alt/text gambar

Rabu, 29 Juni 2016

Topik Pilihan: ,

Kata Bijak (bagian 11)

Kata Bijak


"Kebahagiaan rakyat, itulah hendaknya sebagai undang-undang tertinggi." (Cicero)

"Apabila negara itu buruk, maka orang yang baik sebagai warga negara, yang dalam segala-galanya hidup sesuai dengan aturan negara yang buruk itu, adalah buruk, bahkan jahat, sebagai manusia." (Franz Magnis-Suseno, Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1987, h. 15)

"Leo Tolstoy dengan jujur mengungkapkan bahwa keadilan dan kemanusiaan lebih penting daripada cinta tanah air."

"Dan sebaliknya, dalam negara yang buruk, manusia yang baik sebagai manusia, seseorang yang betul-betul bertanggung jawab, akan buruk sebagai warga negara, karena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan buruk negara itu." (Franz Magnis-Suseno, Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1987, h. 15)

Etika politik mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia--bukan hanya sebagai warga negara--terhadap negara, hukum yang berlaku, dan lain sebagainya." (Franz Magnis-Suseno, Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1987, h. 14)

"Kalau kamu bertemu orang yang sangat cerdas, tanyalah buku-buku apa yang sudah dia baca." (Ralph Waldo Emerson)

"Demokrasi bertolak dari manusia... Manusia bukan demi hukum, melainkan hukum demi manusia." (Karl Marx)-- lihat: Franz Magnis-Suseno, Filsafat sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta: Kanisius, 1992, h. 122.

"Saya belajar dari Maxim Gorky yang betul-betul saya kagumi. Gorky kalau menulis bagai memegang tiang rumah, kemudian mengguncangkannya sehingga semuanya berubah." (Pramoedya Ananta Toer)

"Hidup itu indah. Biarlah generasi masa depan membersihkannya dari semua yang jahat, penindasan, dan kekejaman, dan menikmatinya sepenuhnya." Leon Trotsky

"Di mana pun mereka membakar buku, pada akhirnya akan membakar manusia." (Heinrich Heine)

"Aku pernah tiga kali menemui Bung Karno dan berdiskusi dengannya. Dan aku muak melihat pembantu-pembantunya yang menjilat-jilat (aku seorang mahasiswa tidak menjilat-jilat, sedangkan Kolonel-Kolonel, Menteri-Menteri, menjilat)... Setiap aku keluar dari istana, aku sedih dan kecewa. Sedangkan biasanya orang lain bangga jika bisa berjabatan tangan dengan Bung Karno." (Soe Hok Gie)

Waktu itu kita menduga bahwa besar sekali kemungkinan akan adanya penghancuran gedung DPRGR. Kalau ini tak dapat dicegah, biarlah pikirku. "DPRGR adalah DPR palsu dan ini adalah lambang akrobat politik Sukarno, seperti (penjara) Bastille dalam zaman Revolusi Prancis," kataku pada kawan-kawan karibku. --(Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran, h. 137)

"Saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin selalu mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi, juga ketidakpopuleran. Ada suatu yang lebih besar: kebenaran." (Soe Hok Gie)

--Pembicara kedua adalah dari kelompok Resistance. Ia berkata bahwa mereka adalah orang-orang yang anti Perang Vietnam. Karena perang Vietnam adalah perang agresi dan bertentangan dengan konstitusi dan hak-hak asasi. "Kami cinta Amerika dan kemerdekaan, dan Pemerintah sekarang menginjak-injak kemerdekaan. Kami dituduh tidak menghormati hukum, kami dituduh anti hukum dan lain-lainnya. Tetapi, Nazi juga membunuh orang-orang Yahudi atas nama hukum yang sah. Ada hal-hal di mana conscience kita sebagai manusia harus bisa berbicara mengatasi legisme yang ada." (Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran, h. 180-181)

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.s. Al Maidah/5: 8)

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.s. an Nahl/16: 125)

"Negara adalah alat untuk menjamin kedudukan kelas atas yang fungsinya secara politik meredam usaha-usaha kelas bawah untuk membebaskan diri dari penghisapan kelas atas. Sedangkan 'superstruktur ideologis'--istilah Marxis bagi pandangan moral, filsafat, hukum, agama, estetika, dan lain sebagainya--berfungsi untuk memberikan legitimasi pada hubungan kekuasaan itu. (Listiyono Santoso dkk, Epistemologi Kiri, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015, h. 82).

"Melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang lain." (Thomas Hardy)

"Kita tak akan kehilangan apa-apa karena kita tidak punya apa-apa." (Kahlil Ghibran)

"Jika Anda belum dapat menjelaskan sesuatu secara sederhana, itu artinya Anda belum terlalu paham." (Albert Einstein)

"Bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, melainkan sebaliknya, keadaan sosiallah yang menentukan kesadaran mereka." (Karl Marx)
Ket: bukan superstruktur yang menentukan basis, tetapi basislah yang menentukan superstruktur. Superstruktur merupakan cerminan dari basis.

"Dia itu meninggalkan wasiat tulisan pada saya, isinya: 'Saudara Sidarto, jiwa, ide, ideologi, dan semangat saya tidak bisa dibunuh. Sukarno, 10 Desember 1967.'" (Sidarto Danusubroto, mantan Ajudan Bung Karno)

"... Merekalah yang harus kita didik kembali... Mereka melakukan apa yang telah diperbuat karena mereka tidak tahu... Oleh karenanya, kita yang mengetahui hal ini harus mengerti betul bagaimana mendidik kembali saudara-saudara kita itu. Dan, kita harus selalu memanjatkan doa kepada Tuhan, agar saudara-saudara kita yang belum begitu mengerti itu, kembali ke jalan yang benar." (Gus Dur)

"Mereka yang berjiwa lemah tak akan mampu memberi seuntai maaf tulus. Pemaaf sejati hanya melekat bagi mereka yang berjiwa tangguh." (Mahatma Gandhi)

"Konsep kebenaran adalah sesuatu yang tidak bermakna. Seluruh wilayah 'benar-salah' hanya digunakan dalam hubungan-hubungan, bukan 'pada dirinya sendiri'. Tidak ada 'esensi pada dirinya' (yang membentuk esensi hanyalah hubungan- hubungan), demikian juga tidak ada pengetahuan pada dirinya sendiri." (Nietzsche) baca: Nice.

Hadits tentang Ulama yang Tidak
Mesti Harus Ditaati

Rasulullah: "Taatilah kaum berilmu (baca: ulama) selama mereka belum mengikuti hawa nafsunya."
Sahabat: "Apa tanda mereka telah mengikuti hawa nafsunya?"
Rasulullah: "Mereka, para orang berilmu itu, meninggalkan kelompok fuqara (orang-orang fakir) dan masakin (orang-orang miskin), dan mengetuk pintu-pintu Sultan (baca: pusat kekuasaan politis maupun ekonomis)." (HR. Haitami)

"Masyarakat manusia menjadi menderita karena sistem yang telah mereka ciptakan sendiri. Oleh karenanya, masyarakat harus mempertanyakan kembali secara kritis semua sistem yang ada hari ini yang telah membelenggu kebebasan manusia itu sendiri untuk menjadi manusia."

FILSAFAT

"Filsafat memungkinkan masyarakat memikirkan masalah-masalah dasar hidupnya secara rasional, jadi dengan bahasa, wawasan, dan argumentasi yang universal, yang dapat dimengerti oleh semua. Dengan demikian, filsafat membuka cakrawala bagi diskusi terbuka masalah-masalah yang kita hadapi dan sekaligus membuat jeli terhadap penyempitan-penyempitan ideologis." Franz Magnis-Suseno

"Adakalanya kita ingin sendiri bersama angin, menceritakan semua rahasia, sambil meneteskan air mata." (Bung Karno, 1933)

"Ada saatnya dalam hidupmu, engkau ingin sendiri saja bersama angin, menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata." (Bung Karno, 1933)

"Proses menimbang-nimbang bersama masyarakat dalam teori politik kontemporer dikenal sebagai 'deliberasi publik'."  (F. Budi Hardiman)

"Memberi hukuman yang sama dengan yang dilakukan pelaku hanya bisa dilakukan oleh korban, dan memberi hukuman yang setimpal hanya bisa dilakukan oleh Tuhan." (Victor Hugo, Novelis Prancis)

"Summa justitia, summa iniuria; keadilan yang tertinggi adalah ketidakadilan yang terbesar." (Cicero, dikutip Magnis, dalam Etika Politik, h. 83)

Dengarlah wahai ananda
Rajinlah belajar sepanjang masa
Ilmu tiada pernah habis dieja
Sebagai bekal sepanjang usia

Ramai orang menggali perigi
Ambil buluh palu diikat
Ilmu dicari tak akan rugi
Buat bekal dunia akhirat

"Para kiai itu nggak mau jaim dalam tutur kata maupun sikap kesehariannya, karena umat bisa tegang terus. Para kiai itu ingin akrab dan dekat dengan umat, bukan malah menciptakan jarak dengan berbagai atribut ke-kiai-annya. Ada kalanya para kiai pakai sorban, atau cuma peci, atau malah pakai blangkon, topi cowboy, atau topi pet gaya anak muda. Kiai yang gondrong juga ada. Ilmu mereka luas, dan sikap serta penampilan mereka luwes." (Prof. Nadirsyah Hosen)

"Menghafal itu bagus. Tapi, jika hanya menghafal sesuatu tanpa mengerti sejarah, konteks, konstruksi, dan manfaatnya, akan berbahaya. Karena, biasanya, akan muncul rasa 'kaget' saat ada yang dirubah dari sesuatu tersebut."

