Oleh: Lisa Riyanti
Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Ada yang berpendapat, Indonesia bisa menjadi salah satu negara maju di dunia. Pendapat itu bukan tanpa alasan. Ada banyak potensi yang dimiliki oleh Indonesia untuk menjadi negara maju. Di antara potensi itu ialah: bonus demografi.
Bonus demografi adalah sesuatu yang sangat penting sebagai
modal suatu negara untuk bangkit menguasai dunia, terutama sektor ekonomi.
Apa itu bonus demografi? Menurut United Nations Population
Fund, bonus demografi adalah kondisi ketika masyarakat berusia produktif lebih
banyak daripada masyarakat berusia nonproduktif. Kondisi ini, bagi semua
negara, dialami sekali sepanjang sejarah.
Usia produktif yang dimaksud ialah 15-64 tahun. Sementara
itu, masyarakat nonproduktif adalah mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan
di atas 64 tahun.
Jumlah masyarakat berusia produktif ini menguasai 70%
populasi suatu negara. Sedangkan jumlah masyarakat berusia nonproduktif hanya
30% di antaranya.
Seperti dikutip dari Tirto, di Indonesia, isu ini ditaksirkan
terjadi pada 2020-2030. Puncaknya: pada 2028-2030, ketika 100 orang produktif
menanggung 44 orang nonproduktif.
Setelah itu, perbandingan masyarakat produktif dengan
nonproduktif diprediksikan akan kembali normal karena mereka yang berusia
produktif sudah mulai memasuki umur nonproduktif.
Dilansir dari Detik, kondisi ini terjadi karena adanya
perubahan struktur umur penduduk Indonesia yang disebabkan oleh dua hal: pertama,
angka kematian bayi (infant mortality rate) menurun sehingga jumlah bayi
yang tetap hidup hingga dewasa terus meningkat; dan kedua, angka
kelahiran total (total fertility rate) menurun sehingga anak yang
berusia di bawah 15 tahun pun berkurang.
Peluang
Terhadap tatanan sosial dan ekonomi suatu negara, kondisi terjadinya
bonus demografi memiliki dampak yang sangat besar. Hal ini bisa menjadi sebuah
peluang yang sangat menarik bagi Indonesia. Asalkan ia bisa dimanfaatkan sebaik
mungkin. Tapi bonus demografi juga bisa menjadi hal buruk bagi sebuah
negara jika tak dimanfaatkan dengan baik.
Oleh karena itu, HMI dalam kapasitasnya sebagai organisasi perjuangan, ia mesti menjalankan fungsi signifikan untuk memanfaatkan situasi ini. Dan, yang tak kalah penting adalah pemerintah RI sendiri. HMI harus memiliki peran dalam memanfaatkan bonus demografi
ini dalam rangka membangun Indonesia yang adil makmur.
Tantangan
Selain peluang, kondisi dimaksud juga memiliki tantangan
yang harus dihadapi. Artinya, selain memiliki banyak manfaat, bonus demografi juga
memiliki berbagai tantangan.
Potensi penduduk usia produktif, jika tak mampu dikelola dengan baik, bisa saja terjadi banyak hal buruk yang akan mengganggu kondisi perekonomian negara. Beberapa tantangan dimaksud di antaranya: pertama, bonus demografi membutuhkan lapangan kerja yang luas.
Artinya, jumlah masyarakat usia produktif yang banyak
ini juga, pada saat yang sama, membutuhkan lapangan kerja yang luas pula. Jika
lapangan kerja tidak memadai, bonus demografi justru akan menjadi penyebab ledakan
pengangguran.
Seperti ditulis Detik, melihat pada Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA), persaingan dalam mencari kerja di Indonesia akan semakin berat. Menurut
laporan United Nations Development Programme (UNDP), peringkat Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia masih berada di urutan ke-113 dari 188
negara di dunia. Peringkat tersebut menunjukkan Indonesia masih kalah dari
beberapa negara di Asia Tenggara, semisal Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand,
dan Singapura.
Tantangan kedua: dalam negara dengan bonus demografi, karena
jumlah penduduk usia produktif yang besar, kebanyakan akan diisi oleh masyarakat
dengan tingkat pendidikan menengah dan rendah, maka dibutuhkan skill yang memadai.
Tanpa skill yang cukup, sulit masyarakat untuk bersaing. Dan pada gilirannya, jumlah
penduduk usia produktif yang besar, justru akan menjadi sia-sia dan takkan
memajukan perekonomian negara. Malah sebaliknya: ia bisa jadi beban negara. Solusi untuk
mengatasi hal ini: negara—melalui pendidikan—harus berupaya meningkat ilmu
pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kesiapan Gen Z Membangun Peradaban
Oleh karena itu, generasi Z harus siap menghadapi isu bonus demografi ini. Apa yang harus dilakukan? Tentu dengan terus meningkatkan kualitas SDM. Dengan cara apa? Belajar, belajar, dan belajar. Ada beberapa skill penting yang harus dipelajari dan dimiliki oleh generasai Z. Apa itu?
Pertama, penguasaan terhadap bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Kedua, keterampilan menulis. Tanpa memiliki skill menulis, bagaimana kita bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dan pemikiran kita? Ketiga, penguasaan terhadap IT (information technology). Jaringan internet merupakan sumber informasi yang sangat besar dewasa ini. Bayangkan, satu informasi di Google, kalau dicetak, akan menghasilkan kertas setinggi 1 setengah mil. Suatu kemajuan yang menakjubkan.
Keempat, communication
skill. Communication skill atau keterampilan berkomunikasi, merupakan salah satu keterampilan dasar yang harus
dimiliki oleh generasi Z. Kelima, kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, dan rasional. Kemampuan ini penting dimiliki sebagai bekal dalam
hidup. Yang membedakan lulusan SLTA dengan lulusan perguruan tinggi adalah
kemampuan berpikir ini. Keenam, kemampuan kepemimpinan dan manajerial. Kemampuan
ini bisa didapat lewat aktivitas organisasi semisal organisasi HMI.
Lisa Riyanti, Peserta LK III dari Badko Sumbar
0 komentar:
Posting Komentar