alt/text gambar

Senin, 09 Desember 2024

Topik Pilihan:

Kata Bijak 18

"Sepanjang perjalanan akademik saya, saya telah mengeksplorasi berbagai ilmu, dari hukum ke filsafat dan ilmu politik, bahkan tentang ilmu keislaman untuk mencari pemahaman yang lebih dalam dan holistik. Saya selalu ingat pesan dari almarhum ayah saya, yang menyarankan untuk menuntut ilmu yang beragam, sehingga saya bisa melihat dunia dari berbagai perspektif dan memahami masalah dari banyak sudut pandang." --Yusril Ihza Mahendra


Demokrasi adalah sistem di mana orang-orang dihitung tidak ditimbang.” (Muhammad Iqbal). --Pernyataan Muhammad Iqbal, “Demokrasi adalah sistem dimana orang-orang dihitung tidak di timbang,” mengkritik kelemahan mendasar dalam demokrasi. Dalam demokrasi, keputusan sering kali ditentukan oleh jumlah suara (kuantitas), bukan oleh kualitas pemikiran, kebijaksanaan, atau integritas individu yang memberikan suara. Iqbal menyoroti bahwa sistem ini dapat mengabaikan nilai intrinsik atau bobot moral dan intelektual seseorang, karena semua suara dianggap sama, terlepas dari pemahaman atau kemampuan mereka dalam membuat keputusan yang bijaksana. Ini adalah pengingat untuk memperhatikan keseimbangan antara prinsip kesetaraan dan kualitas kepemimpinan dalam demokrasi.

***


"Novel Pavic menyerahkan kepada kita bagaimana cara membacanya, apa makna yang kita dapat dari dalamnya, dan mana yang kita pilih untuk kita ketahui atau tak kita ketahui. Ya, memang begitu adat kamus, apalagi Dictionary of the Khazars: informasi tanpa fokus, novel tanpa alur, sejarah tanpa kronologi." —GM, "Khazars" dalam Caping 13, h. 117.


"Memilih untuk tak memilih itu juga sebuah pilihan, memutuskan untuk tak memutuskan itu juga sebuah keputusan. Kita memang bisa meminta petunjuk dari orang lain, mohon bimbingan Tuhan, membaca doa atau buku panduan—tapi semua itu menuju ke satu titik, yakni titik kemerdekaan kita. Pada akhirnya aku-lah yang mengambil keputusan; bukan sanak-saudara, handai taulan, konsultan, rohaniwan, dan lain-lain. Dalam saat-saat memilih itu aku sendirian, dan—dalam kata-kata Sartre yang terkenal—di situlah 'manusia dihukum untuk merdeka'." —GM, "Selat" dalam Caping 13, h.124


"Everyone thinks of changing the world, but no one thinks of changing himself." --Leo Tolstoy


Nasihat Adat Kerinci:


Nak luhuh bntangkan tali. Nak mulio bubaso basi. Nak tinggi naikkan budi. Nak mulia tepati janji. Nak tenang lapangkan hati. Nak beruntung kuat merugi. Nak kayo kuat muncari. Nak teguh paham dikunci. 

***

Menjadi dosen sekarang ini, kata Fitzerald Kennedy Sitorus (dosen UPH), sangat membosankan dan menjengkelkan karena harus melakukan tugas-tugas administratif yang menyita banyak waktu. Dosen sekarang lebih sedikit menggunakan otaknya, lebih banyak menggunakan jari-jarinya, menggeser-geser mouse, meng-klik sana sini, mengisi formulir ini dan itu. Sistem yang mengatur pendidikan kita sungguh pengap. "Kemarin tulisan panjang saya mengenai perdebatan tentang metafisika antara Dieter Henrich dan Habermas ditolak sebuah jurnal filsafat. Alasannya sangat teknis: aturan Dikti tidak memperbolehkan publikasi tulisan yang bersambung di jurnal. Saya sungguh tidak habis pikir," katanya. (lihat Fitzerald Kennedy Sitorus, https://www.facebook.com/share/p/1XV5tLPB2M/)
Komentar FKS di atas ditanggapi oleh Mantohana: ". . . di dunia kesenimanan pun demikian itu. Seperti Nyoman Gunarso saat jadi dosen ISI Yogyakarta, ia kurang produktif melukis.  Setelah tidak jadi jadi dosen, sejak itulah sesungguhnya ia sebagai seniman perupa yang produktif." (https://www.facebook.com/share/p/1XV5tLPB2M/

