Selalu saja ada tokoh yang muncul di
balik perjalanan suatu bangsa. Kedatangan tokoh tersebut melalui proses
tertentu, tidak datang begitu saja. Kehadiran sang tokoh melalui kisah yang
berliku dan beragam cerita yang menarik. Secara perlahan namun pasti nama
Dahlan Iskan terus bergulir, semakin hari semakin populer. Era perkembangan
teknologi informasi yang begitu pesat, menyebabkan gelembung citra sang tokoh
menjadi nyaris tak terbendung. Ya, tiada hari tanpa pemberitaan menyangkut
Dahlan Iskan, baik melalui media online, televisi, surat kabar, atau media
lainnya. Sepak terjang sang tokoh terus menjadi fokus, direkam dan diberitakan.
Begitu pula jejak langkahnya dimasa lampau terus dieksploitasi.
Anak Desa yang Miskin
Membaca kisah lampau Dahlan Iskan
terungkap beberapa catatan yang menarik, antara lain bahwa sang tokoh lahir di
Desa Tegalarum, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, tanggal 17
Agustus 1951. Mengenai tanggal 17 Agustus ternyata itu hanya “karangan” Dahlan
Iskan sendiri, sebab orang tuanya sendiri lupa tanggal berapa sang tokoh
dilahirkan. Dipilihnya tanggal 17 Agustus supaya bertepatan dengan hari ulang
tahun Republik Indonesia, sehingga menjadi lebih gampang diingat. Dahlan Iskan
memang terlahir dari keluarga yang sangat kekurangan. Bahkan menurut catatan
Satriadharma.com, kalau status miskin ada pangkatnya maka Dahlan Iskan ini
lahir miskin dengan pangkat jendral saking miskinnya.
Dalam kondisi serba miskin pun
ternyata Dahlan Iskan tetap bersekolah. Ya, belajar bagi siapapun adalah wajib,
dengan belajar ternyata dikemudian hari bisa mengubah nasib secara drastis dan
dramatis, sebagaimana dialami Dahlan Iskan. Tercatat bahwa Dahlan Iskan
menempuh pendidik SD di Desa Bukur, yang setelah ditelusuri ternyata masuk
dalam wilayah Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Desa Tegalarum
(Magetan) dengan Desa Bukur (Madiun) memang bertetangga.
Anak Madrasah
Setelah menyelesaikan SD, Dahlan Iskan
kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsnawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) yang
berada di lingkungan Pesantren Sabilil Muttaqien, Kecamatan Takeran ujung timur
Kabupaten Magetan. Ya, Dahlan Iskan memang dibesarkan di lingkungan pesantren.
Pesantren Sabilil Muttaqien didirikan
tahun 1880 oleh seorang keturunan salah satu pengikut Pangeran Diponegoro yang
melarikan diri ke timur. Dia adalah Kyai Hasan Ulama, yang merintis pesantren
Sabilil Muttaqien dengan nama Pondok Takeran. Takeran adalah nama sebuah desa
sejauh 16 kilometer dari kota Kabupaten Magetan atau 9 kilometer dari arah kota
Madiun.
Menurut catatan Okezone.com,
dikemudian hari setelah berhasil menjadi orang sukses, Dahlan Iskan mendirikan
International Islamic School (IIS) di lingkungan Pesantren Sabilil Muttaqien,
Takeran. Sejarah mencatat, memang tidak sedikit tokoh sukses negeri ini yang
berlatar belakang pendidikan madrasah dan pesantren.
Drop Out Dua Kali
Setelah menyelesaikan Madrasah Aliyah
di Magetan, Jawa Timur, episode perjalanan hidup Dahlan Iskan selanjutnya
ternyata “bertransmigrasi” ke Bumi Borneo, mengikuti jejak kakak sulungnya,
Siti Khosiyatun, yang menjadi pengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) di
Samarinda. Di sana Dahlan Iskan sempat mencicipi kuliah di Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Ampel cabang Samarinda, tidak sampai selesai dan hanya berhenti pada
semester empat. Dengan minat belajar yang masih “menyala”, Dahlan Iskan pun
masuk di Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus (Untag) cabang Samarinda, namun
kembali harus “mengundurkan diri” di tahun kedua. Ya, catatan riwayatnya menunjukkan,
bahwa Dahlan Iskan pernah drop out (D.O.) dua kali. Ternyata bagi pribadi yang
tangguh bahwa D.O. itu bukan akhir dari segalanya.
