"Tidak benar bahwa perbaikan sosial selalu mengandaikan revolusi. Kepentingan yang bertentangan antara buruh dan pemilik dapat saja dikompromikan atas dasar kepentingan bersama yang lebih mendasar agar perusahaan mereka maju. Yang benar adalah bahwa setiap perbaikan sosial harus diperjuangkan. Hanya kalau kelas buruh kuat dan terorganisasi, dia dapat memaksa para pemilik untuk memperlakukannya dengan wajar. Para pemilik hanya akan mengurangi eksploitasi buruh apabila eksistensi mereka sebagai kelas betul-betul terancam. Hanya kalau kelas buruh dapat menekan kelas pemilik, keadaan mereka akan berubah. (Franz Magnis-Suseno, h. 131). Karena kepentingan kelas pemilik dan kelas buruh secara objektif bertentangan, mereka juga akan mengambil sikap dasar yang berbeda terhadap perubahan sosial. Kelas pemilik, dan kelas-kelas atas pada umumnya, mesti bersikap konservatif, sedangkan kelas buruh, dan kelas-kelas bawah pada umumnya, akan bersikap progresif dan revolusioner. Kelas atas sudah berkuasa, ia hidup dari pekerjaan kelas bawah. Karena itu, kelas atas secara hakiki berkepentingan untuk mempertahankan status quo, untuk menentang segala perubahan dalam struktur kekuasaan. Mengingat mereka sudah mantap, setiap perubahan mesti mengancam kedudukan mereka itu. Sebaliknya, kelas-kelas bawah berkepentingan terhadap perubahan. Karena mereka tertindas, setiap perubahan merupakan kemajuan. Bagi mereka, setiap perubahan mesti berupa pembebasan. Marx, dalam Manifesto Komunisnya, menulis, proletariat paling-paling kehilangan belenggu-belenggu mereka. Tetapi, menurut Franz Magnis-Suseno, perubahan itu tidaklah mesti selalu dengan kekerasan. Meski demikian, perubahan tetaplah harus diperjuangkan. Karena, secara logika, kelas atas tidaklah mungkin rela memotong dahan tempat mereka berdiri (lebih jelas, lihat Franz Magnis-Suseno, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999).
Minggu, 20 September 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar