(ADMINISTRASI, KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN, DAN ORGANISASI)[1]
Administrasi,
dalam pengertian luas, menurut Sondang P. Siagian, adalah keseluruhan proses
kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
1. Dua orang atau lebih;
2. Tujuan
(goal);
3. Tugas
yang hendak dilaksanakan;
4. Sarana
dan prasarana tertentu;
Di lain
pihak, masih terlalu sering administrasi diartikan secara sempit, yaitu sebatas
kegiatan ketatausahaan. Padahal, ketatausahaan merupakan bagian kecil dari kegiatan
operasional administrasi dalam arti luas.
Administrasi
dan manajemen ilmiah menganut filsafat yang people
centered, yang berarti memandang dan memperlakukan manusia itu tidak hanya
sebagai alat produksi semata-mata, akan tetapi sebagai oknum yang berkepribadian,
bertujuan, bercita-cita, dan mempunyai rasio, dan sekaligus juga sebagai
makhluk emosi. Karena rasiolah manusia dapat merupakan faktor pendorong ke arah
efisiensi jika ia dipandang dan diperlakukan sesuai dengan martabatnya sebagai
manusia. Tetapi, manusia yang sama dapat menjadi faktor penghalang utama ke
arah tercapainya efisiensi jika ia dipandang dan diperlakukan sebagai mesin
dan/atau alat-alat produksi lainnya yang tidak berkepribadian dan bermartabat
yang tinggi.
Di sisi
lain, administrasi dan manajemen nonilmiah menganut filsafat yang job centered, yang berarti bahwa dalam
usaha mencapai tujuan, yang penting adalah tugas-tugas yang harus dilaksanakan
supaya selesai tepat waktu.
Filsafat administrasi dan manajemen modern dewasa ini berorientasi pada manusia sebagai unsur terpenting (filsafat yang people centered). Filsafat administrasi modern mengatakan bahwa manusia merupakan unsur terpenting dalam setiap organisasi. Filsafat administrasi dan manajemen modern sekarang ini didasarkan atas dan berorientasi pada manusia sebagai unsur terpenting. Karena itu, dikatakan bahwa filsafat administrasi dan manajemen sekarang ini adalah suatu filsafat yang people centered.
KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)
Kepemimpinan
merupakan inti dari manajemen.[2] Memang,
demikianlah halnya. Karena, kepemimpinan merupakan “motor atau daya penggerak
semua sumber-sumber dan alat-alat (resources)
yang tersedia dalam sebuah organisasi”. Resources
itu digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.
Sumber daya manusia
2.
Sumber daya lainnya
Sukses tidaknya suatu oganisasi mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat tergantung dari pemimpinnya dalam menggerakkan sumber daya yang ada (resources)—SDM dan sumber daya lainnya—secara efektif dan efisien.
Kepemimpinan dan human relations
Kemampuan
dalam human relations merupakan aspek
yang sangat penting dari kepemimpinan, terutama apabila ditinjau dari segi
kemampuan mempengaruhi perilaku bawahan dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan. Dengan kata lain, di bidang administrasi saat ini telah
disadari dan diakui bahwa di dalam setiap kegiatan administrasi ataupun
organisasi, unsur manusia serta hubungan-hubungan antarmanusia itu merupakan
faktor yang menentukan sukses tidaknya proses administrasi ataupun organisasi itu
dijalankan. Hal ini berarti, manusia dalam suatu organisasi tidak boleh
diperlakukan sama dengan unsur-unsur administrasi lainnya, seperti modal,
mesin, alat-alat perlengkapan, dsb.
Manusia merupakan milik yang paling berharga bagi suatu organisasi, tetapi sekaligus juga merupakan masalah terberat bagi pimpinan suatu organisasi. Di bidang administrasi dan manajemen, Revolusi Industri di Inggris telah mengakibatkan terjadinya perubahan radikal dalam filsafat administrasi dan manajemen yang tadinya merupakan filsafat yang job centered berubah ke filsafat yang human centered.
Pemimpin itu harus seorang generalis, bukan spesialis
Semakin
tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi, semakin kurang tugas technical skill dan semakin banyak memerlukan managerial skill. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan seseorang
dalam suatu organisasi, semakin banyak memerlukan technical skill ketimbang
managerial skill.
Dengan kata lain, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi, ia harus semakin menjadi seorang generalist. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi, ia harus menjadi specialist. Semakin tinggi, semakin filosofis. Semakin rendah, semakin teknis (praktis). Dapat juga dikatakan, semakin tinggi, semakin komprehensif. Semakin rendah, semakin parsial.
Sifat-sifat Pemimpin yang Baik
1.
Memiliki kondisi fisik yang sehat;
2.
Berpengetahuan luas. Berpengetahuan luas tidak
selalu diartikan dengan berpendidikan formal tinggi. Karena, ada sekelompok
orang yang meskipun berpendidikan tinggi, tetapi pandangannya masih sempit,
yaitu terbatas kepada bidang keahliannya saja. Sebaliknya, banyak orang yang
tidak berpendidikan tinggi, tetapi karena pengalamannya dan kemauan keras untuk
selalu belajar atau untuk self
development, memiliki pengetahuan yang luas tentang banyak hal;
3.
Memiliki keyakinan yang kuat akan
keberhasilan. Bukan seorang peragu;
4.
Mengetahui kompleksitas dari tujuan yang
hendak dicapai;
5.
Memiliki stamina dan antusiasme yang besar. Pekerjaan memimpin pada dasarnya adalah
pekerjaan mental. Stamina bekerja sangat diperlukan karena tekanan yang
dihadapi oleh pelaksana biasa lebih kecil dibanding tekanan yang dihadapi
seorang yang menduduki jabatan pimpinan;
6.
Gemar dan cepat mengambil keputusan. Karena
tugas terpenting dari seorang pemimpin adalah
mengambil keputusan yang harus dilaksanakan oleh orang lain;
7.
Objektif dan rasional. Pemimpin yang emosional
akan kehilangan objektivitas karena tindakannya tidak didasarkan pada akal
sehat, tetapi lebih sering didasarkan atas pertimbangan personal likes and dislikes,
baik terhadap seseorang, maupun terhadap penggunaan sumber-sumber daya lainnya;
8.
Adil terhadap bawahan, terlepas dari
pandangan-pandangan kedaerahan, kesukuan, kepartaian, ikatan keluarga, dsb;
9.
Menguasai prinsip-prinsip human relations. Human relation adalah inti kepemimpinan. Pemimpin
harus mampu membina teamwork yang
baik;
10.Memiliki
keterampilan berkomunikasi yang baik, baik secara lisan maupun tulisan. Tidak ada
kepemimpinan tanpa komunikasi. Berkomunikasi—lisan maupun tulisan—adalah cara
yang penting dalam menyampaikan ide, gagasan, instruksi, nasehat, saran,
berita, informasi, bimbingan, kebijakan, dsb, kepada bawahan, sesama atasan,
pihak luar, dsb;
11.Dapat
menjadi komandan, guru, sahabat, dan ayah, terhadap bawahan. Dalam hal ini,
harus diperhatikan pula sifat-sifat bawahan yang dihadapi;
12.Mempunyai
gambaran yang komprehensif (holistik dan menyeluruh; filosofis) terhadap semua
aspek kegiatan organisasi.
Aksioma
administrasi mengatakan, bahwa tugas terpenting dari seorang pemimpin adalah
memimpin. Suatu aksioma yang terdengar sederhana. Karena terdengar sederhana
itulah ia sering dilupakan oleh orang yang bertugas memimpin suatu organisasi.
Akibatnya, sering orang-orang yang mempunyai kedudukan sebagai
pemimpin—presiden direktur, CEO, kepala, direktur, manager, atau apapun
istilahnya—dalam kenyataan, ia mengerjakan kegiatan-kegiatan operasional
(teknis) sehingga ia tidak punya waktu
untuk melakukan tugas pokoknya, yaitu memimpin.
Konsekuensi
dari tugas pokok memimpin itu ialah bahwa
sebagian besar waktu dari setiap pemimpin harus dipergunakan untuk mengambil
keputusan. Oleh karenanya, setiap
pemimpin harus mempunyai daya analisis yang tinggi agar keputusan yang
diambilnya benar-benar tepat berdasarkan data-data yang up to date, objektif, dan benar-benar tepat dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Di samping itu, dibutuhkan keberanian
untuk mengambil keputusan yang cepat, tepat, praktis, dan rasional, serta
memikul risiko dan tanggung jawab terhadap konsekuensi dari keputusan yang
diambil. Pemimpin juga dituntut kemampuan
dan kemauan untuk belajar terus-menerus.