Sejak duduk di bangku kuliah ternyata
Dahlan Iskan aktif berorganisasi, antara lain di Ikatan Pers Mahasiswa
Indonesia (IPMI). Hal ini menjadi pembelajaran bagi setiap generasi muda yang
ingin meraih sukses, ternyata kebanyakan tokoh sukses di negeri ini pada masa
mudanya cenderung gemar berorganisasi, atau lebih dikenal sebagai aktivis
mahasiswa. Ya, jangan hanya menjadi mahasiswa yang Kuper dan Kubuk (kurang
pergaulan dan kutu buku).
Jadi Wartawan
Latar belakang atau riwayat perjalanan
waktu muda sangat berpengaruh pada karir dan kondisi dihari kemudian. Meskipun
kuliah tidak meraih ijazah, Dahlan Iskan begitu fokus pada kegiatan menulis.
Sepak terjang dan jam terbangnya di pers mahasiswa membawanya berhasil menjadi
wartawan sebuah surat kabar (kecil) di Samarinda. Dalam kisah perjalanan
selanjutnya, Dahlan Iskan memperoleh pendidikan jurnalistik di Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), merupakan
salah satu LSM terbesar di Indonesia dan menerbitkan jurnal bulanan sosial dan
ekonomi “Prisma”. Belakangan Prisma Resource Center (LP3ES) aktif melakukan
survey pendapat umum.
Semasa mengikuti pembelajaran
jurnalistik di LP3ES tahun 1975, Dahlan Iskan melaksanakan magang di Majalah
Tempo. Berbekal pengalaman tersebut Dahlan Iskan pun bergabung dengan Majalah
Tempo sebagai wartawan, dengan penugasan meliputi berita sekitar Kalimantan
Timur. Karena kinerja dan prestasinya yang cemerlang, dua tahun kemudian Dahlan
Iskan berhasil menduduki Kepala Biro Majalah Tempo di Surabaya.
Memimpin Jawa Pos
Perjuangan dan kerja cerdas Dahlan
Iskan terus bergulir bersama Majalah Tempo, momentum pengambil-alihan harian
Jawa Pos tahun 1982 menjadi begitu fenomenal, sebab saat itu Dahlan ditunjuk
sebagai pimpinan Jawa Pos. Konon saat itu harian Jawa Pos dalam kondisi “hidup
tak mau dan matipun segan”, dengan oplah harian yang hanya 6.000 eksemplar.
Dalam kurun waktu hanya lima tahun
(1987), oplah Jawa Pos meningkat 50 kali lipat. Begitu fenomenal sentuhan
tangan dingin Dahlan Iskan, sehingga Jawa Pos tumbuh menjadi “raja-nya” surat
kabar Surabaya dan Jawa timur. Tak sampai di situ, ekspansi Dahlan Iskan terus
berlanjut dengan membentuk Jawa Pos News Network (JPNN), meliputi 141 surat
kabar, 18 majalah dan tabloid, dan 22 TV local (Daftar lengkap di sini). Dahlan
Iskan juga mengembangkan 40 jaringan percetakan di seluruh Indonesia.
Diversifikasi Bisnis
Pada tahun 1997 dari bisnis media
terjadi diversifikasi usaha ke bisnis gedung dan perkantoran, yaitu dengan
didirikannya Graha Pena, gedung pencakar langit (tinggi 175 m, berlantai 21) di
Jalan Ahmad Yani, Surabaya, sekaligus sebagai markas JPNN. Ternyata Graha Pena
pun didirikan di Kebayoran Lama, Jakarta (2002, dengan 10 lantai), Semarang
(2003, dengan 5 lantai), Batam (2006), Makassar (2007, dengan 17 lantai), Pekanbaru
(2012). Di JPNN Dahlan Iskan menjadi CEO dan pemegang saham hingga tahun 2009.