****

“Berikan semua orang telinga Anda, tapi berikan sedikit orang suara Anda.” --William Shakespeare. 

Kata-kata Shakespeare di atas mengandung pesan tentang pentingnya mendengarkan orang lain, tapi memilih dengan bijak siapa yang mendapatkan pengaruh atau perhatian kita. “Berikan semua orang telinga Anda” berarti kita harus bersedia mendengarkan pendapat, keluhan, atau ide orang lain. Ini mengajarkan pentingnya empati, perhatian, dan keterbukaan terhadap pandangan orang lain. Tapi, “berikan sedikit orang suara Anda” mengingatkan kita untuk tak terburu-buru memberikan pendapat atau mengambil keputusan hanya berdasarkan opini orang lain. Kita harus berhati-hati dalam memilih siapa yang layak mendapatkan pengaruh kita atau siapa yang kita percayai untuk memberi nasihat. Dengan kata lain, kita harus selektif dalam berbagi pikiran dan pandangan kita. Tak semua orang layak untuk mendengar atau memengaruhi keputusan kita, meskipun mereka berhak didengarkan. Ini adalah ajakan untuk bijaksana dalam memilih dengan siapa kita berbagi pemikiran dan pada siapa kita memberikan pengaruh.

***

"Jika Anda ingin memikat hati orang, dalilnya ialah: biarlah orang yang Anda hadapi itu berbicara paling banyak." -- Dale Carnegie, dalam bukunya 'How to Win Friends and Influence People', diterjemahkan oleh Sumantri Mertodipuro menjadi 'Cara Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang', Jakarta: Penerbit Gunung Jati, 1979, h. 136.


"Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan." --Sutan Sjahrir


"Dunia akan lebih bahagia jika laki-laki memiliki kapasitas yang sama untuk diam seperti yang mereka miliki untuk berbicara." ~ Baruch Spinoza


"Cara paling pasti untuk merusak pemuda adalah dengan mengajarinya agar lebih menghargai orang-orang yang berpikiran sama daripada mereka yang berpikiran berbeda." --Friedrich Nietzsche

"Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar akan menjadi pemilik masa depan." --Mario Teguh

“Hampir semua orang memilih meyakini sesuatu hal bukan berdasarkan bukti, tapi berdasarkan apa yang mereka anggap menarik.” — Blaise Pascal

"Ketidakpuasan adalah akar dari segala masalah. Tapi juga merupakan pendorong utama bagi kemajuan individu dan bangsa." --Berthold Auerbach

***

PENUMPULAN BAHASA

Ada dua hal yang sering menumpulkan bahasa. Pertama, penulis terjebak dalam dunia rutin dan itu-itu saja. Seorang peneliti bekerja di laboratorium, polisi berurusan dengan penjahat, dan dosen bertemu dengan mahasiswa yang sama dari hari ke hari. Dunia yang penuh disiplin, kaku, dan tak variatif ini menumpulkan keragaman bahasa. Jelajahi warna baru melalui buku, novel, musik, perjalanan, bahkan mencicipi aneka makanan. (Purwanto Setiadi dkk [peny.], Jurnalistik Dasar: Resep dari Dapur Tempo, Jakarta: Tempo Institute, 2017, h. 79-80) 

