alt/text gambar

Senin, 26 Februari 2024

Topik Pilihan:

Bonus Demografi: Peluang, Tantangan, dan Kesiapan Gen Z Membangun Peradaban

 


Oleh: Lisa Riyanti


Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Ada yang berpendapat, Indonesia bisa menjadi salah satu negara maju di dunia. Pendapat itu bukan tanpa alasan. Ada banyak potensi yang dimiliki oleh Indonesia untuk menjadi negara maju. Di antara potensi itu ialah: bonus demografi.

Bonus demografi adalah sesuatu yang sangat penting sebagai modal suatu negara untuk bangkit menguasai dunia, terutama sektor ekonomi.

Apa itu bonus demografi? Menurut United Nations Population Fund, bonus demografi adalah kondisi ketika masyarakat berusia produktif lebih banyak daripada masyarakat berusia nonproduktif. Kondisi ini, bagi semua negara, dialami sekali sepanjang sejarah.

Usia produktif yang dimaksud ialah 15-64 tahun. Sementara itu, masyarakat nonproduktif adalah mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun.

Jumlah masyarakat berusia produktif ini menguasai 70% populasi suatu negara. Sedangkan jumlah masyarakat berusia nonproduktif hanya 30% di antaranya.

Seperti dikutip dari Tirto, di Indonesia, isu ini ditaksirkan terjadi pada 2020-2030. Puncaknya: pada 2028-2030, ketika 100 orang produktif menanggung 44 orang nonproduktif.

Setelah itu, perbandingan masyarakat produktif dengan nonproduktif diprediksikan akan kembali normal karena mereka yang berusia produktif sudah mulai memasuki umur nonproduktif.

Dilansir dari Detik, kondisi ini terjadi karena adanya perubahan struktur umur penduduk Indonesia yang disebabkan oleh dua hal: pertama, angka kematian bayi (infant mortality rate) menurun sehingga jumlah bayi yang tetap hidup hingga dewasa terus meningkat; dan kedua, angka kelahiran total (total fertility rate) menurun sehingga anak yang berusia di bawah 15 tahun pun berkurang.

Peluang

Terhadap tatanan sosial dan ekonomi suatu negara, kondisi terjadinya bonus demografi memiliki dampak yang sangat besar. Hal ini bisa menjadi sebuah peluang yang sangat menarik bagi Indonesia. Asalkan ia bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Tapi bonus demografi juga bisa menjadi hal buruk bagi sebuah negara jika tak dimanfaatkan dengan baik.

Oleh karena itu, HMI dalam kapasitasnya sebagai organisasi perjuangan, ia mesti menjalankan fungsi signifikan untuk memanfaatkan situasi ini. Dan, yang tak kalah penting adalah pemerintah RI sendiri. HMI harus memiliki peran dalam memanfaatkan bonus demografi ini dalam rangka membangun Indonesia yang adil makmur.

Tantangan

Selain peluang, kondisi dimaksud juga memiliki tantangan yang harus dihadapi. Artinya, selain memiliki banyak manfaat, bonus demografi juga memiliki berbagai tantangan.

Potensi penduduk usia produktif, jika tak mampu dikelola dengan baik, bisa saja terjadi banyak hal buruk yang akan mengganggu kondisi perekonomian negara. Beberapa tantangan dimaksud di antaranya: pertama, bonus demografi membutuhkan lapangan kerja yang luas. 

Artinya, jumlah masyarakat usia produktif yang banyak ini juga, pada saat yang sama, membutuhkan lapangan kerja yang luas pula. Jika lapangan kerja tidak memadai, bonus demografi justru akan menjadi penyebab ledakan pengangguran.

Seperti ditulis Detik, melihat pada Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), persaingan dalam mencari kerja di Indonesia akan semakin berat. Menurut laporan United Nations Development Programme (UNDP), peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia masih berada di urutan ke-113 dari 188 negara di dunia. Peringkat tersebut menunjukkan Indonesia masih kalah dari beberapa negara di Asia Tenggara, semisal Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Singapura.

Tantangan kedua: dalam negara dengan bonus demografi, karena jumlah penduduk usia produktif yang besar, kebanyakan akan diisi oleh masyarakat dengan tingkat pendidikan menengah dan rendah, maka dibutuhkan skill yang memadai. Tanpa skill yang cukup, sulit masyarakat untuk bersaing. Dan pada gilirannya, jumlah penduduk usia produktif yang besar, justru akan menjadi sia-sia dan takkan memajukan perekonomian negara. Malah sebaliknya: ia bisa jadi beban negara. Solusi untuk mengatasi hal ini: negara—melalui pendidikan—harus berupaya meningkat ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kesiapan Gen Z Membangun Peradaban

Oleh karena itu, generasi Z harus siap menghadapi isu bonus demografi ini. Apa yang harus dilakukan? Tentu dengan terus meningkatkan kualitas SDM. Dengan cara apa? Belajar, belajar, dan belajar. Ada beberapa skill penting yang harus dipelajari dan dimiliki oleh generasai Z. Apa itu? 

Pertama, penguasaan terhadap bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Kedua, keterampilan menulis. Tanpa memiliki skill menulis, bagaimana kita bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dan pemikiran kita? Ketiga, penguasaan terhadap IT (information technology). Jaringan internet merupakan sumber informasi yang sangat besar dewasa ini. Bayangkan, satu informasi di Google, kalau dicetak, akan menghasilkan kertas setinggi 1 setengah mil. Suatu kemajuan yang menakjubkan. 

Keempat, communication skill. Communication skill atau keterampilan berkomunikasi, merupakan  salah satu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh generasi Z. Kelima, kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, dan rasional. Kemampuan ini penting dimiliki sebagai bekal dalam hidup. Yang membedakan lulusan SLTA dengan lulusan perguruan tinggi adalah kemampuan berpikir ini. Keenam, kemampuan kepemimpinan dan manajerial. Kemampuan ini bisa didapat lewat aktivitas organisasi semisal organisasi HMI.

Lisa Riyanti, Peserta LK III dari Badko Sumbar

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar