Buku-buku koleksi pribadi Jenderal Ahmad Yani tersimpan rapi di rumahnya yang sekarang dijadikan Museum Sasmitaloka, terletak di jalan Lembang No. 58, Menteng, Jakarta Pusat.
Museum ini tak jauh dari Vihara Buddha Metta Arama, dan Gereja Santo Ignatius Loyola, Jakarta.
Buku-bukunya sebagian besar berbahasa Inggris. Rumah ini, bagi saya, cukup bersejarah. Rumah yang dulu dilihat oleh anak-anak sekolah hanya dalam film propaganda "Pengkhianatan G 30 S PKI" yang disutradarai oleh Arifin C. Noer.
Mengapa cukup bersejarah bagi saya? Ya, karena berawal dari peristiwa 30 September 1965 di rumah inilah yang mengubah total wajah Indonesia, dari Orde Lama ke Orde Baru dan berkuasanya Soeharto selama 32 tahun.
Kondisi rumah Jenderal Yani saat ini masih original dan asri. Kaca-kaca rumah yang berlobang tertembus peluru pun masih bisa kita saksikan di ruang tengahnya.
Kamar tidur Pak Yani juga masih original. Cukup mewah. Ada cermin besar. Masih ada juga alat-alat kosmetik istrinya (parfum, bedak, lipstik, dll) yang saya lihat semuanya "branded' buatan Amerika.
Kamar mandinya juga mewah, sudah pakai wastafel. Bayangkan, di tahun '60-an, di saat masih banyak orang Indonesia mandi di sungai, beliau sudah punya kamar mandi seperti di hotel berbintang.
"Ini masih original semua, ya, Pak?" tanya saya pada petugas Museum.
"Ya, Bang. Ini masih original semua. Kecuali batu bata itu," kata petugas museum sambil menunjuk sebuah batu bata yang digunakan untuk menutup lobang saluran air agar tikus got tak masuk ke kamar mandi.
Mobil pribadinya sedan berwarna biru masih tersimpan di samping kanan rumah.
0 komentar:
Posting Komentar