alt/text gambar

Rabu, 05 Oktober 2022

Topik Pilihan: ,

DAHLAN ISKAN: SEBUAH KISAH

 


Selalu saja ada tokoh yang muncul di balik perjalanan suatu bangsa. Kedatangan tokoh tersebut melalui proses tertentu, tidak datang begitu saja. Kehadiran sang tokoh melalui kisah yang berliku dan beragam cerita yang menarik. Secara perlahan namun pasti nama Dahlan Iskan terus bergulir, semakin hari semakin populer. Era perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, menyebabkan gelembung citra sang tokoh menjadi nyaris tak terbendung. Ya, tiada hari tanpa pemberitaan menyangkut Dahlan Iskan, baik melalui media online, televisi, surat kabar, atau media lainnya. Sepak terjang sang tokoh terus menjadi fokus, direkam dan diberitakan. Begitu pula jejak langkahnya dimasa lampau terus dieksploitasi.

Anak Desa yang Miskin

Membaca kisah lampau Dahlan Iskan terungkap beberapa catatan yang menarik, antara lain bahwa sang tokoh lahir di Desa Tegalarum, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, tanggal 17 Agustus 1951. Mengenai tanggal 17 Agustus ternyata itu hanya “karangan” Dahlan Iskan sendiri, sebab orang tuanya sendiri lupa tanggal berapa sang tokoh dilahirkan. Dipilihnya tanggal 17 Agustus supaya bertepatan dengan hari ulang tahun Republik Indonesia, sehingga menjadi lebih gampang diingat. Dahlan Iskan memang terlahir dari keluarga yang sangat kekurangan. Bahkan menurut catatan Satriadharma.com, kalau status miskin ada pangkatnya maka Dahlan Iskan ini lahir miskin dengan pangkat jendral saking miskinnya.

Dalam kondisi serba miskin pun ternyata Dahlan Iskan tetap bersekolah. Ya, belajar bagi siapapun adalah wajib, dengan belajar ternyata dikemudian hari bisa mengubah nasib secara drastis dan dramatis, sebagaimana dialami Dahlan Iskan. Tercatat bahwa Dahlan Iskan menempuh pendidik SD di Desa Bukur, yang setelah ditelusuri ternyata masuk dalam wilayah Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Desa Tegalarum (Magetan) dengan Desa Bukur (Madiun) memang bertetangga.

Anak Madrasah

Setelah menyelesaikan SD, Dahlan Iskan kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsnawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) yang berada di lingkungan Pesantren Sabilil Muttaqien, Kecamatan Takeran ujung timur Kabupaten Magetan. Ya, Dahlan Iskan memang dibesarkan di lingkungan pesantren.

Pesantren Sabilil Muttaqien didirikan tahun 1880 oleh seorang keturunan salah satu pengikut Pangeran Diponegoro yang melarikan diri ke timur. Dia adalah Kyai Hasan Ulama, yang merintis pesantren Sabilil Muttaqien dengan nama Pondok Takeran. Takeran adalah nama sebuah desa sejauh 16 kilometer dari kota Kabupaten Magetan atau 9 kilometer dari arah kota Madiun.

Menurut catatan Okezone.com, dikemudian hari setelah berhasil menjadi orang sukses, Dahlan Iskan mendirikan International Islamic School (IIS) di lingkungan Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran. Sejarah mencatat, memang tidak sedikit tokoh sukses negeri ini yang berlatar belakang pendidikan madrasah dan pesantren.

Drop Out Dua Kali

Setelah menyelesaikan Madrasah Aliyah di Magetan, Jawa Timur, episode perjalanan hidup Dahlan Iskan selanjutnya ternyata “bertransmigrasi” ke Bumi Borneo, mengikuti jejak kakak sulungnya, Siti Khosiyatun, yang menjadi pengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Samarinda. Di sana Dahlan Iskan sempat mencicipi kuliah di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel cabang Samarinda, tidak sampai selesai dan hanya berhenti pada semester empat. Dengan minat belajar yang masih “menyala”, Dahlan Iskan pun masuk di Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus (Untag) cabang Samarinda, namun kembali harus “mengundurkan diri” di tahun kedua. Ya, catatan riwayatnya menunjukkan, bahwa Dahlan Iskan pernah drop out (D.O.) dua kali. Ternyata bagi pribadi yang tangguh bahwa D.O. itu bukan akhir dari segalanya.

