F. Budi Hardiman dalam bukunya, Melampaui Positivisme dan Modernitas: Diskursus Filosofis tentang Metode Ilmiah dan Problem Modernitas, (2003:39), menjelaskan, istilah Erklaren dan Verstehen ini dimajukan oleh filsuf Jerman, Wilhelm Dilthey (1833-1911). Dua istilah itu untuk membedakan dua macam ilmu pengetahuan. Naturwissenschaften (ilmu-ilmu alam) mendekati objeknya dengan metode Erklaren, yaitu menjelaskan suatu kejadian menurut penyebabnya (hukum sebab-akibat), sedangkan geisteswissenschaften mendekati produk-produk budaya dengan metode Verstehen, yaitu menemukan dan memahami makna di dalamnya yang hanya dapat dilakukan dengan menempatkannya dalam konteks. Contoh konteks dalam metode Verstehen misalnya, membunuh, memberontak, adil, dan lain sebagainya. Apakah membunuh itu salah? Tentu tak bisa dijawab "ya" atau "tidak" secara tepat seperti dalam ilmu alam. Ia bisa dijawab dengan metode Verstehen, atau sesuai konteks. Dalam perspektif tertentu, membunuh tanpa alasan yang jelas bisa dinilai salah. Tapi dalam perspektif lain, Islam misalnya, membunuh itu benar jika dilakukan dalam konteks qisas.
Di hadapan manusia, alam merupakan suatu objek. Terhadap alam lebih tepat bila dikatakan bahwa kita melakukan penjelasan (Erklaren) daripada pemahaman (Verstehen). Penjelasan tentang alam merupakan upaya untuk menemukan hukum sebab-akibat yang bekerja dalam proses-proses alamiah itu. Penjelasan kausal ini merupakan usaha penafsiran sejauh dilakukan oleh ilmu pengetahuan tentang alam. Akan tetapi, alam juga dapat dipahami secara berbeda dari pemahaman ilmu-ilmu alam, karena alam tidak hanya mengandung sebab-akibat. Alam memiliki makna manusiawi sejauh menafsirkannya dalam hubungannya dengan dirinya. Dengan kata lain, selain memiliki makna kosmologis sebagaimana dipahami ilmu-ilmu alam, alam juga memiliki makna antropologis (F. Budi Hardiman dalam bukunya, Melampaui Positivisme dan Modernitas: Diskursus Filosofis tentang Metode Ilmiah dan Problem Modernitas, (Yogyakarta: Kanisius, 2003, h. 39).
0 komentar:
Posting Komentar