alt/text gambar

Selasa, 29 April 2025

Topik Pilihan:

Cendekiawan Kancil Pilek


Oleh: M Amien Rais


Suatu hari, ketika saya mengunjungi Ibu saya di Solo, beliau bercerita. Di sebuah hutan ada singa si raja hutan yang kandangnya sudah lusuh dan bau busuk. Si raja hutan itu ingin memperbaiki kandangnya. Suatu kali sang raja hutan mengundang lembu untuk mengunjungi rumahnya (kandangnya). Sang raja menanyakan pendapat lembu mengenai kandang yang ditempati sang raja. Maka dengan sangat ketakutan, lembu mengatakan, "Kandang raja sungguh harum dan indah sekali."

Mendengar jawaban yang tidak jujur dari lembu, maka raja hutan itu marah lalu memakannya. 

Beberapa hari kemudian, raja hutan mengundang kijang dan menanyakan hal yang sama. Lalu jawab sang kijang, "Rumah Anda sungguh sangat jorok dan bau busuk."

Mendengar jawaban kijang yang kelewat jujur itu pun, sang raja menjadi marah dan lagi-lagi kijang pun dimakannya. 

Lalu, sang raja mengundang kancil dengan pertanyaan serupa. Sang kancil manjawab, "Maaf raja, saya sedang pilek berat. Maka raja pun bisa mengerti kondisi kancil sehingga selamatlah sang kancil. 

Lembu dimakan karena terlalu menjilat, dan tidak jujur. Kijang dibunuh karena terlalu jujur, tidak bisa bersikap ngono yo ngono, ning ojo ngono. Seperti kancil pilek itulah kondisi cendekiawan kita saat ini. 

(M. Amien Rais, Membangun Politik Adiluhung: Membumikan Tauhid Sosial, Menegakkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar, Bandung: Penerbit Zaman Wacana Mulia, 1998, hlm. 288) 

0 komentar:

Posting Komentar