Sejak duduk di bangku kuliah ternyata Dahlan Iskan aktif berorganisasi, antara lain di Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI). Hal ini menjadi pembelajaran bagi setiap generasi muda yang ingin meraih sukses, ternyata kebanyakan tokoh sukses di negeri ini pada masa mudanya cenderung gemar berorganisasi, atau lebih dikenal sebagai aktivis mahasiswa. Ya, jangan hanya menjadi mahasiswa yang Kuper dan Kubuk (kurang pergaulan dan kutu buku).

Jadi Wartawan

Latar belakang atau riwayat perjalanan waktu muda sangat berpengaruh pada karir dan kondisi dihari kemudian. Meskipun kuliah tidak meraih ijazah, Dahlan Iskan begitu fokus pada kegiatan menulis. Sepak terjang dan jam terbangnya di pers mahasiswa membawanya berhasil menjadi wartawan sebuah surat kabar (kecil) di Samarinda. Dalam kisah perjalanan selanjutnya, Dahlan Iskan memperoleh pendidikan jurnalistik di Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), merupakan salah satu LSM terbesar di Indonesia dan menerbitkan jurnal bulanan sosial dan ekonomi “Prisma”. Belakangan Prisma Resource Center (LP3ES) aktif melakukan survey pendapat umum.

Semasa mengikuti pembelajaran jurnalistik di LP3ES tahun 1975, Dahlan Iskan melaksanakan magang di Majalah Tempo. Berbekal pengalaman tersebut Dahlan Iskan pun bergabung dengan Majalah Tempo sebagai wartawan, dengan penugasan meliputi berita sekitar Kalimantan Timur. Karena kinerja dan prestasinya yang cemerlang, dua tahun kemudian Dahlan Iskan berhasil menduduki Kepala Biro Majalah Tempo di Surabaya.

Memimpin Jawa Pos

Perjuangan dan kerja cerdas Dahlan Iskan terus bergulir bersama Majalah Tempo, momentum pengambil-alihan harian Jawa Pos tahun 1982 menjadi begitu fenomenal, sebab saat itu Dahlan ditunjuk sebagai pimpinan Jawa Pos. Konon saat itu harian Jawa Pos dalam kondisi “hidup tak mau dan matipun segan”, dengan oplah harian yang hanya 6.000 eksemplar.

Dalam kurun waktu hanya lima tahun (1987), oplah Jawa Pos meningkat 50 kali lipat. Begitu fenomenal sentuhan tangan dingin Dahlan Iskan, sehingga Jawa Pos tumbuh menjadi “raja-nya” surat kabar Surabaya dan Jawa timur. Tak sampai di situ, ekspansi Dahlan Iskan terus berlanjut dengan membentuk Jawa Pos News Network (JPNN), meliputi 141 surat kabar, 18 majalah dan tabloid, dan 22 TV local (Daftar lengkap di sini). Dahlan Iskan juga mengembangkan 40 jaringan percetakan di seluruh Indonesia.

Diversifikasi Bisnis

Pada tahun 1997 dari bisnis media terjadi diversifikasi usaha ke bisnis gedung dan perkantoran, yaitu dengan didirikannya Graha Pena, gedung pencakar langit (tinggi 175 m, berlantai 21) di Jalan Ahmad Yani, Surabaya, sekaligus sebagai markas JPNN. Ternyata Graha Pena pun didirikan di Kebayoran Lama, Jakarta (2002, dengan 10 lantai), Semarang (2003, dengan 5 lantai), Batam (2006), Makassar (2007, dengan 17 lantai), Pekanbaru (2012). Di JPNN Dahlan Iskan menjadi CEO dan pemegang saham hingga tahun 2009.