Dahlan Iskan mencetak sukses yang luar
biasa dalam bisnis media dan bisnis gedung perkantoran. Langkah selanjutnya
ternyata mulai awal 2009, Dahlan Iskan juga merambah bisnis telekomunikasi,
tercatat sebagai Komisaris PT. Fangbian Iskan Corporindo (FIC), dengan salah
satu proyeknya ialah membangun Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL), yang
menghubungkan Surabaya dengan Hong Kong. Sehingga terbentang serat optik sepanjang
4.300 kilometer.
Menjadi Dirut PLN
Ya, dimulai dari siswa madrasah
(pesantren), mahsiswa D.O. namun aktif dalam pers mahasiswa, kemudian menjadi
wartawan, CEO grup media (JPNN), gedung perkantoran (Graha Pena) dan
telekomunikasi (FIC), ternyata sepak terjang Dahlan Iskan terus berlanjut.
Tercatat akhir tahun 2009, Dahlan Iskan diangkat menjadi Direktur Utama salah
satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar di Indonesia, yaitu PLN (akhir
Desember 2011 memiliki asset Rp. 426,5 triliun).
Begitu fenomenal dan penuh teka-teki,
bagaimana bisa seorang “raja media” yang berakar pada kemampuan unggul dibidang
jurnalistik diangkat menjadi “raja listrik”. Ternyata Dahlan Iskan pun
sebelumnya sempat “bermain listrik”, yaitu tercatat sebagai presiden direktur PT
Cahaya Fajar, Tanjung Batu, Tenggarong Sebrang, Kabupaten Kutai Kertanegara,
Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Desa Sumengko, Wringianom,
Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, keduanya merupakan perusajaan pembangkit
listrik swasta.
Kiprah Dahlan Iskan di PLN juga begitu
fenomenal, dengan “tongkrongan”-nya yang begitu sederhana, seakan tidak pernah
kehabisan ide kreatif untuk mengotak-atik perusahaan yang dikelolanya. Dahlan
Iskan merupakan contoh tokoh yang mampu berpikir “ke luar kotak”, tidak
terjebak dengan paradigm lama yang begitu statis. Beberapa “aksi sulap” Dahlan
Iskan antara lain gerakan sehari sejuta sambungan listrik (GRASS 2010),
Indonesia bebas byar pet, membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di
100 pulau, dan sebagainya.
Menjadi Menteri BUMN
PLN membuat Dahlan Iskan begitu
bergairah, semangat tempurnya makin menyala, namun di tengah sepak terjangnya
dalam mereformasi PLN, tepatnya tanggal 17 Oktober 2011, Presiden Soesilo
Bambang Yudhoyono berkenan menunjuknya sebagai salah satu anggota kabinet,
dengan kedudukan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Luar biasa tantangan
yang diberikan pada Dahlan Iskan, dari semula hanya mengelola satu BUMN, kini
harus mengurusi 140 BUMN. Sebagai catatan, BUMN sebanyak itu terbagi menjadi 14
perusahaan umum (Perum), 108 perusahaan non tbk (non go public), dan 18
perusahaan tbk (go public).
Di lingkungan BUMN Dahlan Iskan
menyiapkan restrukturisasi dan berbagai pembenahan, sebab dari 140 BUMN hanya
enam di antaranya yang telah benar-benar berkelas dunia, yaitu PT Bank Rakyat
Indonesia (persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI), PT Telkom
Indonesia (persero) Tbk (TLKM), PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk (BBNI),
PT Semen Gresik Tbk (SMGR)dan PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk (PGN).
Keenam BUMN tersebut masuk dalam jajaran 2000 perusahaan andalan global versi
Forbes Global 2000 pada tahun 2011.
Dari 140 BUMN dalam pengawasan
Kementrian BUMN, ternyata hanya 110 BUMN yang masih aktif, sedangkan menurut
Dahlan Iskan (dalam m.bisnis.com) 31 BUMN sebenarnya sudah jadi “mayat”. Di
sisi lainnya Dahlan Iskan berupaya mengelompokkan BUMN ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu BUMN sebagai penjaga ketahanan nasional; BUMN sebagai mesin
pertumbuhan (enginee of growth), dan BUMN sebagai kepeloporan dalam hal
teknologi, daya saing, dan kesejahteraan, yang diharapkan mampu bersaing secara
internasional.
