alt/text gambar

Senin, 15 Juli 2024

Topik Pilihan:

Kepemimpinan Situasional

Empat Gaya Dasar Kepemimpinan:

1. Gaya Instruktif (tinggi pengarahan dari pimpinan dan rendah dukungan dari pimpinan. Komunikasi terjadi satu arah. Bersifat menyuruh. Dikenal juga dengan gaya "direktif")

2. Gaya Konsultatif (tinggi pengarahan dan dukungan dari bawahan. Bersifat menjual ide. Minta nasihat. Komunikasi sudah mulai dua arah. Tapi pengendalian masih tetap di tangan pemimpin) 

3. Gaya Partisipatif (tinggi dukungan dari pimpinan dan rendah pengarahan dari pimpinan. Komunikasi dua arah. Bergabung. Pengikut dan pemimpin saling tukar ide dalam memecahkan masalah) 

4. Gaya Delegatif (rendah dukungan dan rendah pengarahan dari pimpinan. Proses pembuatan keputusan didelegasikan sepenuhnya pada bawahan. Bersifat memberi kuasa) (lihat Miftah Toha, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003, h. 316-329. Lihat juga Charles J. Keating, Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya, Yogyakarta: Kanisius, 1991, h. 16).

Dalam kepemimpinan situasional, ada dua hal yang biasanya dilakukan pimpinan terhadap pengikut atau bawahan: perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung. Mengarahkan terjadi dalam komunikasi satu arah. Sedangkan perilaku mendukung terjadi dalam komunikasi dua arah. 

Empat gaya kepemimpinan di atas digunakan dalam upaya mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Manakah di antara empat gaya kepemimpinan itu yang paling efektif? Menurut teori "kepemimpinan situasional", keempat gaya itu semuanya baik sesuai dengan tingkat kematangan (kemampuan, keterampilan) bawahan atau pengikut.
Bagi bawahan yang sudah matang (yang sudah mengerti betul tugas dan tanggung jawabnya), gaya kepemimpinan delegatif kemungkinan lebih cocok. Karena bagi kelompok yang sudah memiliki kematangan tak perlu lagi diajari lebih detail: karena bisa kontraproduktif. "Jangan ajari itik berenang". Mereka bisa merasa tersinggung dan dilecehkan.
Tapi bagi bawahan yang belum memiliki kematangan (kemampuan), gaya instruktif/direktif-lah yang kemungkinan lebih cocok: karena pengikut seperti ini masih membutuhkan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan secara detail.
Jadi, seorang pemimpin tinggal melihat kematangan atau kemampuan bawahan dan kemudian menyesuaikan dengan keempat gaya kepemimpinan di atas.

Yang dimaksud "kematangan (maturity)" dalam kepemimpinan situasional adalah suatu kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya sendiri. Artinya, bukan kematangan dalam pengertian umum. Tapi kematangan dalam hubungannya dengan tugas-tugas spesifik tertentu yang harus dilakukan. Contohnya, seorang pegawai suatu instansi mungkin telah berkembang sedemikian rupa (mampu dan mau) melaksanakan aspek-aspek teknis suatu tugas, tapi belum tentu memiliki kematangan yang sama dalam masalah keuangan. Maka, dalam hal tersebut, seorang pemimpin, dalam kepemimpinan situasional,  tak bisa menggunakan "gaya delegasi", melainkan memberikannya banyak pengarahan (gaya kepemimpinan instruktif/direktif) dalam hal aspek keuangan. Jadi, kepemimpinan situasional berfokus pada kesesuaian atau efektivitas gaya kepemimpinan sejalan dengan tingkat kematangan atau perkembangan yang relevan dengan para pengikut atau bawahan. 

Gaya kepemimpinan situasional adalah yang paling mutakhir dalam perkembangan teori kepemimpinan di AS. Teori ini berasal dari Hersey dan Blanchard (Miftah Toha, Perilaku Organisasi, h. 344) 


Referensi:


1. Hardjana, Andre, Komunikasi Organisasi: Strategi Interaksi dan Kepemimpinan, Depok, Rajawali Pers, 2021

2. Keating, Charles J., Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya, Yogyakarta: Kanisius, 1991

3. Toha, Miftah, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003


Nani Efendi



0 komentar:

Posting Komentar