Dahlan Iskan mencetak sukses yang luar biasa dalam bisnis media dan bisnis gedung perkantoran. Langkah selanjutnya ternyata mulai awal 2009, Dahlan Iskan juga merambah bisnis telekomunikasi, tercatat sebagai Komisaris PT. Fangbian Iskan Corporindo (FIC), dengan salah satu proyeknya ialah membangun Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL), yang menghubungkan Surabaya dengan Hong Kong. Sehingga terbentang serat optik sepanjang 4.300 kilometer.

Menjadi Dirut PLN

Ya, dimulai dari siswa madrasah (pesantren), mahsiswa D.O. namun aktif dalam pers mahasiswa, kemudian menjadi wartawan, CEO grup media (JPNN), gedung perkantoran (Graha Pena) dan telekomunikasi (FIC), ternyata sepak terjang Dahlan Iskan terus berlanjut. Tercatat akhir tahun 2009, Dahlan Iskan diangkat menjadi Direktur Utama salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar di Indonesia, yaitu PLN (akhir Desember 2011 memiliki asset Rp. 426,5 triliun).

Begitu fenomenal dan penuh teka-teki, bagaimana bisa seorang “raja media” yang berakar pada kemampuan unggul dibidang jurnalistik diangkat menjadi “raja listrik”. Ternyata Dahlan Iskan pun sebelumnya sempat “bermain listrik”, yaitu tercatat sebagai presiden direktur PT Cahaya Fajar, Tanjung Batu, Tenggarong Sebrang, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Desa Sumengko, Wringianom, Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, keduanya merupakan perusajaan pembangkit listrik swasta.

Kiprah Dahlan Iskan di PLN juga begitu fenomenal, dengan “tongkrongan”-nya yang begitu sederhana, seakan tidak pernah kehabisan ide kreatif untuk mengotak-atik perusahaan yang dikelolanya. Dahlan Iskan merupakan contoh tokoh yang mampu berpikir “ke luar kotak”, tidak terjebak dengan paradigm lama yang begitu statis. Beberapa “aksi sulap” Dahlan Iskan antara lain gerakan sehari sejuta sambungan listrik (GRASS 2010), Indonesia bebas byar pet, membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di 100 pulau, dan sebagainya.

Menjadi Menteri BUMN

PLN membuat Dahlan Iskan begitu bergairah, semangat tempurnya makin menyala, namun di tengah sepak terjangnya dalam mereformasi PLN, tepatnya tanggal 17 Oktober 2011, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono berkenan menunjuknya sebagai salah satu anggota kabinet, dengan kedudukan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Luar biasa tantangan yang diberikan pada Dahlan Iskan, dari semula hanya mengelola satu BUMN, kini harus mengurusi 140 BUMN. Sebagai catatan, BUMN sebanyak itu terbagi menjadi 14 perusahaan umum (Perum), 108 perusahaan non tbk (non go public), dan 18 perusahaan tbk (go public).

Di lingkungan BUMN Dahlan Iskan menyiapkan restrukturisasi dan berbagai pembenahan, sebab dari 140 BUMN hanya enam di antaranya yang telah benar-benar berkelas dunia, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI), PT Telkom Indonesia (persero) Tbk (TLKM), PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk (BBNI), PT Semen Gresik Tbk (SMGR)dan PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk (PGN). Keenam BUMN tersebut masuk dalam jajaran 2000 perusahaan andalan global versi Forbes Global 2000 pada tahun 2011.

Dari 140 BUMN dalam pengawasan Kementrian BUMN, ternyata hanya 110 BUMN yang masih aktif, sedangkan menurut Dahlan Iskan (dalam m.bisnis.com) 31 BUMN sebenarnya sudah jadi “mayat”. Di sisi lainnya Dahlan Iskan berupaya mengelompokkan BUMN ke dalam tiga kelompok besar, yaitu BUMN sebagai penjaga ketahanan nasional; BUMN sebagai mesin pertumbuhan (enginee of growth), dan BUMN sebagai kepeloporan dalam hal teknologi, daya saing, dan kesejahteraan, yang diharapkan mampu bersaing secara internasional.