***

Kita boleh takut, tapi jangan takluk. GM ,-Purwanto Setiadi dkk [peny.], Jurnalistik Dasar: Resep dari Dapur Tempo, Jakarta: Tempo Institute, 2017, h. 238 h. 16

"Gejala awal cinta pada pria adalah rasa malu; gejala awal cinta pada wanita adalah keberanian." Victor Hugo

Inti manajemen adalah kepemimpinan. Inti kepemimpinan adalah pelayanan. --Prof Khairinal

"Politik tak ditentukan oleh akademik, tapi talenta." --Harmen Rusdi 

Ket: Sepanjang apa pun gelar akademik seseorang, tak begitu banyak pengaruhnya terhadap kemampuan dalam politik. Paling berperan 30℅. Selebihnya ditentukan oleh jam terbang dan pengalaman. Dan tak kalah penting: talenta. 


"Jika kamu depresi, kamu hidup di masa lalu. Jika kamu cemas, kamu hidup di masa depan. Jika kamu damai, kamu hidup di saat ini." --Lao Tzu

"There is no truth. There is only perception." –Gustave Flaubert, penulis Prancis (1821–1880)

"Bersikap jujur mungkin tidak memberi Anda banyak teman, tetapi Anda akan selalu mendapatkan teman yang tepat." —John Lennon

"Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Good writers are good readers." --Tom French, penulis buku Unanswered Cries dan peraih penghargaan Pulitzer 1998.

"Kadang-kadang orang tidak ingin mendengar kebenaran karena mereka tidak ingin ilusi mereka hancur." -- Nietzsche


"Ketika seseorang paham lebih banyak dari yang lainnya, orang tersebut akan menjadi kesepian." --Carl Jung

Satu-satunya cara menghadapi dunia yang tak bebas adalah menjadi benar-benar bebas sehingga keberadaan Anda merupakan tindakan pemberontakan. --Albert Camus

Tujuan seorang penulis adalah mencegah peradaban hancur sendiri. --Albert Camus

Untuk bisa bahagia, kita tidak boleh terlalu peduli dengan orang lain. --Albert Camus

Fiksi adalah kebohongan yang melaluinya kita menyampaikan kebenaran. --Albert Camus

"Aku meninggalkan Sisyphus di kaki gunung. Seseorang selalu menemukan bebannya lagi. Namun Sisyphus mengajarkan kesetiaan yang lebih tinggi yang meniadakan para dewa dan mengangkat batu. Ia juga menyimpulkan bahwa semuanya baik-baik saja. Alam semesta ini sejak saat itu tanpa seorang tuan tampaknya baginya tidak mandul atau sia-sia. Setiap atom batu itu, setiap serpihan mineral dari gunung yang dipenuhi malam itu, dengan sendirinya, membentuk sebuah dunia. Perjuangan itu sendiri menuju puncak sudah cukup untuk mengisi hati seorang pria. Seseorang harus membayangkan Sisyphus bahagia.--Albert Camus

"Ketakutan hanyalah ilusi yang kita ciptakan dalam pikiran kita. Hadapilah, dan itu akan lenyap." --Lucius Annaeus Seneca, filsuf Romawi


“Kebebasan bukanlah hadiah dari Negara atau pemimpin, tapi hak yang harus diperjuangkan setiap hari melalui usaha setiap orang dan secara bersama-sama; Freedom is not a gift received from the State or leader, but a possession to be won every day by the effort of each and the union of all.” — Albert Camus, filsuf Prancis


"Bahwa rakyat harus bersatu dalam ikatan perjuangan. Bahwa perkumpulan Sarikat Islam yang pada mulanya adalah seperti air yang mengalir, tidak lama lagi akan menjadi banjir yang DerAs. Dalam Sarikat ini, mari kita bergerak. Mari kita meninggikan nilai-nilai keluhuran. Dan mari kita bersama-sama melakukan perlawanan atas ketertindasan." (Dikutip dari ucapan HOS Tjokroaminoto dalam film "Guru Bangsa: Tjokroaminoto", yang diperankan oleh Reza Rahadian). 