Pengambilan keputusan adalah pemecahan masalah dengan cara yang sebaik-baiknya. Ia mesti berdasarkan pada fakta-fakta dan data yang dapat dipercayai dan bersifat up to date.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan:
1.
Harus diperhatikan kemampuan organisasi dalam
arti tersedianya sumber-sumber materil untuk melaksanakan keputusan, tenaga
kerja yang tersedia, dan kualifikasinya untuk melaksanakan keputusan.
2.
Pengambilan keputusan harus didasarkan pada
fakta dan data terkumpul secara sistematis, yang sungguh-sungguh dapat
dipercaya dan bersifat up to date.
3.
Harus didasarkan pada skala prioritas.
4.
Dalam pengambilan keputusan, agar keputusan
itu dapat bermanfaat dalam mencapai tujuan organisasi, maka pemimpin harus
mengikutsertakan sebanyak mungkin bawahannya. Peranan bawahan dalam hal ini
ialah:
- sebagai sumber informasi dan data
yang objektif. Karena, yang tahu kondisi riil di lapangan itu adalah mereka
yang berada di tingkat bawah.
- sebagai pemberi kritik.
5.
Rapat. Dalam hal pengambilan keputusan, jumlah
peserta rapat tidak boleh terlalu banyak. Idealnya, sekitar 5 orang. Dalam
rapat, diperlukan papan tulis, spidol, dan media-media lainnya seperti in focus, bagan-bagan, dsb. Tujuannya
adalah untuk mempermudah setiap orang untuk menyampaikan ide, gagasan,
pendapat, dsb. Salah satu tujuan pengambilan keputusan adalah pemecahan
masalah. Agar pemecahan masalah itu mendatangkan hasil yang maksimal, maka
perlu diusahakan agar pemecahan itu didasarkan pada teknik-teknik ilmiah. Jika
diteliti lebih lanjut, ternyata pemecahan masalah berkisar pada pengolahan data
dan fakta.
6. Salah satu kekeliruan dari hampir semua organisasi ialah pembuatan laporan yang semakin banyak. Akibatnya, laporan-laporan itu sering tidak dibaca. Padahal, laporan dalam administrasi organisasi bukanlah hanya sebatas formalitas tugas, tetapi untuk dipergunakan oleh pimpinan untuk mengambil keputusan.
Tugas terpenting dari pemimpin adalah mengambil keputusan
Tugas
terpenting dari pimpinan, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok adalah
mengambil keputusan. Keputusan-keputusan yang telah diambil itulah yang akan
menjadi dasar dan pedoman
kegiatan-kegiatan operasional. Keputusan-keputusan itu sendiri harus rasional.
Human relation
merupakan inti dari kepemimpinan karena cara penggerakan bawahan sekarang ini
didasarkan pada pendapat bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai martabat,
perasaan, cita-cita, keinginan, temperamen, harapan-harapan, dsb. Setiap
manusia ingin bebas, ingin dihargai, ingin memperoleh kemajuan dalam hidupnya.
Hubungan—baik yang formal maupun informal—perlu dibangun dan diciptakan dalam
suatu organisasi. Sehingga, tercipta suatu teamwork
yang intim dan harmonis dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Manusia
bawahan bukan mesin. Berbeda dari uang, metode, materiil, dan alat-alat
produksi lainnya, manusia ingin diperlakukan secara terhormat, serendah apa pun
pendidikan mereka. Oleh karena itu, dalam organisasi, pengertian, perasaan, dan
penghargaan memegang peranan yang menentukan.
Tugas
terpenting dari pimpinan ialah mengambil keputusan. Keputusan yang baik itu
setidak-tidaknya memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1.
Keputusan harus tepat, dalam arti dapat
memecahkan persoalan-persoalan yang dimaksudkan untuk dipecahkan oleh keputusan
tersebut. Oleh karenanya, seorang pemimpin dituntut kemampuan atau daya
analisis yang tinggi.[3]
2.
Keputusan yang diambil harus cepat
3.
Keputusan yang diambil harus praktis dan
realistis, sesuai kemampuan organisasi seperti SDM, peralatan, keuangan,
perlengkapan, dsb.
4.
Keputusan yang diambil harus rasional.
