Oleh: Abdurrahman Wahid
(TEMPO, Rubrik “Kontak Pembaca”, No. 2, Tahun XXI, 9 Maret 1991)
Fatkhur Rohman dalam rubrik Komentar (TEMPO, 16 Februari 1991) menyatakan bahwa saya salah sebut, karena dalam sebuah wawancara, saya menyebutkan Muhammdiyah adalah aliran. Menurut dia, Muhammdiyah adalah organisasi dengan NU sama-sama beraliran Suni.
Saya tetap berpendapat, NU, Muhammadiyah, dan banyak organisasi Islam lain di negeri kita adalah aliran. Ahlusunnah wal jamaah, sering disebut Suni, adalah penamaan untuk salah satu paham besar dalam Islam, seperti halnya Mu’tazilah dan Syiah. Dalam paham Suni itu, terdapat berbagai aliran, seperti mereka yang mempertahankan mazhab fikih (religious law schools) dan mereka yang berpegang pada kebebasan berijtihad. NU dan Perti termasuk aliran bermazhab itu, sedangkan Muhammadiyah beraliran ijtihad.
Dalam rubrik yang sama, Fatkhur Rohman menyalahkan penggunaan ungkapan saya, “Amien Rais dan kelompoknya”, dalam wawancara tersebut. Ia berpendapat, Bung Amien dan lain-lain diundang ke ICMI bukanlah secara berkelompok, melainkan atas nama peorangan.
Saya melihat dari faktanya. Ada yang berorientasi “Islam formal” atas kehidupan bernegara dan bermasyarakat, jadi mementingkan “bentuk-bentuk manifestasi keislaman”. Tetapi ada juga yang puas dengan orientasi pemikiran melihat prinsip-prinsip utama Islam dilaksanakan bangsa ini, seperti demokrasi dan kebebasan berpendapat. Amien Rais, Imaduddin Abdurrahim, dan Ahmad Watik Pratiknya adalah sebagian dari mereka yang berorientasi intelektual “Islamisasi formal” itu, sedangkan Nurcholis Madjid, Emil Salim, dan Soetjipto Wirosardjono adalah dari orientasi gradual di atas.
Karena semua mereka ada dalam ICMI, bukankah dalam wadah cendekiawan tersebut lalu ada paling tidak dua kelompok manusia? Mudah-mudahan saja mereka tidak lalu mengelompok atau berkelompok. Kita lihat sajalah kenyataannya nanti.
Saya tidak datang ke Malang, tidak berarti bahwa saya tidak mengetahui perkembangan dalam simposium pembentukan ICMI itu. Bahkan saya mungkin lebih tahu ICMI itu direkayasa atau tidak daripada Fakthur Rohman sendiri. Saya tidak datang karena saya takut dengan segala macam sandiwara intelektual. Kalau ICMI bukan sebuah sandiwara seperti itu, saya turut merasa bersyukur. Tetapi penilaian ya atau tidaknya berada di tangan sejara, bukan di tangan kita.
ABDURRAHMAN WAHID
Paso I/18
Jagakarsa
Jakarta selatan.
Sumber: TEMPO, No. 2, Tahun XXI, 9 Maret 1991
0 komentar:
Posting Komentar