“Kebebasan bukanlah hadiah dari Negara atau pemimpin, tapi hak yang harus diperjuangkan setiap hari melalui usaha setiap orang dan secara bersama-sama; Freedom is not a gift received from the State or leader, but a possession to be won every day by the effort of each and the union of all.” — Albert Camus, filsuf Prancis

"Kebenaran bukan untuk semua orang, tapi hanya untuk mereka yang mencarinya." — Ayn Rand, penulis dan filsuf Rusia-Amerika

"Berpikir merupakan berbicaranya jiwa dengan dirinya sendiri." --Plato

"Seseorang harus belajar mencintai diri sendiri dengan cinta yang sehat, sehingga ia dapat bertahan dengan dirinya sendiri dan tidak perlu berkelana." - Friedrich Nietzsche

“Dalam dunia di mana dusta mendunia, berkata jujur adalah tindakan revolusioner.” -- George Orwell dalam novelnya yang berjudul: "1984"

"Keberanian yang membuat kalian akan tahan dalam situasi apapun! Nyali sama harganya dengan nyawa. Jika itu hilang, niscaya tak ada gunanya kau hidup." --Che Guevara

Menurut  Martin Heidegger, manusia (Dasein) harus menjadi otentik dan tak larut atau ikut-ikutan kebanyakan orang (das Man).

"Jangan biarkan pendapat orang lain mendikte kebahagiaanmu. Kebahagiaan adalah milikmu untuk diciptakan. --Epictetus

"Ruang kuliah hanya memberikanmu 10% pengetahuan, 90%-nya cari di luar, yaitu dari buku, diskusi, organisasi, atau terjun ke rakyat." --David Harvey, pengajar universitas

"Jika wanita tidak ada, semua uang yang ada di dunia tak ada artinya." --Aristoteles

"A fool is known by his speech. And a wise man by silence." -- Pythagoras

"Hanya mereka yang benar-benar tahu apa itu ketidakadilan yang bisa merasakan apa itu keadilan." --Socrates

"Untuk sukses dalam hidup, Anda perlu dua hal: sikap tidak peduli dan percaya diri." --Mark Twain

"Ketika kita membenci seseorang, kita memberi mereka kekuatan atas hidup kita: kekuatan atas tidur kita, nafsu makan kita, tekanan darah kita, kesehatan kita, dan kebahagiaan kita." (Dale Carnegie)

"Anak yang cuma terdidik di sekolah merupakan anak yang tidak terdidik". --George Santayana

***

DIALOG

Membuka dialog untuk menyelesaikan berbagai persoalan itu penting. Dengan siapa pun. Terutama dalam demokrasi, tentunya. 

Allah sendiri membuka dialog dengan setan. Dialog Allah dengan setan--sebagaimana yang dipaparkan dalam al Quran, jauh sebelum Jurgen Habermas melahirkan Teori Tindakan Komunikatif--seakan memberi contoh kepada manusia agar mau berdialog dengan sesuatu yang kita anggap berbeda dengan orang yang dianggap berseberangan pikiran dengan kita. 

Hanya dengan dialog, hampir segala problem hidup manusia bisa diselesaikan dengan baik. 


***

"Tidak ada di dunia ini yang lebih sulit daripada berbicara kebenaran, tidak ada yang lebih mudah daripada pujian." --Fyodor Dostoevsky


Kutipan dari Fyodor Dostoevsky, "Tidak ada di dunia ini yang lebih sulit daripada berbicara kebenaran, tidak ada yang lebih mudah daripada pujian," menggambarkan dua aspek penting dari sifat manusia dan kehidupan sosial.

