Oleh: NANI EFENDI
Ada penelitian ilmiah (research) menarik yang dilakukan oleh Fahmi Rizal Gadin untuk tesis pascasarjananya tahun 2004 di Universitas Jambi dengan judul: Kondisi Kemiskinan di Provinsi Jambi. Penelitian itu menemukan bahwa dalam 20 tahun terakhir, ternyata terjadi ketimpangan pembangunan daerah di Provinsi Jambi. Pada 2004, diketahui bahwa Provinsi Jambi wilayah timur mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Sedangkan di sisi lain, Provinsi Jambi wilayah barat mengalami peningkatan angka kemiskinan. Pemetaan wilayah Provinsi Jambi tahun 2004, dalam penelitiannya itu, dibagi dua: wilayah timur dan wilayah barat. Wilayah timur adalah Kota Jambi, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sementara wilayah barat terdiri dari Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Merangin, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Kerinci. Dari kelima kabupaten yang ada di wilayah barat itu, angka kemiskinan tertinggi terdapat di Kabupaten Kerinci.
Salah satu faktor yang menjadi
penyebab ketimpangan itu adalah jangkauan akselerasi pembangunan dari ibu kota
provinsi yang terlalu jauh. Mungkin, ketimpangan itu jugalah, yang merupakan
sumber kritikan dari elemen-elemen masyarakat, khususnya masyarakat Jambi
wilayah barat beberapa tahun yang lalu. Bahkan, sayup-sayup terdengar ide dan
keinginan dari beberapa elemen masyarakat Jambi barat untuk memekarkan dan
membentuk provinsi baru yang mereka namai Provinsi Puncak Andalas. Keinginan itu,
sebenarnya, haruslah dipahami sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap kebijakan
pembangunan selama ini dan merupakan suatu bentuk kritik masyarakat dalam hal
menuntut pembangunan yang adil dan merata yang semestinya menjadi tanggung jawab
Pemerintah Provinsi.
Kemiskinan
dan aksesibilitas
Secara teoritis, kemiskinan (poverty) memang sangat erat kaitannya
dengan persoalan aksesibilitas dan pembangunan. Amartya Sen, profesor di
Harvard University, Amerika Serikat, yang juga peraih Nobel Ekonomi tahun 1998,
menjelaskan, bahwa kemiskinan itu disebabkan oleh keterbatasan akses. Menurut
Sen, penyebab dari langgengnya kemiskinan, ketidakberdayaan, dan
keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Karena keterbatasan akses,
manusia mengalami keterbatasan pilihan untuk mengembangkan hidupnya. Akibatnya,
manusia hanya menjalankan apa yang terpaksa dapat dilakukan, bukan apa yang
seharusnya bisa dilakukan. Dengan demikian, potensi manusia untuk mengembangkan
hidup menjadi terhambat dan kontribusinya pada kesejahteraan bersama pun
menjadi lebih kecil.
Aksesibilitas yang dimaksud Sen
adalah terfasilitasinya kebebasan politik, kesempatan ekonomi, kesempatan
sosial (pendidikan, kesehatan, dan lain-lain), transparansi, dan lain
sebagainya (lihat Setyo Budiantoro, “Manusia, Kebebasan, dan Pembangunan” dalam
www.ekonomirakyat.org). Jalan,
jembatan, bandar udara, pelabuhan, rel kereta api, dan lain sebagainya
merupakan beberapa bentuk fasilitas-fasilitas publik yang dapat meningkatkan
akses dan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi. Itu dalam bentuk pembangunan fisik
dan ekonomi.
Dalam konteks politik dan
demokrasi, Sen juga menyebut, kelaparan yang terjadi di berbagai tempat di
dunia ini bukan karena kurangnya makanan, tetapi karena kurangnya demokrasi
(lihat Ignas Kleden, “Legislasi Antikomunisme atau Antiketidakadilan?”, dalam
Frans M. Parera dan T. Jakob Koekerits (peny), Demokratisasi dan Otonomi: Mencegah Disintegrasi Bangsa, 1999). Demokrasi yang dimaksud Sen
adalah demokrasi yang substansial, di mana setiap orang mendapatkan akses yang
luas untuk mengembangkan hidup dan kehidupan mereka.
Komitmen
politik Cagub
Dalam tulisan ini, saya tidak
bertujuan membahas tentang ide Provinsi Puncak Andalas sebagaimana yang saya
singgung sekilas di atas. Yang ingin saya tekankan dalam tulisan ini adalah
komitmen dari calon Gubernur Jambi pada Pilgub nanti untuk memberikan keadilan
pembangunan secara merata di seluruh Provinsi Jambi dalam upaya menanggulangi
kemiskinan dan keterbelakangan. Meningkatkan fasilitas dan aksesibilitas
masyarakat Jambi barat ke ibu kota provinsi haruslah menjadi salah satu agenda
prioritas utama Gubernur Jambi kedepan.
Siapa pun nanti yang akan maju di
Pilgub Jambi, ia harus membuat komitmen atau kontrak politik yang jelas untuk memperhatikan dan membangun
wilayah Jambi barat, khususnya kabupaten bagian barat yang paling jauh dari
pusat Ibu Kota Provinsi Jambi, yakni Kabupaten Kerinci. Karena, dari research yang dilakukan oleh Fahmi Rizal
Gadin untuk tesis S2-nya itu—di bawah bimbingan Prof.Dr. H.M. Havis Aima, M.S.,
di Universitas Jambi—diketahui bahwa Kerinci pada 2004 merupakan kabupaten di
Provinsi Jambi yang angka kemiskinannya cukup tinggi. Bahkan, terkesan
terabaikan selama bertahun-tahun dengan berbagai macam alasan.
Oleh karena itu, siapa pun yang
terpilih dan dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin Provinsi Jambi kedepan melalui
Pilgub nanti, haruslah menjauhkan sikap politik yang bersifat diskriminatif, apatis,
sukuisme, dan sentimen-sentimen kedaerahan. Tidak boleh ada kebijakan
yang bersifat diskriminatif dan
tidak adil dari Pemprov Jambi terhadap
semua kabupaten yang ada di wilayah pemerintahannya.
Nah, Pilgub adalah momentum
terbaik bagi masyarakat Jambi barat untuk memilih pemimpin yang benar-benar
peduli terhadap persoalan kemiskinan dan keadilan
pembangunan. Oleh karena itu, dalam momen Pilgub Jambi nanti, masyarakat Jambi,
khususnya wilayah barat, harus meminta komitmen yang tegas dari calon gubernur
untuk memperhatikan dan mengupayakan pembangunan yang berarti bagi wilayah
Jambi bagian barat jika seandainya ia terpilih dan menjabat sebagai Gubernur
Jambi nantinya. Masyarakat semestinya memilih Cagub yang mempunyai visi
pembangunan yang berkeadilan serta memiliki komitmen yang kuat untuk memajukan dan membangun kabupaten-kabupaten
yang relatif tertinggal
di wilayah Provinsi Jambi, bukan memilih mereka yang hanya memikirkan
kepentingan-kepentingan politiknya semata. Cukuplah ketimpangan pembangunan di
masa lalu menjadi cermin untuk semua.
NANI EFENDI, Alumnus HMI
Rabu, 8 Juli 2015
0 komentar:
Posting Komentar