Gebrakan Pak Menteri
Gebrakan paling anyar dari Dahlan
Iskan, yaitu dengan maksud memproteksi BUMN, ialah menyangkut sikap tegasnya
tentang penolakan BUMN dijadikan sebagai “sapi perah” anggota DPR. Dahlan Iskan
dengan berani dan lugas melaporkan ke Dewan Kehormatan DPR tentang beberapa
anggota dewan yang berupaya memeras BUMN. Sebagian anggota dewan yang terhormat
menjadi galau dan kegerahan, bahkan ada di antaranya yang mengangkat isu segera
menggeser posisi Dahlan Iskan di kabinet.
Namun fenomena “sapi perah” ini terus
bergulir, beragam fakta seperti banyaknya anggota direksi dan komisaris BUMN
berlatar belakang politisi dari partai politik tertentu, menyebabkan
kemungkinan terjadinya kongkalingkong antara pejabat BUMN dan anggota dewan. Di
sisi lainnya, banyaknya BUMN yang terus merugi dan tidak pernah untung, bahkan
disebutkan dalam kondisi “mati suri” atau sudah menjadi “mayat”, perlu ditelaah
lebih lanjut, bagaimana manajemen menanganinya selama ini, termasuk adanya
kemungkinan “gangguan” eksternal.
Makin Berenergi
Energi Dahlan Iskan seakan tak pernah
surut. Sikap tegas, lugas, berani, sederhana, kerja keras, terbuka, kreatif,
inovatif, dan beragam karakter positif dan proaktif lainnya makin menegaskan
ketokohannya. Beragam dukungan pun terus berdatangan dan makin meluas di
seantero Indonesia. Tidak heran jika banyak pihak yang meyakini bahwa Dahlan
Iskan sebagai salah satu Calon Presiden dalam Pemilu 2014.
Menurut situs Okezone.com sudah banyak
buku yang ditulis oleh Dahlan Iskan dan banyak juga buku tentang Dahlan Iskan
yang ditulis orang lain. Buku yang dia tulis sendiri antara lain: Ganti Hati,
Pelajaran dari Tiongkok, Model Ekonomi, Tidak ada yang tidak bisa, Dua Tangis
Ribuan Tawa dan beberapa lagi. Sedang buku yang ditulis orang tentang Dahlan
Iskan antara lain: Habis Gelap Terbitlah Terang, Dahlan Juga Manusia, Sepatu
Dahlan dan Seandainya Dahlan Jadi Presiden. Keberadaan buku tersebut makin
menjadikan inspirasi bagi banyak orang, bahkan seolah menyebabkan “transfer
energi” bagi siapa saja yang mempelajari kisahnya.
Penutup
Saat ini sudah terbentuk komunitas
pendukung Dahlan Iskan, DahlanIs (dahlanis.com), dengan visi merapatkan barisan
pengagum dan pendukung Dahlan Iskan. Sedangkan beberapa misinya di antaranya
menjaring keanggotaan komunitas (relawan) DahlanIS di seluruh Indonesia;
Memperkenalkan dan menanamkan virus Manufacturing Hope dan gebrakan-gebrakan
Dahlan Iskan serta kegiatan-kegiatannya, baik secara online maupun offline.
Sedangkan catatan dan pemikiran lengkap mengenai tokoh yang dikabarkan pernah
menjalani transpalantasi hati ini bisa dilihat di sini. Kemunculan Dahlan Iskan
dengan beragam kreasi, inovasi dan sepak terjangnya seakan menjadi penyejuk di
tengah carut-marutnya kehidupan berbangsa dan bernegara. Energi Dahlan Iskan
diharapkan dapat menambah akumulasi energi bangsa, sehingga bisa lebih mampu
bersaing di kancah persaingan global. (Atep Afia Hidayat/PantonaNews.com)
0 komentar:
Posting Komentar