alt/text gambar

Kamis, 19 Oktober 2023

Topik Pilihan: , ,

Khilafah

Oleh: Luthfi Assyaukaniee


Bahasa seringkali menciptakan kekacauan dan kesalahpahaman. Kelemahan manusia dalam menyampaikan pesan memperburuk situasi. Banyak konsep dan istilah di dunia ini muncul karena kelemahan orang dalam berbahasa. Konsep-konsep agama lahir dari miskomunikasi dan penyakit bahasa.

Khilafah adalah salah satunya. Pertikaian generasi awal Islam tentang siapa pengganti  Muhammad menjadi problem yang berdampak panjang. Secara bahasa, khalifah berarti "yang datang belakangan" atau "penerus." Pengganti Muhammad disebut "khalifah" karena dia menggantikannya. Disebut "khalifah" karena peristiwanya di Arab. Kalau di tempat lain, pasti digunakan istilah lain, sesuai bahasa yang digunakan.

Sederhananya, khalifah itu pemimpin, raja, ketua, atau kepala. Ketika Muhammad meninggal, ia digantikan pemimpin lain. Abu Bakar, penggantinya, kadang disebut "amir", kadang disebut "imam". Artinya, ya pemimpin atau ketua. Khalifah, amir, imam, maksudnya sama: pemimpin, ketua, raja.

Ketika Islam berkembang dan semakin kompleks, kepemimpinan tribal model Islam awal tak layak lagi dipertahankan. Model ini terlalu beresiko. Tiga pengganti Muhammad dibunuh secara mengenaskan. Maka, penerus Muhammad berikutnya, Muawiyah, berinisiatif mengganti model kepemimpinan tribalistik menjadi dinastik. Dia mengadopsi sistem politik yang berlaku di Persia dan Romawi ketika itu.

Namanya tetap khilafah, muatannya kekaisaran seperti Persia dan Romawi. Tidak lebih, tidak kurang. Tradisi dinastik ini terus dilanjutkan, oleh Abbasiyah, Fatimiyah, hingga Usmaniyyah. Tak ada yang unik dari khilafah. Itu hanya sebentuk sistem politik seperti umumnya pemerintahan di dunia ketika itu, di Eropa, Asia, dan banyak tempat lainnya.

Ketika model dinastik tak lagi menjadi tren dunia, pemerintahan berubah menjadi negara-bangsa dengan republik sebagai bentuknya. Turki Usmani menjadi republik. Diikuti Mesir, Irak, dan negara-negara Muslim di dunia. Indonesia juga. Beberapa negara masih mempertahankan kerajaan, seperti Maroko dan Malaysia. Tapi sistem politiknya sudah berganti, menjadi demokrasi.

Mereka yang masih terobsesi dengan khilafah, umumnya hidup di dalam tempurung, tak mengerti bagaimana dunia berkembang.

Sumber: Facebook Luthfi Assyaukaniee

0 komentar:

Posting Komentar