![]() |
Friedrich Nietzsche |
Oleh: Suhandoko
Sebuah kutipan tajam dari filsuf Jerman Friedrich Nietzsche kembali menjadi bahan perbincangan di kalangan pemikir dan pecinta filsafat: “Semua kebenaran besar mulai sebagai hujatan.” Ujaran ini bukan sekadar provokasi intelektual, melainkan refleksi mendalam tentang sejarah peradaban manusia yang kerap menolak pemikiran baru dengan label sesat atau berbahaya.
Nietzsche, sosok yang dikenal karena keberaniannya menggugat nilai-nilai tradisional, tidak hanya mengkritik agama, moralitas, dan masyarakat, tetapi juga mengungkapkan kenyataan pahit: bahwa kebenaran sejati sering kali tidak langsung diterima. Ia bahkan mengatakan bahwa pada awalnya, kebenaran besar justru dianggap penghinaan terhadap sistem dan keyakinan yang mapan.
Kebenaran Melawan Arus
Melalui kutipan ini, Nietzsche menunjukkan bahwa ide-ide revolusioner selalu menghadapi penolakan. Sejarah mencatat bagaimana Galileo Galilei, yang menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari, dituduh bid’ah oleh Gereja Katolik. Pemikiran Charles Darwin tentang evolusi manusia pun sempat dianggap mencemarkan kesucian penciptaan. Bahkan Socrates, guru besar filsafat Barat, dihukum mati karena dituduh merusak moral kaum muda Athena.
Nietzsche meyakini bahwa masyarakat pada umumnya takut terhadap perubahan. Ketika sebuah ide baru muncul dan menantang struktur nilai yang sudah tertanam lama, respons pertama yang muncul bukanlah keterbukaan, melainkan perlawanan. Dan dalam perlawanan itu, hujatan menjadi alat yang paling sering digunakan.
Hujatan sebagai Ujian Kebenaran
Menariknya, Nietzsche tidak melihat hujatan sebagai hal yang harus dihindari. Justru, dalam pandangannya, hujatan adalah bagian dari jalan menuju validasi kebenaran sejati. Ketika sebuah gagasan mendapat hujatan dari mayoritas, itu bisa menjadi tanda bahwa gagasan tersebut benar-benar menantang status quo dan berpotensi mengguncang fondasi lama yang lemah.
Ia mendorong para pencari kebenaran untuk tidak takut dicemooh atau dimusuhi. Dalam kerangka pemikirannya, keberanian untuk menyampaikan kebenaran, meski dianggap sebagai hujatan, adalah langkah pertama menuju pembebasan pikiran manusia dari belenggu kebohongan kolektif.
Konteks sosial dan budaya
Kutipan ini memiliki relevansi yang sangat besar dalam konteks modern, terutama di tengah masyarakat yang masih konservatif dalam menerima perbedaan gagasan. Dalam era digital, di mana informasi menyebar dengan cepat, ide-ide baru yang bertentangan dengan arus utama sering kali menjadi sasaran perundungan atau bahkan kriminalisasi.
Di Indonesia, berbagai isu seperti kebebasan berekspresi, pluralisme agama, hak minoritas, hingga perubahan pola pikir generasi muda masih menjadi ladang pertempuran antara yang lama dan yang baru. Kutipan Nietzsche ini seolah mengingatkan bahwa setiap perubahan besar memang harus melewati fase pertentangan yang keras.
Kebenaran dan ketabahan intelektual
Nietzsche juga menekankan pentingnya daya tahan dan keteguhan hati bagi siapa pun yang mengusung ide baru. Baginya, pencari kebenaran tidak boleh bergantung pada penerimaan sosial sebagai validasi, tetapi harus yakin pada kekuatan argumen dan ketulusan pencariannya. Dalam Thus Spoke Zarathustra, ia memperkenalkan sosok manusia unggul (Übermensch) yang mampu menciptakan nilai-nilainya sendiri, bahkan jika dunia menolak dan menghujatnya. Kutipan “semua kebenaran besar mulai sebagai hujatan” merupakan cerminan semangat tersebut — yakni dorongan untuk terus maju meski dihujat, karena dalam hujatan itu terkandung potensi revolusi pemikiran.
Pelajaran untuk generasi muda
Generasi muda yang tumbuh di tengah arus informasi global perlu memahami bahwa berpikir kritis dan mempertanyakan hal-hal yang mapan bukanlah bentuk pembangkangan, melainkan awal dari pencarian makna sejati. Nietzsche menjadi panutan bagi mereka yang berani berpikir lain, yang tidak puas dengan jawaban instan, dan yang berani dicap sebagai pengacau karena mengungkapkan kebenaran.
Lebih dari sekadar filsuf, Nietzsche mengajarkan bahwa menjadi manusia berarti berani memikul beban pemikiran, bahkan ketika dunia belum siap mendengarnya.
Penutup: Hujatan Sebagai Tanda Bahwa Anda di Jalur yang Benar
Nietzsche tidak menawarkan kenyamanan, tetapi tantangan intelektual. Dengan mengatakan bahwa kebenaran besar selalu diawali dengan hujatan, ia memberi semangat bagi siapa pun yang tengah merasa dikucilkan karena berpikir beda. Mungkin, seperti kata Nietzsche, itu justru pertanda bahwa mereka sedang berada di jalur yang benar.
Suhandoko
Artikel ini sudah tayang di VIVA.co.id pada hari Sabtu, 3 Mei 2025 - 05:15 WIB Judul Artikel : “Semua Kebenaran Besar Mulai sebagai Hujatan”: Seruan Nietzsche untuk Melawan Dogma
Link Artikel: https://wisata.viva.co.id/pendidikan/18230-semua-kebenaran-besar-mulai-sebagai-hujatan-seruan-nietzsche-untuk-melawan-dogma?page=3Oleh
0 komentar:
Posting Komentar