1. Kesulitan berbicara kebenaran

Mengatakan yang sebenarnya atau berbicara kebenaran sering kali sangat sulit. Ini bisa karena kebenaran kadang tidak menyenangkan atau bisa menyinggung perasaan orang lain. Seseorang yang mengungkapkan kebenaran sering kali harus menghadapi konsekuensi sosial, konflik, atau bahkan kehilangan hubungan dengan orang lain. Kebenaran bisa menjadi berat, dan sering kali orang memilih untuk menghindarinya atau menyembunyikannya demi kenyamanan diri atau orang lain.

2. Kemudahan memberikan pujian

Sebaliknya, memberikan pujian adalah sesuatu yang lebih mudah dilakukan. Pujian sering kali membuat orang merasa senang dan dihargai, dan memberi pujian bisa meningkatkan hubungan sosial. Namun, sering kali pujian ini tidak selalu didasarkan pada kebenaran yang objektif, melainkan lebih pada upaya untuk menjaga keharmonisan atau mencari keuntungan dari hubungan tersebut. Pujian yang berlebihan atau tidak tulus bisa menjadi bentuk penipuan atau penghindaran dari kebenaran yang sebenarnya.

Dostoevsky, dalam konteks ini, menunjukkan bahwa meskipun pujian lebih mudah dan lebih diterima dalam masyarakat, itu bisa lebih dangkal dan kurang jujur dibandingkan dengan kebenaran yang sering kali pahit dan sulit dihadapi. Dia menyoroti konflik antara keinginan untuk diterima dan keberanian untuk mengungkapkan kenyataan yang mungkin tidak populer.

***

"The modern man lives in the illusion that he knows what he wants, while the truth is that he wants what society imposes. Manusia modern hidup dalam ilusi bahwa dia tahu apa yang dia inginkan, padahal kenyataannya dia menginginkan apa yang dipaksakan oleh masyarakat.” --Eric Fromm


"Kehidupan merupakan suatu perjalanan tanpa peta, kita hanya bisa mengikuti jalan yang terlihat paling benar". --Franz Kafka


"Penyebab seseorang menjadi kuat, adalah kegagalan." ~ Niccolo Machiavelli


"Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dan memenangkan kerja sama mereka merupakan suatu aset yang diincar oleh manusia dalam menuju puncak karir." -- Henry Blackstone, Presiden Servo Corporation of America, dalam buku Dale Carnegie, The Quick and Easy Way to Effective Speaking, diterjemahkan oleh Ana Budi Kuswadani SS, dengan judul: Cara Cepat dan Mudah Berbicara Efektif: Teknik Modern untuk Komunikasi yang Dinamis, Jakarta: PT Pustaka Delapratasa, 2000, h. 10-11.


***

Teruslah membaca buku. Tapi ingatlah bahwa buku hanyalah buku, dan Anda harus belajar berpikir sendiri." -- Maxim Gorky


Kutipan ini menekankan pentingnya keseimbangan antara belajar dari buku dan mengembangkan pemikiran mandiri. Buku adalah sumber pengetahuan, tetapi tidak boleh dijadikan satu-satunya pegangan. Pembaca harus kritis, merenungkan apa yang dipelajari, dan membentuk pandangan sendiri. Pesan ini mengingatkan bahwa tujuan membaca adalah memperluas wawasan, bukan sekadar mengulang ide orang lain tanpa pemahaman pribadi.

***

Kebebasan berekspresi adalah inti dari kemerdekaan manusia, tempat gagasan dan opini menjadi entitas yang tak dapat dibungkam oleh kekuatan fisik. Sebagaimana ditegaskan oleh John Stuart Mill, kebebasan berbicara adalah fondasi keberagaman pemikiran yang mendorong kemajuan masyarakat. Dalam pandangan eksistensialisme Jean-Paul Sartre, manusia hanya benar-benar bebas ketika mampu mengungkapkan dirinya tanpa paksaan. Namun, ketika penindasan muncul melalui kekerasan atau otoritarianisme, sebagaimana diperingatkan Frantz Fanon, kebungkaman menjadi alat untuk mempertahankan kekuasaan yang zalim. Ketika ruang dialog terhenti, resistensi adalah keniscayaan, sebagaimana ditunjukkan oleh Hannah Arendt, di mana pemberontakan menjadi jalan terakhir untuk merebut kembali martabat dan keadilan." (https://www.facebook.com/share/173zTVAgjm/) 