Gebrakan Pak Menteri

Gebrakan paling anyar dari Dahlan Iskan, yaitu dengan maksud memproteksi BUMN, ialah menyangkut sikap tegasnya tentang penolakan BUMN dijadikan sebagai “sapi perah” anggota DPR. Dahlan Iskan dengan berani dan lugas melaporkan ke Dewan Kehormatan DPR tentang beberapa anggota dewan yang berupaya memeras BUMN. Sebagian anggota dewan yang terhormat menjadi galau dan kegerahan, bahkan ada di antaranya yang mengangkat isu segera menggeser posisi Dahlan Iskan di kabinet.

Namun fenomena “sapi perah” ini terus bergulir, beragam fakta seperti banyaknya anggota direksi dan komisaris BUMN berlatar belakang politisi dari partai politik tertentu, menyebabkan kemungkinan terjadinya kongkalingkong antara pejabat BUMN dan anggota dewan. Di sisi lainnya, banyaknya BUMN yang terus merugi dan tidak pernah untung, bahkan disebutkan dalam kondisi “mati suri” atau sudah menjadi “mayat”, perlu ditelaah lebih lanjut, bagaimana manajemen menanganinya selama ini, termasuk adanya kemungkinan “gangguan” eksternal.

Makin Berenergi

Energi Dahlan Iskan seakan tak pernah surut. Sikap tegas, lugas, berani, sederhana, kerja keras, terbuka, kreatif, inovatif, dan beragam karakter positif dan proaktif lainnya makin menegaskan ketokohannya. Beragam dukungan pun terus berdatangan dan makin meluas di seantero Indonesia. Tidak heran jika banyak pihak yang meyakini bahwa Dahlan Iskan sebagai salah satu Calon Presiden dalam Pemilu 2014.

Menurut situs Okezone.com sudah banyak buku yang ditulis oleh Dahlan Iskan dan banyak juga buku tentang Dahlan Iskan yang ditulis orang lain. Buku yang dia tulis sendiri antara lain: Ganti Hati, Pelajaran dari Tiongkok, Model Ekonomi, Tidak ada yang tidak bisa, Dua Tangis Ribuan Tawa dan beberapa lagi. Sedang buku yang ditulis orang tentang Dahlan Iskan antara lain: Habis Gelap Terbitlah Terang, Dahlan Juga Manusia, Sepatu Dahlan dan Seandainya Dahlan Jadi Presiden. Keberadaan buku tersebut makin menjadikan inspirasi bagi banyak orang, bahkan seolah menyebabkan “transfer energi” bagi siapa saja yang mempelajari kisahnya.

Penutup

Saat ini sudah terbentuk komunitas pendukung Dahlan Iskan, DahlanIs (dahlanis.com), dengan visi merapatkan barisan pengagum dan pendukung Dahlan Iskan. Sedangkan beberapa misinya di antaranya menjaring keanggotaan komunitas (relawan) DahlanIS di seluruh Indonesia; Memperkenalkan dan menanamkan virus Manufacturing Hope dan gebrakan-gebrakan Dahlan Iskan serta kegiatan-kegiatannya, baik secara online maupun offline. Sedangkan catatan dan pemikiran lengkap mengenai tokoh yang dikabarkan pernah menjalani transpalantasi hati ini bisa dilihat di sini. Kemunculan Dahlan Iskan dengan beragam kreasi, inovasi dan sepak terjangnya seakan menjadi penyejuk di tengah carut-marutnya kehidupan berbangsa dan bernegara. Energi Dahlan Iskan diharapkan dapat menambah akumulasi energi bangsa, sehingga bisa lebih mampu bersaing di kancah persaingan global. (Atep Afia Hidayat/PantonaNews.com)



0 komentar:

Posting Komentar