu ekonomi yang
merdeka harus dibangun. Tanpa ekonomi yang merdeka, tak mungkin kita mencapai
kemerdekaan, tak mungkin kita mendirikan negara, tak mungkin kita tetap hidup.” –Kim Il Sung (PM Korut)
“Labor there before and not tied to capital. Capital is the result of
labor, and there never will be if labor does not exist. Labor is more important
than capital and should get more attention.” (Buruh
ada sebelum dan tidak terkait pada modal.
Modal merupakan hasil dari buruh dan tidak akan pernah ada apabila buruh
tidak ada. Buruh lebih penting daripada modal dan harus mendapatkan perhatian
yang lebih besar). –Abraham Lincoln
“Setiap generasi memerlukan
sebuah revolusi baru.” –Thomas Jefferson (Presiden USA
ke-3)
"Komunisme
itu ada dua macam: sebagai ideologi perorangan dan sebagai sistem
politik." (Pramoedya Ananta Toer)
"Saya
mengharapkan, apa yang dibaca dari tulisan saya, itu memberikan kekuatan pada
pembaca saya untuk tetap berpihak pada yang benar, pada yang adil, pada yang
indah." (Pramoedya Ananta Toer)
"Lukisan
adalah sastra dalam warna-warni. Sastra adalah lukisan dalam bahasa."
(Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia, 1985: 313)
“Kemiskinan adalah bentuk paling
buruk dari kekerasan.” Mahatma
Gandhi
“Orang baik tidak memerlukan
hukum untuk memerintah mereka agar bertindak penuh tanggung jawab, sementara
orang jahat akan selalu menemukan celah di sekitar hukum.” –Plato (filosof Yunani 428 SM-348 SM)
“Di zaman edan, siapa yang tidak
edan tidak kebagian. Orang waras dianggap tidak waras, tetapi penjahat negara
dianggap pahlawan. Walaupun begitu, sebaik-baik orang di zaman edan adalah
mereka yang eling lan waspada (ingat
dan waspada).” –R. Ng. Ronggowarsito
“Barangkali kita butuh pemimpin
yang tidak seluruhnya berpikir andalkan rasio, tapi perlu spiritualitas untuk
menyeimbangkan gerak manusia dan gerak alam. Perlu juga direnungkan kaitan
pemimpin yang tidak ikhlas dan amanah dengan ‘kemarahan’ alam, dalam suatu makna spiritual. Spiritualitas itu
penting. Memahami jiwa dan watak rakyat
juga penting. Saya orang Indonesia, bukan orang Barat. Saya ingin tangkap
hakekat kekuasaan dari sudut pandang tradisi dan kultur masyarakat kita
sendiri. Saya harus kontemplasi pemikiran dan spiritualitas. Saya belajar
hukum, filsafat, politik, dan perbandingan agama. Mudah-mudahan saya tidak
ngawur memahami hakikat kekuasaan dari perspektif bangsa kita sendiri.” –Yusril Ihza
Mahendra-
“Dalam memperoleh kebenaran,
manusia itu tidak bisa tepat atau salah secara keseluruhan, melainkan setiap
orang hanya benar pada satu sisi. –Plato
"Tidak ada
yang namanya opini publik. Yang ada, hanyalah opini yang dipublikasikan."
(Winston Churcil)
“Pelajarilah kebenaran di pagi
hari. Meninggallah dengan bahagia di malam hari.” –Confucius
"Inti dari
kemanusiaan itu adalah pikir dan zikir. Ketika manusia berhenti berpikir dan
berzikir, maka ketika itulah ia bukan manusia lagi." Lihat Qs. Al A'raaf
ayat 179
“Keadilan itu adalah perasaan.” –Jaya Suprana
“Kita selalu menilai manusia itu
dari profesi. Padahal, kita lupa bahwa sebenarnya kita sama, yaitu sama-sama
manusia. Itulah hakikat kita, bukan profesi.” –Jaya Suprana
“Menyerahkan putusan untuk memperoleh
keadilan kepada nurani hakim, itu berbahaya. Karena, nurani kita berbeda.
Nurani Anda dan nurani saya tidak sama.” –Jaya Suprana
“Pengertian pendidikan itu
sangat luas, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, itu adalah
pendidikan. Bahkan, mimpi dalam tidur pun ada nilai-nilai pendidikannya.” –Jaya Suprana
“Kekeliruan yang sering
dilakukan akan dianggap sebuah kebenaran.” –Jaya Suprana (Kelirumolog)
Perasaan sama pentingnya dengan pikiran. Oleh karena
itu, saya tidak sepakat dengan pernyataan, ‘Jangan menggunakan perasaan’. Keadilan itu perasaan.” –Jaya Suprana
“Kegembiraan
bukan ada pada kebendaan, tapi ada pada diri kita.” –Richard
Wagner (komposer Jerman, 1813- 1883).
“Jika
kita sependapat bahwa pondasi kehidupan adalah kebahagiaan, bukan kesuksesan,
maka sangat beralasan bila kita menyatakan bahwa yang terpenting adalah ‘perjalanan’
mencapai tujuan, bukan semata ‘pencapaian’ tujuan.” (Dr.
Mihaly Csikszentmilhalyi, mahaguru Psikologi).
"Saat kita
benar-benar bertanya, maka Allah akan menjawab pertanyaan kita melalui
peristiwa-peristiwa yang kita sebut kebetulan yang sebenarnya tidak kebetulan.
Semua sudah direncanakan oleh-Nya dengan sangat indah dan terencana sempurna,
termasuk kehidupan kita ini. Disadari atau tidak, pada hakikatnya, peristiwa
yang kita sebut kebetulan adalah jawaban dari banyaknya persoalan yang kita
keluh-kesahkan kepada Tuhan. Cobalah ingat lagi peristiwa kebetulan yang dulu terjadi.
Sekarang, Anda akan mengimani bahwa tidak sia-sia semua yang Allah
rencanakan." (Nanang Qosim Yusuf)
"Musuh
keikhlasan adalah keegoisan dan keserakahan." (Nanang Qosim Yusuf)
Kata Bijak Gede Prama
“Kesedihan dan kebahagiaan
adalah permainan bagi jiwa yang sedang bertumbuh menjadi dewasa. Bagi jiwa yang
sudah dewasa tahu kalau keduanya bersifat sama: tidak pasti, datang dan pergi.” Gede Prama
“Tidak ada yang namanya
kebetulan. Semuanya telah, sedang, dan akan berjalan sempurna.” Gede Prama
“Sehat adalah waktu untuk
bersyukur pada kehidupan. Sakit adalah momentum untuk memurnikan jiwa.” Gede
Prama
“Terkadang, orang hanya
menganggap karma hanyalah kesialan. Tanpa mereka sadari, perjalanan hidup kita
yang sekarang adalah karma kita yang lalu. Gede
Prama
Mengalirlah seperti air di sungai, tetapi tidak
hanyut. Gede Prama
“Kebahagiaan adalah apa yang
terjadi di dalam diri ketika membuat orang lain bahagia.” Gede Prama
“Kita hidup penuh dengan perbedaan, baik agama, suku,
dan sebagainya. Kita pun bisa berbeda di setiap ruang dan waktu. Yang sama
biarlah sama. Jadikan perbedaan itu sebagai lahan untuk melatih diri untuk
saling menghargai. –Gede
Prama
“Penderitaan adalah
ketidakhadiran sementara daripada kebahagiaan. Kebahagiaan adalah menghilangnya
sementara daripada penderitaan. Kedua-duanya tidak kekal, kecuali kebahagiaan
yang diperoleh dengan cara-cara kejiwaan. –Gede Prama
“Keterampilan memimpin orang
lain adalah bagaimana memimpin orang lain tapi orang tersebut tidak merasa
dirinya sedang dipimpin.” –Gede Prama
“Penyakit tidak hanya datang
dari makanan dan minuman. Fakta menyebutkan, sebagian besar penyakit timbul
akibat pikiran negatif. Hanya dengan berpikir positif, menyayangi sesama, alam,
sesungguhnya membuat kita bahagia.” –Gede Prama
“Setiap orang yang kita temui
adalah Tuhan. Jika kita melihat seseorang yang murah senyum atau dermawan, itu
adalah sosol Tuhan Yang Maha Pemurah. Jika kita melihat seorang ibu yang
memarahi anaknya karena mencuri, itu adalah sosok Tuhan yang marah akan
keburukan umat-Nya. Tatkala kita bertemu dengan pencuri, atau seseorang yang
menyakiti kita, itu berarti Tuhan memperingatkan kita bahwa perbuatan tersebut
tidak baik.” –Gede Prama
“Tidak mungkin mendalami
kehidupan tanpa medalami kematian. Ia mirip mau mengerti siang tanpa mau
mengerti malam. Mau tahu rasa manisnya sukses tanpa tahu bagaimana pahitnya
gagal.” –Gede Prama
“Jika ada orang yang menyakiti
kita, itulah saatnya melunasi hutang kita. Seandainya kita melawan, maka kita
menumpuk hutang kita. Hanya dengan kesabaran, maka hutang kita lunas.
Seandainya kita tidak bisa berbuat baik, setidaknya kita tidak menyakiti.” –Gede Prama
Kata Bijak
Seputar Kepemimpinan
Pepatah Belanda mengatakan, “Memimpin adalah jalan menderita.”
“Pemimpin
adalah orang yang kesepian.”
“Para
pemimpin besar tidak dapat hidup tanpa buku.”
“Memimpin tidaklah seperti memindahkan bidak catur.