***

MENURUT BERTOLT BRECHT, SEMUA ORANG YANG MEMBENCI POLITIK HARUS DIBENCI. ORANG YANG MEMBENCI POLITIK, MEMBENCI MASA DEPAN ANAK-ANAKNYA SENDIRI, MEMBENCI KEHIDUPAN DAN MEMBENCI DUNIA: "Orang yang paling buta huruf adalah orang yang buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara, tidak berpartisipasi dalam acara politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang-kacangan, roti, tepung, pakaian, sepatu, dan obat-obatan, bergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik itu sangat bodoh sehingga dia bangga dan melebarkan dadanya dengan mengatakan bahwa dia membenci politik. Dia tidak tahu bahwa dari ketidaktahuan politiknya lahir pelacur, anak di bawah umur yang terlantar dan yang terburuk dari semua bandit adalah politisi yang korup, bajingan, dan antek perusahaan nasional dan multinasional." -Bertolt Brecht

***

"Merasa diri paling tahu adalah racun bagi jiwa." ~Plato

Plato mengingatkan tentang bahayanya kesombongan intelektual. Plato mengungkapkan bahwa ketika seseorang merasa dirinya paling tahu, ia menutup pintu untuk belajar, mendengar, dan berkembang. Ini seperti mengisi sebuah cangkir penuh air, sehingga tak ada lagi ruang untuk hal baru. Jiwa yang merasa "sudah cukup", kehilangan daya untuk bertanya dan beradaptasi.

"Seperti seorang petani yang merasa tahu segalanya tentang bercocok tanam. Ia menolak untuk mendengar metode baru karena merasa ilmunya sudah sempurna. Saat musim berubah dan tanahnya mulai tandus, ia gagal beradaptasi, sementara yang lain berhasil karena mau belajar hal baru. Kesombongan itu menjadi racun yang menghancurkan dirinya sendiri."

Kerendahan hati adalah kunci kebijaksanaan sejati. Merasa diri paling tahu bukan tanda kekuatan, tetapi kelemahan—karena itu membatasi potensi kita untuk melihat dunia dengan perspektif yang lebih luas. Jiwa yang sehat adalah jiwa yang terus terbuka untuk belajar, bertanya, dan mengakui bahwa kebenaran selalu lebih besar daripada yang kita bayangkan. 

***

"Politik itu adalah konflik kepentingan. Politik itu upaya perjuangan untuk 1) survival, 2) mencari pengakuan (the struggle for recognition)." -- F Budi Hardiman dalam: https://youtu.be/DfGmXDuq1OM?si=Ma07rWTtgokRPVVP


"Kebijaksanaan bukanlah produk dari sekolah, tapi usaha seumur hidup untuk mendapatkannya." -Albert Einstein


"Kalau mau menunggu sampai siap, kita akan menghabiskan sisa hidup kita hanya untuk menunggu." -Lemony Snicket


"Pendidikan bukanlah persiapan untuk kehidupan; pendidikan adalah kehidupan itu sendiri." - John Dewey


"Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar. Keberhasilan adalah kepunyaan mereka yang senantiasa berusaha" - BJ Habibie.


"Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin tinggi toleransinya." - Gus Dur

***


"Saya mendeteksi bahwa kedunguan di republik ini pertama-tama bukan disebabkan oleh buzzer, tapi oleh talkshow-talkshow di semua stasiun TV. Orang hanya mau cari sensasi. Apalagi kalau sensasinya menghasilkan tonjok-tonjokan di atas panggung," kata Rocky Gerung.
Tapi tak semua talkshow menghasilkan kedunguan. Forum-forum diskusi para pakar seperti ILC saya pikir sangat bagus untuk pencerdasan publik. Di sana banyak pakar yang punya integritas dapat berkomunikasi (dialog) secara intelektual, seperti Kwik Kian Gie, Ridwan Saidi, Franz Magnis-Suseno, dll.
Talkshow yang dimaksud Rocky mungkin seperti acara-acara debat yang durasi singkat. Narasumber yang diundang pun terkadang orang-orang yang tak jelas kapasitasnya.