Artinya, harus masuk akal sehat dan dapat diterima oleh para karyawan atau
bawahan. Namun, hal ini tidaklah berarti bahwa setiap keputusan itu harus dapat
diterima semua orang. Malahan, dapat dikatakan, jika seorang pemimpin mengambil
keputusan yang menggembirakan semua orang, ada kemungkinan keputusan itu
bukanlah keputusan yang baik. Dalam setiap keputusan, hampir dapat dipastikan
akan ada orang yang merasa dirugikan oleh keputusan itu. Yang penting ialah,
keputusan itu menurut perkiraan akan menguntungkan organisasi, yang berarti
menguntungkan sebagian besar orang-orang dalam organisasi.[4]
Pemimpin dan Daya Analisis
Persyaratan kepemimpinan yang perlu
dipenuhi itu ialah keberanian untuk mengambil keputusan yang cepat, tepat,
praktis, dan rasional serta memikul tanggung jawab atas akibat dan risiko yang
ditimbulkan oleh sebuah keputusan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus
mempunyai keberanian dan hal-hal sbb:
1.
Punya kemampuan analisis yang tinggi
2.
Mengetahui apa yang hendak dicapai oleh
organisasi
3.
Memiliki pengetahuan yang mendalam tentang
dirinya sendiri, kekuatan-kekuatan dan kelemahan, termasuk di dalamnya
kemampuan dan kemauan belajar terus menerus.
4.
Mendalami perilaku bawahan
MANAJEMEN
Manajeman dapat diartikan dari dua sudut pandang, yaitu: 1. Sebagai proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan tujuan. 2. Kemampuan atau keterampilan orang yang menduduki jabatan manajerial untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
Manajemen merupakan bagian dari administrasi. Sebagaimana halnya dengan organisasi, manajemen pun telah mendapat penelitian khusus para sarjana yang mengakibatkan banyaknya definisi tentang manajemen. Konsekuensinya, banyak orang yang ingin mendalami teori manajemen, sering dibingungkan oleh aneka ragam definisi yang terdapat dalam literatur yang sangat banyak. Hingga kini, para sarjana belum mempunyai kata sepakat tentang fungsi-fungsi administrasi dan manajemen, baik ditinjau dari segi klasifikasi maupun terminologi yang digunakan.[5]
Oleh
karena itu, setiap orang yang hendak mendalami tentang organisasi dan
manajemen, perlu memilih untuk dirinya sendiri definisi siapa yang akan
dipegangnya sebagai suatu kerangka konsepsional (conceptional framework).
Setiap orang yang ingin mendalami persoalan manajemen perlu memilih untuk dirinya sendiri definisi siapa yang akan dipegangnya sebagai kerangka konseptual. Bagi saya pribadi (NE), fungsi-fungsi manajemen itu meliputi POACE:
P = Planning (perencanaan)
O = Organizing (pengorganisasian)
A = Actuating (penggerakan)
C = Controlling (pengawasan)
E = Evaluating (evaluasi)[6]
Definisi
klasik mengatakan bahwa manajemen adalah “keterampilan untuk mendapatkan hasil
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan menggerakkan
orang-orang lain dalam organisasi yang disebut bawahan.”[7]
Dari definisi tersebut, jelas terlihat bahwa kelompok manajemen dalam organisasi bertugas pokok bukan untuk melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan operasional, akan tetapi untuk menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan tercapai sesuai harapan—dilaksanakan dengan cara-cara yang efisien, efektif, dan ekonomis. Manajemen modern dewasa ini pada umumnya adalah manajemen yang berorientasi kepada pemecahan masalah (problem-solving oriented).
PLANNING (PERENCANAAN)
Perencanaan
yang baik harus didahului dengan research
(penelitian) dengan mengumpulkan data-data dan fakta-fakta selengkap
mungkin. Data-data yang dikumpulkan perlu dianalisis dan dihubungkan dengan
situasi yang dihadapi dan mungkin akan dihadapi di masa depan, baik situasi
politik, sosial, maupun keamanan, dan terutama yang bersifat ekonomi. Konsep 5W
+ 1H juga harus diterapkan dalam proses perencanaan.
Proses perencanaan (planning) harus dipandang sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Dalam proses planning, perlu dikumpulkan data-data (collecting data). Data itu harus lengkap, up to date, dan dapat dipercaya. Setelah pengumpulan data, maka perlu diadakan analisis data. Data hanya akan mempunyai arti apabila data itu diinterpretasikan sedemikian rupa sehingga dapat membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan.[8]
ORGANIZING (PENGORGANISASIAN)
Pengorganisasian (organizing) ialah proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan. Dalam proses mengorganisir inilah ditentukan job description—siapa melakukan apa, kapan, di mana, dan bagaimana.