"Apa yang ada dalam pikiran Anda ketika nama Ali Syari'ati disebut? Salah satu arsitek revolusi Islam Iran, seorang muslim yang Marxis, seorang provokator agar para mahasiswanya turun ke jalan untuk meruntuhkan rezim Reza Syah Iran." (Ekky Malaky)

Setiap orang terlahir seorang diri, dan kelak saat mati juga akan sendiri. Jangan bergantung pada siapa pun di dunia ini. Bahkan, bayanganmu pun meninggalkanmu di tempat gelap.

Hidupku adalah menjalani kesepakatan yang kubuat dengan nurani kemanusiaan. Jika mau mendengar, nurani kemanusiaan itu hadir menyelinap dalam pertanyaan-pertanyaan naif kita  di masa kecil. Hidupku adalah mencari jawaban atas semua pertanyaan masa kecil itu. (Budiman Sudjatmiko)

We have been told that there is no poor and war in heaven. What is to be done to make heaven on earth? ---Tabare Echeveria

"Dr. Ali Syari'ati bukan saja pejuang Iran, bukan milik negara ini saja. Dia seorang pejuang Palestina, Lebanon, Arab, dan juga internasional." (Yassir Arafat)

“Pangkal moralitas itu ialah kesanggupan menahan diri.” (Cak Nur)

MANUSIA IDEAL DALAM PANDANGAN ALI SYARIATI

Manusia menjadi sempurna atau ideal bukan karena berhasil menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan seraya mengesampingkan kemanusiaan. Justru, manusia menjadi sempurna adalah dalam perjuangan untuk kesempurnaan umat manusia. Manusia menjadi ideal dengan mencari serta memperjuangkan umat manusia, dan dengan demikian, dia menemukan Tuhan. Manusia ideal tidak meninggalkan alam dan mengabaikan manusia lainnya... Dalam derita kesukaran, lapar, kemelaratan, dan siksaan demi kebebasan, kesejahteraan dan kebahagiaan manusia, dalam gejolak api perjuangan intelektual dan sosial, di situlah dia menemukan kesalehan, kesempurnaan, dan keakraban dengan Allah... Di tangannya tergenggam pedang Caesar, sedang di dalam dadanya bermukim hati sang Jesus. Dia berpikir dengan otak Socrates dan mencintai Allah dengan sanubari Al-Hallaj. Sebagaimana yang didambakan Alexis Carrel, dia adalah manusia yang paham akan keindahan ilmu dan keindahan Tuhan. Dia memperhatikan kata-kata Pascal dan kata-kata Descartes... Bagaikan sang Buddha, dia bebas merdeka dari belenggu nafsu dan egoisme. Bagaikan Abu Dzar, ditebarkannya benih revolusi bagi mereka yang lapar. Bagaikan Jesus, dia membawa pesan cinta kasih dan perdamaian. Dan bagaikan Musa, dia adalah pesuruh Jihad dan pembebasan. (Ali Syariati)---(lihat Ekky Malaky, Ali Syari'ati: Filosof Etika dan Arsitek Iran Modern, Jakarta: Penerbit Teraju, 2004, h. 115-116)

"Keadilan, kebenaran, kebebasan, itulah pangkal dari kebahagiaan." (Plato)

"Bagaimanapun masih baik dan masih beruntung pemimpin yang dilupakan oleh pengikut daripada seorang penipu yang jadi pemimpin yang berhasil mendapat banyak pengikut." (Pramoedya Ananta Toer, Rumah Kaca)

"Cerita tentang kesenangan selalu tidak menarik. Itu bukan cerita tentang manusia dan kehidupannya, tapi tentang surga, dan jelas tidak terjadi di atas bumi kita ini." (Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia, 1980)

Eleanor Roosevelt, Ibu Negara AS, pernah berkata: “Orang yang berpikir besar membicarakan ide dan gagasan, orang yang berpikir sempit selalu membicarakan orang lain.”














0 komentar:

Posting Komentar