Soe Hok Djin :
Dia adalah kakak kandung Soe Hok Gie, yang kemudian karena kebijakan politik Orde Baru, dia berganti nama menjadi Arief Budiman. Tahun 1973 bersama teman teman aktivis dia mempopulerkan Golput, sebagai bentuk kekecewaan atas Golkar dan Orba. Dia menyelesaikan study doktoralnya di salah satu kampus terbaik dunia, Universitas Harvard. Dan pada periode ini dia sempat bertemu dengan begawan antropologi, Clifford Geertz di Princeton University.
Menurut pengakuannya sendiri, Geertz lah yang menasihatinya agar memilih jalan akademisi, menjadi intelektual yang bertanggung jawab dan berdedikasi. Geertz menyarankan agar tak perlu ikut ikutan masuk jalur kekuasaan. Alasannya, karena pasti akan banyak orang yang masuk ke jalur itu, kalaupun dia tidak mengambilnya. Sedangkan jika dia tak memilih jalur akademisi yang bertanggung jawab, akan sangat sedikit sekali orang orang berbakat yang mau mengambil jalan kesunyian ini.
Saran yang diberikan oleh Geertz, dan menjadi jalan pilihan Prof Arief Budiman, mengingatkan saya akan jalan serupa yang dipilih oleh Allamah Thabathabai, beliau rela mengorbankan karier menjadi Marja' dan memilih mengajar dan mengembangkan filsafat Islam, yang saat itu tidak populer dan banyak ditentang.
Geertz, Soe Hok Djin, dan juga Allamah, mengajarkan setidak tidaknya satu hal kepada kita, ilmu pengetahuan, tidak selalu digunakan untuk meraih kekuasaan. Ada kebahagiaan tersendiri bagi mereka yang rela memilih jalan kesunyian. Kecintaan mereka terhadap ilmu, mengalahkan keinginan untuk populer dan berkuasa (Rahman Omen).
0 komentar:
Posting Komentar