alt/text gambar

Senin, 19 Mei 2025

Topik Pilihan:

ARIEF BUDIMAN: CENDEKIAWAN ITU BUKAN BEBEK, TAPI BURUNG ELANG


(DëTIK, no. 062, Tahun Ke XVIII, 18 – 24 Mei 1994)


Apa dimensi menarik dari pro-kontra terbentuknya ICKI?

Bagi saya ini memang menarik. Bagi kalangan yang kontra terhadap ICKI saya lihat ada semacam kerancuan. Yaitu antara menolak substansi ICKI di satu pihak, dan menolak hak untuk berorganisasi di lain pihak. Kita bisa saja menolak substansi ICKI yang memang dimanipulasi oleh pemerintah, tetapi kita hendaknya jangan sampai menolak hak orang atau kelompok. untuk berorganisasi. Itu berbahaya untuk demokrasi. Jadi kerancuan itu yang saya sangat sesalkan kepada para intelektual Indonesia ini.

Bagaimana halnya dengan pendapat bahwa sebaiknya cendekiawan tidak usah berorganisasi?

Saya setuju-setuju saja kalau cendekiawan sebaiknya tidak usah berorganisasi, tetapi jangan dijadikan suatu patokan. Cendekiawan itu secara hakiki bersifat individual. Jadi bukan bergerombol. Cendekiawan itu bukan bebek tapi burung elang yang terbang sendiri dan bebas, meskipun tidak terlalu kuat. Kalau manusia massa, itu memang bergerombol.

Memang sebaiknya cendekiawan itu mewakili pribadi, karena perbedaan pendapat adalah dinamika kehidupan dan kreatifitas cendekiawan. Cendekiawan berorganisasi saya pikir boleh-boleh saja dan tidak ada masalah, tetapi bukan diarahkan pada penggalangan dan mobilisasi pendapat.

Apa yang krusial dalam hubungan intelektual dan politik di Indonesia?

Cendekiawan kita menurut saya telah termakan oleh propaganda, bahwa cendekiawan itu tidak boleh berpolitik. Bagi saya, cendekiawan itu harus berpolitik. Kalau cendekiawan tidak berpolitik, berarti dia tidak bertanggungjawab. Karena bagi saya kalau cendekiawan tidak berpolitik, berarti dia tidak berbicara, tidak menulis, dan tidak berbuat apa-apa.

Namun begitu cendekiawan bersuara, dia mempunyai dampak politik. Hanya saja cendekiawan itu berpolitiknya secara individual, karena pendapatnya selalu unik dan berubah-ubah. Sehingga dia sulit untuk masuk organisasi. Misalnya, Gus Dur pun, saya lihat mengalami kesulitan dengan NU karena dia tidak mau terikat dengan disiplin organisasi, karena pandangannya selalu maju dan berubah. Sedangkan massanya belum berubah.

Bagaimana pandangan Anda terhadap adanya penilaian bahwa ICKI dibentuk untuk menandingi ICMI dan Habibie? 

Memang munculnya ICKI merupakan indikasi kuat adanya perpecahan di elit politik kita. Barangkali ICKI dibentuk oleh mereka yang merasa aspirasinya tidak tersalurkan oleh ICMI. Ini sehat-sehat saja. Sebab, di Golkar misalnya, sebagai organisasi besar pasti ada fraksi-fraksi.

Bahkan yang merasa tidak tersalurkan setelah adanya ICKI, mungkin mereka akan membikin organisasi yang lain. Mungkin ICKI maunya kan merebut semuanya. Jadi substansi terbentuknya ICKI adalah cendekiawan yang mau dimobilisasi yang kebetulan tidak tertampung ICMI.

Bagaimana Anda melihat peran Alamsyah?

Wah tidak jelas itu. Karena Alamsyah itu merupakan pemain loneranger. Mainnya ke mana, bagi saya tidak jelas. Ini yang sebenarnya menjadi tanda tanya. Apa yang sebenarnya mau dia galang? Apalagi, Alamsyah itu dibilang militer bisa, Islam juga bisa. Bahkan bisa juga menjadi nasionalis.

Bagaimana Anda melihat hubungan aspiratif kelompok nasionalis-ICKI?

Kelompok nasionalis itu besar dan bermacam-macam. Kelompok nasionalis baik yang dari bawah maupun dari atas sudah terakomodasikan oleh PDI. Apalagi kalau nantinya PDI benar-benar bisa membawakan suara dari bawah. Tetapi itu kan belum tentu. Tetapi dengan terpilihnya Megawati, paling tidak ada tanda-tanda ke arah sana.

Tetapi ada juga nasionalis-nasionalis yang berada di lingkungan pemerintahan, dan sulit masuk ke dalam PDI. Jadi belum terakomoda- sikan. Boleh jadi ICKI akan mengarah ke sana. Sebaliknya, para nasionalis yang berada di PDI pun bisa bergabung di ICKI. Karena ICKI secara formal melepaskan diri dari Golkar. Jadi ICKI nampaknya bisa memobilisasi kekuatan nasionalis baik yang berada di pemerintahan maupun yang berada di luar pemerintahan. 

Kalau ICMI ternyata mampu mempengaruhi konstalasi politik, bagaimana dengan ICKI?

Saya belum bisa mengatakan apa-apa sekarang. Karena belum jelas bagaimana kiprahnya nanti. Kalau hanya diarahkan untuk medukung pemerintah saja dan tidak independen, mungkin sukar bagi ICKI untuk berkembang. Kalau ICMI kan langsung mendapat dukungan pemerintah. Sekaligus pendanaan yang kuat juga.

Apa porsi politik ICMI akan menurun dengan adanya ICKI?

Saya kira itu akan terjadi. Cendekiawan-cendekiawan Islam yang cenderung lebih abangan ketimbang santri dan merasa tidak mendapat posisi di ICMI dan tidak diperhatikan, bisa saja masuk ke ICKI. Tergantung pada agresif tidaknya ICKI, dan tergantung pada apa yang ditawarkan oleh ICKI. Karena itu, ICMI akan menghadapi persaingan yang cukup kuat.

HENDRAJIT

DëTIK, No. 062, Tahun Ke XVIII, 18 – 24 Mei 1994

0 komentar:

Posting Komentar