ACTUATING (PENGGERAKAN)
Dalam
literatur tentang manajemen, istilah yang digunakan untuk “penggerakan”
bermacam-macam, seperti motivating,
commanding, directing, dan actuating. Istilah-istilah itu pada dasarnya
mempunyai satu kesamaan maksud, yaitu menunjukkan proses penggerakan bawahan
dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan dalam planning maupun dalam tujuan organisasi
secara luas. Dalam pengertian singkat, penggerakan (actuating) dapat diartikan dengan “proses pemberian dorongan
bekerja kepada bawahan agar mereka mau bekerja dengan ikhlas secara efektif,
efisien, demi tercapainya tujuan organisasi.
Sebagaimana
diketahui, manusia bukan mesin. Manusia adalah makhluk yang punya perasaan,
martabat, cita-cita, keinginan, harapan-harapan, dan lain sebagainya. Setiap
orang ingin kebahagiaan, kesejahteraan, ingin bebas, ingin dihargai, ingin
keadilan, ingin memperoleh kemajuan, dsb. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
itu, maka manusia merasa perlu untuk berorganisasi. Akan tetapi, organisasi
secara formal juga mempunyai tujuan. Nah, agar tujuan organisasi dapat dicapai
dengan baik, maka pemimpin atau manajer dalam suatu organisasi harus mampu
mensingkronkan tujuan individu-individu dalam organisasi dengan tujuan
organisasi itu sendiri.
Ambil
contoh di sebuah perusahaan. Tujuan perusahaan tentu adalah untuk memperoleh
laba yang besar. Namun, sebaliknya, orang-orang yang bekerja di perusahaan itu
juga punya tujuan yang bersifat individu, seperti ingin sejahtera, ingin
dianggap penting, ingin mewujudkan cita-cita, dsb. Nah, agar perusahaan itu
bisa survive, maka pimpinannya harus
dapat mensingkronkan tujuan organisasi (perusahaan) dengan tujuan-tujuan dari
individu-individu yang ada di dalamnya.
Dalam melakukan fungsi manajemen (POACE), yakni actuating (penggerakan), maka harus dipahami bahwa dalam sebuah organisasi harus terdapat singkronisasi antara tujuan organisasi sebagai keseluruhan dengan tujuan pribadi anggota organisasi. Sukses tidaknya pimpinan organisasi dalam melaksanakan fungsi actuating, sangat tergantung dari kemampuan pimpinan mensingkronkan tujuan tersebut. Pemimpin harus memahami motif para bawahan untuk bergabung dengan organisasi. Motif itu adalah pemuasan kebutuhan. Kebutuhan manusia itu secara garis besar ada dua, yaitu kebutuhan materil dan nonmateril.[9]
CONTROLLING (PENGAWASAN)
Penagawasan perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya penyelewengan atau penyimpangan-penyimpangan terhadap hal-hal yang telah ditetapkan dalam planning sebelumnya. Pengawasan tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah, tetapi untuk menemukan apa yang tidak betul.
EVALUATING (EVALUASI/PENILAIAN)
Evaluating ialah proses pengukuran dan pembandingan hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.
ORGANISASI
Organisasi
adalah persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai
suatu tujuan. Ciri-ciri organisasi modern salah satunya adalah semakin
meningkatnya kesadaran bahwa faktor manusialah yang akan paling menentukan
berhasil tidaknya organisasi dalam mencapai tujuan. Suatu organisasi yang baik
ialah organisasi yang dipimpin dengan cara-cara yang demokratis, yang
diistilahkan dengan participative
management atau open management.[10]
Secara filosofis, manusia merupakan unsur terpenting dalam satu organisasi. Karena, uang, mesin-mesin, materi, waktu, kekayaan, dan aset-aset lainnya, hanya dapat memberi manfaat bagi organisasi jika manusia yang di dalamnya merupakan daya pembangun, bukan perusak. Jadi, manusia merupakan modal terpenting bagi suatu organisasi. Namun demikian, manusia juga dapat menjadi faktor penghalang bagi organisasi dalam mencapai tujuan.