 
***
"Kebenaran tidak akan pernah merasuk ke dalam pikiran yang tidak mau menerimanya." --Jorge Luis Borges

Kutipan ini menyoroti bahwa penerimaan kebenaran membutuhkan keterbukaan pikiran. Jika seseorang sudah menutup diri dengan prasangka atau keyakinan yang kaku, maka kebenaran, seberapa pun jelasnya, tidak akan berpengaruh. Hanya mereka yang bersedia mendengar, berpikir kritis, dan mempertimbangkan perspektif lain yang bisa benar-benar memahami dan menerima kebenaran.
Sumber: https://www.facebook.com/share/p/14fTySxBwB/

***

Kritik Pramoedya Ananta Toer terhadap Pendidikan Tinggi Kita
"Budaya tulis-menulis itu harus dimulai. Masa semua tentang Indonesia praktis semua orang asing yang nulis. Sampai sejarah revolusi Indonesia saja orang asing yang nulis. Ini ada buku baru dari Belanda, sejarah hidupnya Douwes Dekker, guru nasionalisme Indonesia. Ketika saya baca, praktis saya malu sekali kok baru tahu sekarang. Ini tentang sejarah Indonesia sendiri saya tidak tahu. Malu sekali saya baca buku ini. Budaya membaca di kita lebih parah lagi." (Pramoedya Ananta Toer)

"Hidup ini adalah komedi bagi yang memikirkannya, dan tragedi bagi yang merasakannya," kata Horace Walpole seorang penulis asal Inggris.

"Literasi adalah vaksin untuk melawan para penipu dunia yang ingin mengeksploitasi ketidaktahuanmu." — Neil deGrasse Tyson, astrofisikawan dan komunikator ilmu pengetahuan Amerika Serikat.

"Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu lain terbuka; namun sering kali kita terlalu lama memandangi pintu yang tertutup itu sehingga kita tak melihat pintu lain yang telah dibukakan bagi kita.”— Helen Keller

"Ketika kamu merasa gelap dalam kehidupanmu, ingatlah bahwa bahkan malam yang paling gelap akan berakhir dengan fajar yang penuh cahaya." --Imam Al-Ghazali

***

“Socrates said, “The misuse of language induces evil in the soul.” He wasn’t talking about grammar. To misuse language is to use it the way politicians and advertisers do, for profit, without taking responsibility for what the words mean. Language used as a means to get power or make money goes wrong: it lies. Language used as an end in itself, to sing a poem or tell a story, goes right, goes towards the truth. A writer is a person who cares what words mean, what they say, how they say it. Writers know words are their way towards truth and freedom, and so they use them with care, with thought, with fear, with delight. By using words well they strengthen their souls. Story-tellers and poets spend their lives learning that skill and art of using words well. And their words make the souls of their readers stronger, brighter, deeper.”
 ~ Ursula K. Le Guin