Tidaklah semudah menyusun batu bata. Memimpin adalah mengatur dan menyatukan
berbagai karakter manusia.”
“Kemampuan kepemimpinan Anda tidaklah statis. Tidak
peduli dari mana Anda memulainya, Anda dapat menjadi lebih baik.” –John
C. Maxwell
“Kepemimpinan itu adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang
supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.” –George R. Terry
"Pemimpin mana saja
yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka." (HR. Ahmad)
"Barangsiapa yang
diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya,
maka Allah haramkan baginya surga." (HR Bukhari dan Muslim)
"Dalam
kondisi sulit, pemimpin itu harus hadir, bukan malah menghindar." (Jokowi)
“Kepemimpinan adalah pengaruh.” –John
C. Maxwell
“Kepemimpinan dikembangkan setiap hari, bukan dalam
sehari.” –John C. Maxwell
“Pemimpin yang sukses suka belajar. Dan proses
belajarnya berlangsung terus, hasil dari disiplin diri dan kegigihan.” –John
C. Maxwell
“Kemampuan untuk memimpin adalah benar-benar
kumpulan keterampilan, hampir semua itu dapat dipelajari dan diperbaiki. –John C. Maxwell
“Kepemimpinan tidak berkembang dalam sehari.
Diperlukan waktu seumur hidup.” –John C. Maxwell
“Ukuran sebenarnya dari kepemimpinan adalah
pengaruh—tidak lebih, tidak kurang.” –John
C. Maxwell
“Bila Anda tidak mempunyai pengaruh, Anda tidak
akan pernah mampu memimpin orang lain.” –John C. Maxwell
“Kepemimpinan sejati tidak dapat dianugerahkan,
ditunjuk atau ditugaskan. Kepemimpinan datang hanya dari pengaruh.” –John
C. Maxwell
“Kepemimpinan dimulai dengan hati, bukan kepala.”
“Anda dapat mencintai orang lain tanpa memimpin
mereka, tetapi Anda tidak dapat memimpin orang lain tanpa mencintai mereka.”
“Setiap orang adalah seorang pemimpin, karena
setiap orang mempengaruhi orang lain.”
“Pengikut dalam organisasi sukarela tidak dapat
dipaksa untuk mengikuti. Bila pemimpinnya tidak mempunyai pengaruh atas diri
mereka, maka mereka tidak akan mengikuti.”
“Bila Anda tidak dapat mempengaruhi orang lain,
maka mereka tidak akan mengikuti Anda. Dan, bila mereka tidak mengikuti, Anda
bukan seorang pemimpin."
“Kepemimpinan sejati adalah menjadi orang yang akan
diikuti oleh orang lain dengan gembira dan keyakinan penuh.”
“Pengaruh diperoleh dari komunikasi. Komunikasi
mendatangkan pengakuan. Dan pengakuan mendatangkan pengaruh.”
"Kunci manajemen
adalah komunikasi." (Tanrie Abeng)
“Kita harus menganggap diri kita unggul dari
kebanyakan orang, merupakan salah satu langkah sukses dalam kepemimpinan.”
"Salah satu
penyebab kacaunya pengelolaan negeri ini adalah terlalu banyaknya orang2 yang
tdk tepat dlm menduduki jabatan2 tertentu. Artinya, tidak seimbang antara
kemampuan yg dia miliki dg jabatan yg ia duduki." (Idrus Marham Sekjen
Golkar)
"Penguasa
bertangan besi akan menghilangkan nyali. Sedangkan pemimpin yang terlalu dipuja
akan mematikan nalar." (Sudjewo Tedjo)
KATA-KATA BIJAK ABRAHAM LINCOLN
"I will prepare and someday my chance will
come." (saya akan melakukan persiapan dan suatu hari nanti kesempatan saya
akan datang)
"Sebagaimana aku
tidak ingin menjadi budak, aku juga tidak ingin menjadi tuan. Inilah
pernyataanku tentang demokrasi." (as I would not be a slave, so I would
not be a master. This expresses my idea of democracy).
Orang yang mengekang
kebebasan orang lain, sesungguhnya ia juga tidak layak untuk mendapatkannya.
(Those who deny freedom to others deserve it not for themselve)
"Hampir semua manusia
dapat bertahan dalam kesengsaraan, tapi jika kamu ingin menguji karakter
manusia, berikan ia kekuasaan." (nearly all men can stand adversity, but
if you want to test a man's character, give him power)
[1]
Kwik Kian Gie, “Kesenjangan Sosial, Ekonomi, dan Politik”,
dalam Frans M. Parera dan T. Jakob Koekerits (peny), Demokratisasi dan Otonomi: Mencegah Disintegrasi Bangsa, (Jakarta:
Penerbit Kompas, 1999), h. 34.
0 komentar:
Posting Komentar