Pembuatan
Laporan dan Pengambilan Keputusan
Salah satu
“kesalahan besar” yang dilakukan hampir semua organisasi ialah pembuatan
laporan yang semakin banyak. Akibatnya, laporan-laporan itu sering tidak dibaca
dan menjadi tidak berguna. Kalau pun ada kepuasan dalam hal yang demikian,
kepuasan itu hanyalah kepuasan bagi si
pembuat laporan. Sementara kegunaannya bagi organisasi terutama dalam hal
pengambilan keputusan—adalah sangat kecil untuk tidak dikatakan nihil. Padahal,
penyusunan laporan memerlukan waktu, tenaga, dan biaya.
Suatu laporan dikatakan tidak baik apabila laporan itu mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Mengandung banyak informasi, tetapi di
dalamnya tidak terdapat data yang dibutuhkan oleh pimpinan untuk mengambil
keputusan
2.
Data yang terdapat dalam laporan tidak ada
hubungannya dengan dasar perbandingan dan tujuan manajemen.
3. Laporan hanya berisikan hal-hal yang positif, untuk memberikan kesan bahwa segala sesuatu berjalan dengan lancar. Padahal, manajemen perlu juga mengetahui segi-segi negatif kegiatan supaya faktor-faktor penghambat dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Yang dibutuhkan ialah informasi yang dapat digunakan untuk bertindak, bukan hanya untuk sekedar memiliki informasi.
Syarat-syarat laporan yang baik:
1. Tersusun
dengan rapi
2. Dibuat
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
3. Mengandung
semua fakta yang dibutuhkan
4. Data-data
yang terkandung di dalamnya up to date,
dapat dipercaya, dan lengkap.
5. Mudah dipergunakan oleh pimpinan dalam proses pengambilan keputusan.
Penyimpanan Informasi
Ditinjau
dari segi kegunaannya, informasi bagi suatu organisasi dapat digolongkan kepada
empat golongan utama, yaitu:
1. Informasi
yang perlu disimpan untuk selama-lamanya
2. Informasi
yang perlu disimpan untuk Jangka panjang
3. Informasi
yang perlu disimpan untuk Sementara
4. Informasi
yang segera dapat dilupakan
Tentunya sulit untuk mengadakan suatu pola umum tentang klasifikasidari informasi yang dikategorikan kepada empat golongan di atas. Karena, klasifikasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya:
1. tujuan
pendirian organisasi
2. dasar
hukum pendirian organisasi
3. AD/ART
organisasi
4. Filsafat
yang dianut oleh pimpinan organisasi
5. Sifat sumber informasiyang dipergunakan oleh organisasi
Dengan kata lain, setiap organisasi harus merumuskan sendiri kebijakan yang menyangkut penyimpanan informasi. Untuk mempermudah perumusan kebijakan, di bawah ini dapat diberikan contoh:
1.
Informasi yang harus disimpan untuk
selama-lamanya, misalnya, informasi yang menyangkut status hukum organisasi
2.
Informasi yang disimpan untuk jangka panjang,
misalnya informasi yang menyangkut pegawai
3.
Informasi yang disimpan untuk jangka pendek,
misalnya dokumen yang kegunaannya hanya berlaku satu kali dan pengaruhnya
terhadap kegiatan organisasi hanya bersifat jangka pendek
4. Informasi yang segera dapat dilupakan, misalnya undangan rapat yang jika rapatnya telah selesai, undangannya pun dapat dibuang.
Adapun keuntungan dari kebijakan yang demikian ialah sbb:
1.
Tidak banyaknya tempat yang harus disediakan
untuk menyimpan informasi
2.
Semakin mudahnya memelihara tempat penyimpanan
informasi
3.
Semakin
mudahnya memelihara mutu informasi yang tersimpan
4.
Semakin mudahnya mengetahui di mana suatu
informasi tersimpan
5.
Semakin mudahnya mengambil informasi itu dari
tepat penyimpanannya jika sewaktu-waktu diperlukan.
[1] Disarikan dari buku
Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi,
Jakarta: Bumi Aksara, 2003
[2] Ibid., h. 5.
[3] Kalau meminjam
istilah Dahlan Iskan itu ialah mampu berpikir LAS (logis, analitis, dan
sistematis), yang dianggapnya sebagai kemampuan berpikirnya para sarjana.
[4] Jika kita merujuk
kepada teori fiqh, harus dipertimbangkan besar manfaat dan mudaratnya.
[5] Ibid., h. 82.
[6] Ibid., h. 82-87
[7] Ibid., h. 67.
[8] Ibid., h. 93
[9] Ibid., h. 106-111.
0 komentar:
Posting Komentar