***
Sambil menunjuk tokoh Sastro Kassier dalam novel Anak Semua Bangsa, Ben Anderson mengutip Pram: “Tapi Jabatan: dia segala dan semua bagi pribumi bukan tani bukan tukang. Harta benda boleh punah, keluarga boleh hancur, nama boleh rusak, jabatan harus selamat. Orang berkelahi, berdoa, bertirakat, memfitnah, berbohong, membanting tulang, mencelakai sesama, demi sang jabatan. Orang bersedia kehilangan apa saja untuk dia, karena, juga dengan dialah segalanya bisa ditebus kembali.” Kalau ada yang bisa disebut sebagai misi historis bagi spesies Sastro Kassier, maka itu adalah menjadi blantik antara penjajah dengan penduduk tanah jajahan, antara kapitalisme internasional dengan rakyat jelata. Para priyayi Sastro itu bukan unsur utama, bahkan tidak jarang jadi penghalang, dari pergerakan panjang berjuang membuat hal yang sebelumnya tidak ada: organisasi politik, perlawanan menyeluruh terhadap penjajah, bangsa yang merdeka dan tegak dengan martabatnya sendiri. (Nirwan Ahmad Arsuka, "Priyayi, Kerja dan Sejarah", artikel Kompas, tahun 2000) 

***

"Institusi seperti sekolah, rumah sakit, dan penjara, adalah alat untuk mengatur dan mengontrol kehidupan manusia. Mereka menciptakan individu yang patuh, yang taat pada kekuasaan." (Michel Foucault) 

"Bahasa politik dirancang untuk membuat kebohongan terdengar jujur dan pembunuhan menjadi terhormat." (George Orwell). George Orwell, dalam kutipan ini, mengkritik cara bahasa digunakan dalam politik untuk memanipulasi kebenaran. Menurut Orwell, bahasa politik sering dirancang untuk menyembunyikan kenyataan yang tidak menyenangkan atau tidak bermoral dengan cara yang membuatnya tampak dapat diterima atau bahkan mulia. Kutipan ini juga merupakan peringatan agar kita tetap kritis terhadap retorika politik, tidak menerima istilah yang digunakan begitu saja, dan mencari kebenaran di balik kata-kata yang tampaknya jujur atau mulia. Orwell mengingatkan bahwa bahasa adalah alat yang sangat kuat, baik untuk pencerahan maupun manipulasi.

“Kau belum banyak makan garam, Djali. Dengar. Aku sudah pernah lihat Palembang, Surabaya, Jakarta, Bandung. Di mana-mana sama saja. Di mana-mana aku selalu dengar: Yang benar juga akhirnya yang menang. Itu benar. Benar sekali. Tapi kapan? Kebenaran tidak datang dari langit, dia mesti diperjuangkan untuk menjadi benar…” (Pramoedya Ananta Toer, Sekali Peristiwa di Banten Selatan, Jakarta: Lentera Dipantara, 2007, hlm.6) 

"Kita masih berpikir tentang national interest, religious interest, ideological interest. Padahal, sekarang ini the human interest mesti di atas." (Sutan Takdir Alisjahbana, dalam Franz Magnis-Suseno, Pijar-Pijar Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 2005, h. 130) 

Sambil menunjuk tokoh Sastro Kassier dalam novel Anak Semua Bangsa, Ben Anderson mengutip Pram: “Tapi Jabatan: dia segala dan semua bagi pribumi bukan tani bukan tukang. Harta benda boleh punah, keluarga boleh hancur, nama boleh rusak, jabatan harus selamat. Orang berkelahi, berdoa, bertirakat, memfitnah, berbohong, membanting tulang, mencelakai sesama, demi sang jabatan. Orang bersedia kehilangan apa saja untuk dia, karena, juga dengan dialah segalanya bisa ditebus kembali.” Kalau ada yang bisa disebut sebagai misi historis bagi spesies Sastro Kassier, maka itu adalah menjadi blantik antara penjajah dengan penduduk tanah jajahan, antara kapitalisme internasional dengan rakyat jelata. Para priyayi Sastro itu bukan unsur utama, bahkan tidak jarang jadi penghalang, dari pergerakan panjang berjuang membuat hal yang sebelumnya tidak ada: organisasi politik, perlawanan menyeluruh terhadap penjajah, bangsa yang merdeka dan tegak dengan martabatnya sendiri. (Nirwan Ahmad Arsuka, "Priyayi, Kerja dan Sejarah", artikel Kompas, tahun 2000) 

0 komentar:

Posting Komentar